Setelah belajar di rumah lebih dari dua bulan, satu hal yang dirasakan para siswa adalah kejenuhan. Para siswa merasa bahwa aktivitasnya dari hari ke hari tetap itu-itu saja, jauh dari teman sekolah dan gurunya, serta mulai merindukan suasan normal di sekolah yang selama ini dijalaninya.Â
Meskipun, di awal-awal pelaksanaan learning from home, aktivitas dirumah mereka rasakan sangat menyenangkan. Betapa tidak, rutinitas kewajiban menjalankan tugas-tugas "berat" yang diberikan oleh guru, hampir menghabiskan kesempatan mereka untuk sekedar nonton TV atau bermain online game.Â
Namun demikian, ketika kebebasan untuk belajar di rumah, dengan porsi tugas yang sedikit dan ringan, ternyata juga membuat mereka jenuh. Apalagi, keinginan untuk senantiasa bersama orang tuanya juga terhalang oleh aktivitas pekerjaan orang tua yang mau tidak mau juga tetap harus dikerjakan sebagai bagian untuk mempertahankan ekonomi keluarga.Â
Yang mengkhawatirkan, pembiasaan yang telah dibangun di sekolah sebagian luntur oleh kebiasaan yang baru, yaitu "bangun tidur, tidur lagi, bangun lagi, tidur lagi" (mengutip syair Mbah Surip).
Menjaga pembiasaan di sekolah untuk tetap diterapkan di rumah, membutuhkan kerjasama antara guru dan orang tua. Guru harus senantiasa mengingatkan para siswa dengan berbagai programnya, sedangkan orang tua juga harus dapat menjamin instrukti yang diberikan guru itu, dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya.
Pembiasaan sholat dhuha misalnya, yang selama ini sangat dianjurkan di sekolah, akan luntur ketika di rumah, orang tua tidak turut menjaga ke-istiqomahannya. Pembiasaan mengenakan busana muslimah, juga akan luntur ketika sekolah sudah tidak dapat memaksakannya lagi, sedangkan di rumah orang tua tidak peduli dengan program tersebut.
Dengan masih berkepanjangannya Pandemi Covid 19, tidak ada pilihan bagi pemerintah kecuali melanjutkan kegiatan belajar dan bekerja dari rumah. Tahun pembelajaran 2020/2021 memang dimulai tepat waktu. Tetapi tidak berarti, siswa dapat kembali belajar dengan tatap muka. Bekerja dan belajar di rumah masih akan dilanjutkan sampai pada batas waktu yang belum dapat ditentukan.
Oleh karena itu, para guru dan siswa akan mengawali pembelajaran tahun ini dengan tanpa tatap muka. Wali kelas baru tidak bisa langsung mengenal siswa baru dalam kelasnya.
Siswa baru tidak serta merta berkesempatan mengetahui siapa gurunya, bagaimana bentuk kelasnya, serta siapa teman-temannya. Baru nanti, sekali lagi nanti, dimana "nanti" itu juga tidak jelas kapan, mereka akan dapat bertemu langsung bapak ibu guru serta teman-teman mereka. Yang jelas, tahun ini para siswa akan mengalami pembelajarannya di dunia maya.
Lantas, bagaimana para guru berkenalan dengan para siswanya? Bagaimana para siswa mengenal lingkungan sekolahnya? Atau bagaimana para siswa memulai belajarnya? Pertanyaan-pertanyaan itu yang saat ini masih terus ditanyakan oleh para guru dan siswa.
Namun, tiga bulan diakhir tahun ajaran ini, tentu dapat memberikan pelajaran yang berharga. Pembelajaran daring dengan segala keterbatasannya tetap saja menjadi pilihan yang tidak bisa ditolak. Sehingga, orientasi siswa dengan sistem online pun mau tidak mau tetap menjadi pilihan.
Para guru sebaiknya segera mempersiapkan diri dengan hal itu. Libur akhir tahun yang sebentar lagi akan dilalui dapat dimantaatkan untuk menata orientasi siswa dalam jaringan. Baik dengan menggunakan membuat video profile guru, atau dengan menggunakan video conference memanfaatkan banyak aplikasi yang ada, semuanya tetap dapat menjadi wasilah agar pengenalan siswa pada guru dan sekolahnya tetap dapat dilaksanakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H