Mohon tunggu...
Anshar Aminullah
Anshar Aminullah Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat, Peneliti, Akademisi

Membaca dan Minum Kopi sambil memilih menjadi Pendengar yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran JW Schoorl tentang Modernisasi, Kota, dan Perubahan Sosial

15 Maret 2024   13:17 Diperbarui: 30 Juli 2024   07:27 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  Pada prinsipnya, di setiap kota mengalami sebuah histori pertumbuhan dan perkembangan sehingga menjelma menjadi sebuah  kota besar. Proses terbentuknya menjadi kota tak bisa dipungkiri tidak bisa terlepas dari segala aktivis dalam berbagai aspek pada manusia itu sendiri. Kota dapat dilihat dalam sisi sebagai gaya hidup, yang memungkinkan para penduduknya bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang asing serta mengalami berbagai perubahan dan perkembangan pesat, termasuk perubahan mobilitas sosial.

    Beberapa aspek struktur sosial kota yang dapat diperinci dalam beberapa gejala menurut
Daldjoeni antara lain : Pertama, Heterogenitas sosial. Kepadatan penduduk mendorong
terjadinya persaingan dalam pemanfaatan ruang. Manusia kadangkala dalam bertindak memilih-milih hal yang paling menguntungkan baginya, sehingga tercapai spesialisasi. 

Dalam upaya keberhasilan kapilaritas sosial (membuat karier), orang mengurangi khususnya  jumlah anaknya dalam internal keluarganya. Kota juga menjadi melting pot untuk aneka suku maupun ras. Masing-masing minoritas ada kecenderungan untuk mempertahankan diri dengan memelihara jumlah anak yang banyak untuk tidak hilang terdesak . 

Kedua, Mobilitas Sosial. Di sini yang dimaksudkan adalah perubahan status sosial seseorang. Dimana seseorang juga menginginkan kenaikan dalam jenjang kemasarakatan di kehidupannya atau yang kita kenal dengan istilah social climbing.

    Dalam aktivitas kehidupan sebuah kota, segalanya menjadi diprofesionalkan, dan melalui  profesinya seseorang pun dapat naik jenjang posisinya. Selain usaha dan perjuangan pribadi untuk berhasil, secara kelompok seprofesi juga ada solidaritas klas. 

Terjadilah perkumpulan-perkumpulan orang seprofesi, seperti guru, dokter, wartawan, pedagang, tukang becak, dan lainnya. Ketiga lndividualisasi. Ini merupakan akibat dari sejenis atomisasi. Orang dapat memutuskan apa-apa secara pribadi, merencanakan kariernya tanpa desakan orang lain. lni berlatar belakang corak sekunder dari

   Sebuah kehidupan kota, dimana sifat sukarelanya ikatan serta banyaknya berbagai kemungkinan yang tersedia.
Pada aspek mental ini, Daldjoeni lebih melihat pada aspek kejiwaan (mental) masyarakat
kota. Adapun kejiwan masyarakat kota dapat diperinci atas beberapa gejala diantaranya :
Pertama, Industri kesenangan dan pengisian waktu luang. Semakin maju suatu kota besar,
semakin bermunculan masalah yang bertalian dengan penggunan waktu luang. 

Waktu luang ini diakibatkan oleh proses teknisasi yang pada akhirnya sebagian besar tenaga manusia tergantikan oleh tenaga dari sebuah mesin dan tata kerja manusia dapat dijadwal dengan sangat ketat. Akibatnya, manusia akhirnya bekerja dengan suasana penuh rasa tegang sehingga setelah selesai diperlukan suasana yang cukup santai. Waktu luang akan menjadi masalah penting setelah bersama dengan majunya teknisasi, jumlahnya makin bertambah.

    Pada negara berkembang, orang bekerja tujuh hari atau enam hari dalam seminggu, sedangkan di dunia Barat, orang bekerja lima hari kerja. Hal ini meningkatkan mereka untuk menciptakan kegiatan bersama yang produktif semakin berkurang. Karena itu, mereka membutuhkan usaha pengisian waktu luang secara organisasi. 

    Sehubungan itu diaadakan industri kesenangan. Kedua, Egalisasi dan sensasi. Proses egalisasi mengandung tendensi penyamaan, dimana di dalamnya peran dari materi atau uang begitu penting dalam kehidupan di kota. lni berlatar belakang pada proses tehnisi dan industrialisasi. Dengan memiliki uang, orang akan dapat sejajar dengan orang lain. Dalam arti ia juga dapat membeli banyak keinginan dan kebutuhan yang diinginkannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun