'Kalau sedang pegang mouse [komputer] dan lihat kamu online rasanya seperti pegang tangan kamu di ujung dunia sana'.Â
Pernah dengar ngga pernyataan seperti itu ?
Memang dunia informasi sekarang ini sudah menjadi sangat mungil dengan koneksi internet dan gadget di tangan kita. Teman di ujung belahan bumi manapun dapat terhubung dengan mudah, informasi tentang apapun ada dan mudah didapatkan.
Semua hal yang diinginkan mata untuk dilihat, diinginkan telinga untuk didengar ada disana.
Seperti sebuah perpustakaan yang sangat luas, apapun ada di sana, mau yang gratis mau yang berbayar dengan mudah bisa diakses.
Namun segala sesuatu ada harganya.
Kalau kita pikir harga kemudahan itu hanya sebatas biaya yang kita keluarkan untuk sewa internet sebulan, kita salah.
Harga yang harus dibayar itu termasuk pada pergeseran moral, pergeseran budaya, pergeseran sudut pandang.
Di satu sisi arus informasi yang sangat deras itu dapat memberikan segala informasi yang sarat dengan kejahatan dan kebencian, tentang apapun itu, tentang agama, suku, ras, ideologi atau apapun. Hujat menghujat sangat kental dengan topik yang sebenarnya jauh dari dunia yang kita temui secara fisik. Dan konflik di dunia maya itu lalu keluar dari gadget kita ke dunia fisik yang kita temui sehari-hari.
Teman kantor, sahabat kampus, tetangga dekat, dan orang-orang di sekitar kita. Pertemanan yang semula begitu akrab dirusak oleh konflik di dunia maya yang jauh dari jangkauan kita walaupun sangat dekat dengan jangkauan mouse kita. Tinggal klik langsung dapat.
Namun sebaliknya juga, penyebaran informasi-informasi yang baik juga menjadi jauh lebih mudah.Â
Untuk pekerja-pekerja dunia telekomunikasi atau semua pekerjaan yang terkait dengan globalisasi dimana orang harus terhubung dari satu kota ke kota lain atau satu negara ke negara lain, kini hanya dengan memanfaatkan jaringan internet dan media yang didalamnya kita dapat berkomunikasi dengan mudah dan murah, seperti menggunakan skype, voip, whatsapp dan media-media yang lainnya. Bahkan kita dapat melihat gerak-gerik mereka melalui fitur video yang ada di peralatan informasi kita.
Tentunya untuk pedalaman yang belum terjangkau, kita membutuhkan terlebih dahulu pembangunan infrastruktur sebelum dapat menjangkau mereka baik secara fisik maupun secara informasi.
Guru-guru maupun pengajar menjadi seharusnya lebih efisien karena dapat melakukan konsolidasi internal secara lebih mudah dan cepat tanpa harus memobilisasi orang melewati kota, pulau bahkan negara.
Jadi seperti mata pisau yang bisa digunakan untuk memasak maupun untuk membunuh orang, arus informasi pun begitu juga dapat digunakan untuk membangun maupun untuk merusak. Tergantung dari setiap kita menggunakan media yang ada didepan kita ini. Harapan yang sangat besar adalah media informasi ini maupun arus informasi dapat menjadi arus yang menghidupkan dan bukan mematikan jati diri masyarakat dan individu.
Biarlah sistem yang dibangun adalah sistem yang berkenan di hadapan Allah dan bukan yang dipakai oleh Setan untuk merusak manusia sebagai gambar dan rupa Allah.
Kamu dan Internet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H