Â
  Perubahan sosial di Indonesia secara makro pernah dikupas oleh WF. Wertheim  bertumpu dari kondisi geografis alam, ras beda,  Wertheim mendiskripsikan itu dalam sebuah konsep perubahan sosial  di Indonesia dinyatakan dengan sangat kuat, bahwa bertolak dari pengamatan dalam kerangka  kajian sejarah dan sosiologi.Â
Sifat kajian makro yang dilakukan adalah bertolak dari pembahasan kondisi struktural geografis, posisi kependudukan, masyarakat dalam sistem dunia, didapatkan sebuah pemahaman wilayah Indonesia merupakan sebuah sistem negara, kumpulan pulau, tebaran kota-kota yang masing-masing memiliki kesejarahan tersendiri.
  Perubahan yang terjadi, secara makro dapat terjadi dari beberapa aspek kehidupan masyarakat. Titik tolak perubahan makro itu diantisipasi dalam beberapa aspek : Pertama, sejarah umum politik Indonesia, adalah bentuk kajian yang secara umum harus dipahami sebagai sebuah fenomena utama untuk mengerti dinamika masyarakat.Â
Kedua, Sistem ekonomi di Indonesia, merupakan bentuk kajian yang mencakup kajian utama  tentang sistem ekonomi di Indonesia. Dalam perspektif ini dikaitkan dengan perubahan pada awal abad 19, akibat politik etis, krisis ekonomi dunia dan implikasinya bagi wilayah koloni, zaman revolusi, dll.Â
Ketiga, Sistem status yang berlaku dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang  beragam-ragam. Kajian utama adalah bergesernya status asli, feodalis, Ras, atatus kolonial, sampai kemudian timbulnya bibit-bibit demokrasi pada masa zaman pergerakan nasional sampai pada revolusi fisik. Keempat, Perubahan juga didatangkan akibat perkembangan atau pertumbuhan kota-kota di Indonesia.Â
   Perkembangan kota  sebagai pertumbuhan ekonomi  suatu wilayah dikaitkan karena perubahan bentuk kekuasaan administratif atau birokrasi, atau perkembangan sektor riil.
Perspektif Marx
  Ungkapan dari Marx bahwa  sejarah manusia adalah sejarah perkembangan manusia yang terus meningkat dan pada saat yang bersamaan juga memperparah Alienasi. Jika dicermati secara saksama, maka ide dan gagasan Alienasi Marx meliputi dua hal.Â
Pertama, alienasi merupakan produk dari struktur ekonomi politik manusia. Kedua, alienasi mencakup sebuah perasaan (tidak bahagia) yang juga merupakan hasil dari struktur tersebut. Kemajuan teknologi khususnya di aspek digitalisasi telah melahirkan kondisi teralienasi dalam kehidupan. Beberapa diantaran adalah :
1. Alienasi dari orang lain
 . dimana didalam sistem produksi kapitalisme, terlihat melihat bahwa manusia dikondisikan untuk saling berkompetisi. Hal ini tidak bisa terhindarkan karena dalam sistem ini, modal yang semakin besar menjadi tujuan utama. Mereka yang mengalami kegagalan dalam hal ini adalah kelompok yang memiliki modal yang cenderung tidak ada progres dikembangkan.Â
Mereka ini berpeluang besar akan kalah dalam persaingan dan modalnya akan diambil alih oleh mereka yang menang. Kondisi persaingan ini akan menempatkan seseorang pada posisi dimana mereka akan saling mengasingkan satu dengan yang lainnya. Mereka tidak lagi akan membiasakan diri untuk menjalani hidup bersama dengan orang lain karena semua orang dianggap sebagai  sainganku untuk mencapai posisi kapital yang lebih besar lagi.Â
   Jika ini ditinjau dalam kondisi di Indonesia, maka tampak sekali Indonesia tidak memiliki kesinambungan strategi pembangunan ekonomi yang sangat dibutuhkan untuk setiap Negara berkembang yang mau meningkatkan statusnya menjadi Negara industri baru yang tetap mengedepankan keberpihakan pada ekonomi kelas menengah kebawah. UMKM sebagai representasi perekonomian kaum menengah kebawah sangat terlihat sebagai kaum yang terdampak pada kapitalisme global. modal untuk biaya operasional UMKM tidak disediakan sejak awal serta ketakmampuan menguasai teknplogi yang semakin canggih.Â
Keterbatasan modal dan penguasaan teknologi inilah inilah yang menyebabkan UMKM tak bisa bertahan lama, karena persolan utama mereka yakni tak memiliki uang tunai yang cukup untuk mendanai operasional bisnis. Sementara arus kas masuk dari bisnis belum mencukupi untuk menutup seluruh biaya operasional yang ada dan pada akhirnya mereka tersingkir oleh kerasnya persaingan dengan pemodal yang kuat.
2. Alienasi dari diri sendiri
 : Dan pada akhirnya, sistem kapitalisme ini mengasingkan manusia dari dirinya sendiri. Kehidupan mereka menjadi tidak mereka lihat memiliki dampak yang  bermakna, relasi sosial mereka akan dirusak oleh hadirnya kompetisi, aktivitas mereka yang dirasa sebagai rutinitas belaka dan hasil produksi mereka akan dicuri.Â
Dalam situasi ini, setiap orang akan merasa kehilangan akan penghargaan pada diri mereka sendiri dan tidak lagi memiliki rasa percaya diri. Dalam sistem kapitalisme ini juga, manusia akan mengalami dimana dirinya serasa tidak hidup dan tidak memiliki gairah. Pekerjaan akan membuat tubuh manusia terasa terasing terhadap dirinya Sendiri.Â
  Perkembangan dari teknologi akan membuat seseorang menjadi lebih mudah terhubung serta berkomunikasi. Namun perkembangan teknologi komunikasi ini ternyata justru membuat masyarakat dalam kondisi terasing. Di sisi lain, Penghargaan akan waktu menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Persaingan pun semakin nampak. Dan secara bergilir, manusia akan menjadi robot atas teknologi yang telah berubah menjadi lebih destruktif dan akan membuat manusia kehilangan rasa kemanusiaannya.Â
Umat manusia menjadi terasing dari dunia yang seharusnya mereka nikmati dan kuasai. seiring dengan hadirnya kondisi, dimana manusia memperoleh kebebasan , mereka akan semakin merasa terasing. Meskipun mereka paham bahwa mereka lebih bebas dari rasa aman pada tempat tertentu di dunia. Tetapi mereka justru menjadi terpisah dari asal mereka dan terasingkan satu sama lain. Rasa keterasingan jiwa adalah kegagalan fatal dalam membangun hubungan yang harmonis antara kehidupan manusia dengan lingkungannya.
Daftar Acuan
Castells, Manuels , 2009 – Communication in The Digital Age . New York : Oxford University Press IncÂ
Jones, Pip. 2009. Pengantar Teori-Teori Sosial, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Wrong, Dennis . 2003. Max Weber Sebuah Khazanah, Yogyakarta : Ikon Teralitera
McLuhan, Marshall, 1999. Digital Weberianism: Bureaucracy, information, and the Techno-rationality of Neoliberal CapitalismÂ
Indiana Journal of Global Legal Studies Vol. 25 #1 (Spring 2018) © Indiana University Maurer School of LawÂ
www.mediaindonesia.com .(2019, 14 Maret). Diakses pada 20 Oktober 2020, dari :Â https://mediaindonesia.com/read/detail/223080-transformasi-birokrasi-jadi-keharusan-di-era-digitalisasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H