Mohon tunggu...
Anshar Aminullah
Anshar Aminullah Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat, Peneliti, Akademisi

Membaca dan Minum Kopi sambil memilih menjadi Pendengar yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Agama dan Digitalisasi

17 Februari 2024   12:55 Diperbarui: 17 Februari 2024   12:57 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : www.aisnusantara.or.id

     Salah satu alasan mengapa agama  tampak tidak relevan pada masa sekarang ini menurut Karen Amstrong, adalah karena banyak diantara kita tidak lagi memiliki rasa bahwa kita dikelilingi oleh yang gaib. Kultur ilmiah kita untuk memusatkan perhatian hanya kepada dunia fisik dan material yang hadir dihadapan kita.
Peter L Berger juga  mengungkapkan, Para pengamat tentang kehidupan beragama dewasa ini sepakat bahwa agama telah tersingkir dari dunia modern. Tersingkirnya agama ini dirumuskan secara dramatis sebagai “Tuhan Telah Mati” atau “era Pasca-kristen” . atau dengan ungkapan yang lebih lunak sebagai trend dunia atau trend yang tak terelakkan. Thomas Altizer seorang teolog “Radikal” mengatakan dengan ungkapan yang konvensional dan lugas bahwa ”kita harus menyadari bahwa kematian Tuhan merupakan kejadian historis, bahwa Tuhan wafat didunia, dalam sejarah keberadaan kita”. Berger juga mengatakan bahwa  Setiap masyarakat manusia adalah suatu usaha pembangunan dunia.

    Agama pada prinsipnya  menempati suatu tempat tersendiri dalam usaha ini. Tujuan utama kita di sini ialah membuat beberapa pernyataan umum mengenai hubungan antara agama manusia dengan pembangunan-dunia oleh manusia. Namun sebelum hal ini bisa dilakukan secara nalar, harus dijelaskan terlebih dulu pernyataan di atas mengenai keampuhan masyarakat dalam pembangunan-dunia. Yang penting dalam penjelasan ini ialah memahami masyarakat dalam kerangka-kerangka dialektik.' .

    Masyarakat adalah suatu fenomena dialektik dalam pengertian bahwa masyarakat adalah suatu produk manusia, lain tidak, yang akan selalu memberi tindak-balik kepada produsernya. Masyarakat adalah suatu produk dari manusia. Masyarakat tidak mempunyai bentuk lain kecuali bentuk yang telah diberikan kepadanya oleh aktivitas dan kesadaran manusia. Realitas sosial tak dapat dipisah dari manusia, sehingga dapat dipastikan bahwa manusia adalah suatu produk masyarakat. 

    Setiap biografi individu adalah suatu episode di dalam sejarah masyarakat yang sudah ada sebelumnya serta akan terus berlanjut sesudahnya. Masyarakat sudah ada sebelum individu dilahirkan dan masih akan ada sesudah individu mati. Lebih dari itu, di dalam masyarakatlah, dan sebagai hasil dari proses sosial, individu menjadi sebuah pribadi, ia memperoleh dan berpegang pada suatu identitas, dan ia melaksanakan berbagai proyek yang menjadi bagian kehidupannya. 

    Manusia tidak bisa eksis terpisah dari masyarakat. Kedua pernyataan itu, bahwa masyarakat adalah produk manusia dan manusia produk masyarakat, tidaklah berlawanan. Namun sebaliknya, justru keduanya menggambarkan sifat dialektik inheren dari fenomena dalam masyarakat. Hanya jika sifat ini diterima, maka masyarakat akan dapat dipahami dalam kerangka-kerangka yang memadai dalam realitas empirisnya.”

      Agama adalah suatu usaha manusia untuk membentuk suatu  kosmos keramat. Dengan kata lain, agama adalah merupakan kosmisasi dalam suatu cara yang keramat (sakral). Dengan kata "keramat" dimaksudkan sebagai adalah suatu kualitas kekuasaan yang misterius yang menakjubkan, bukan dari manusia tetapi berkaitan dengannya yang  diyakini berada dalam obyek-obyek pengalaman tertentu. Kualitas ini bisa disandangkan pada obyek-obyek alami atau artifisial pada binatang, atau manusia. Ada batu keramat, peralatan keramat, sapi keramat. Kepala suku tak lepas dari kemungkinan bahwa dia  juga keramat, demikian juga adat atau lembaga tertentu.

     Ruang dan waktu bisa juga disandangi kualitas ini, misalnya lokalitas-lokalitas keramat dan musim-musim keramat. Kualitas tersebut akhirnya mungkin dibentuk dalam mahkluk-mahkluk keramat, dari roh-roh lokal sampai dewa-dewa langit yang tinggi. Dan yang terakhir ini, ketika gilirannya, mungkin akan berubah bentuk menjadi kekuatan-kekuatan atau asas-asas purna yang akan mengatur kosmos, tidak lagi dibayangkan dalam kerangka personal tetapi masih tetap mengandung status kekeramatan. 

     Manifestasi historis dari apa-apa yang keramat itu sangat beragam, walaupun terdapat beberapa keseragaman tertentu yang bisa diamati secara lintas budaya (tidak perduli apakah keseragaman-keseragaman ini akan ditafsirkan sebagai akibat dari penyebaran budaya atau dari logika batin pencitraan keagamaan manusia). Seringkali pada yang keramat itu akan dipahami sebagai "menyeruak" dari rutinitas normal kehidupan harian, sebagai sesuatu yang luar biasa dan tetap berpotensi berbahaya, walaupun bahaya-bahayanya bisa dijinakkan dan potensinya dikendalikan demi kebutuhan-kebutuhan kehidupan sehari-hari. Meskipun yang keramat itu dipahami sebagai bukan manusia, namun acuannya kepada manusia, terkait dengannya dalam cara yang tidak ada pada fenomena-fenomena ponmanusiawi lainnya (teristimewa, fenomena-fenomena yang bersifat bukan-keramat). Kosmos yang ditegakkan oleh agama ita “meng-atasi" (transcend) dan juga meliputi manusia. Kosmos yang keramat itu dihadapi oleh manusia sebagai suatu realitas yang sangat berkuasa yang bukan dari dirinya sendiri. Namun realitas ini akan tertuju pada dirinya sendiri serta menempatkan kehidupan manusia pada suatu tatanan yang bermakna.

Agama di Era Digitalisasi 

     Kemajuan teknologi sebagai bagian dari efek modernisasi barat di abad ke 21, agama dihadapkan pada media baru. Dale F Eickelmen dan Jon W Anderson Media baru ini melahirkan entitas ke-publikan yang baru, yang juga sebagai ruang baru yang dihuni juga oleh orang-orang baru dengan pemikiran baru. Media baru ini berisi berbagai teknologi yang begitu canggih yang bisa menjadi alat bagi kelompok agama atau secara personal kepenganutnya menjadi agensi sosial dengan kemampuan berkomunikasi dengan berbagai elemen baik berskala global maupun transnasional. 

    Anderson mengatakan bahwa ruang publik yang baru ini harus dipahami secara luas sebagai arena yang baru bagi eksistensi berbagai ekspresi yang bersifat alternatif , yang menyebarkan gagasan-gagasan mengenai peradaban, keadaban dan kebajikan. Aksi 212 yang memanfaatkan media sosial yang melibatkan jutaan massa tak bisa dipungkiri juga sebagai efek dari kehadiran ruang publik yang baru itu.

    Demikian juga dengan Bryan S. Turner, dia mengungkapkan Teknologi baru sekarang ini memiliki efek ideologis yang cukup kontradiktif. Mereka memberikan kesempatan berupa alternatif, deregulasi, pelimpahan untuk debat dan diskusi, dan karena itu mereka memberikan kontribusi yang sangat diperlukan bagi masyarakat sipil yang demokratis. 

    Media baru penting secara politis dan sosiologis, karena mereka memiliki efek yang tidak disengaja merusak bentuk-bentuk otoritas tradisional yang didasarkan pada transmisi lisan atau pada bentuk-bentuk pembelajaran tekstual berbasis cetak yang linier, hierarkis, imitatif, dan berulang. Pengetahuan berdasarkan transmisi lisan dan memori, di satu sisi, dan pengetahuan berbasis cetak di sisi lain, terkait dengan bentuk otoritas tradisional dan teknologi pedagogis tertentu yang menghasilkan disiplin diri. 

     Studi O'Leary (1996) yang menyatakan bagaimana internet berfungsi sebagai ruang sakral bagi para praktisi agama, penelitian korpus telah dikumpulkan, yang memungkinkan para sarjana untuk mulai membuat klaim yang terinformasi tentang implikasi sosial yang dihadirkan oleh praktik keagamaan secara online . para Ilmuwan awalnya sering menyarankan bahwa menggunakan internet untuk tujuan religius mungkin dapat mengubah praktik dan ideologi keagamaan dengan cara yang revolusioner, dari menantang peran otoritas keagamaan tradisional hingga mengubah ekspektasi religius dari komunitas dan koneksi (O'Leary 1996; Brasher 2001 ; Dawson dan Cowan 2004).

     Dikatakan oleh Heidi A. Campbel bahwa agama online berfungsi dalam jaringan interaksi, di mana hubungan sosial, struktur, dan pola kepercayaan menjadi sangat mudah dibentuk, global, dan saling berhubungan. Hal ini melengkapi wacana tentang “networked society” yang berpendapat bahwa ada pergeseran struktur dan pemahaman tentang bagaimana dunia sosial, politik, dan ekonomi berfungsi dalam masyarakat global. Hal ini menciptakan apa yang ditegaskan oleh sosiolog seperti Manuel Castells (1996) dan lainnya adalah munculnya masyarakat berbasis jaringan di mana hubungan sosial ini semakin terdesentralisasi, namun saling berhubungan dan seringkali didukung oleh infrastruktur teknis-sosial. Gagasan tentang jaringan agama menunjukkan bahwa agama, terutama yang ditemukan secara online, diinformasikan oleh struktur teknologi dan karakteristik internet seperti meratakan hierarki tradisional, mendorong komunikasi dan tanggapan instan, dan memperluas akses ke sakral atau informasi yang dulu bersifat pribadi.

    Menurut William James, bahwa yang jelas, ilmu pengetahuan dan agama sama-sama merupakan kunci utama untuk membuka harta karun dunia bagi siapa saja yang bisa menggunakannya secara praktis. ilmu pengetahuan terbukti tidak akan habis dan sektarian jika digunakan secara simultan.

    Mengapa dunia tidak begitu Kompleks karena berisi beragam ruang realitas yang saling mengisi, yang memungkinkan tidak memasukinya secara bergantian dengan menggunakan beragam konsep berbeda dan mengasumsikan nya beragam sikap yang berbeda, seperti yang dilakukan oleh ahli matematika saat menyelesaikan persoalan fakta spasial dan numerik dengan menggunakan geometri geometri analitis, aljabar, kalulus, atau dengan  kueternia, pada setiap saat kemunculannya? Menurut pandangan ini, agama dan ilmu pengetahuan yang terus memverifikasi caranya sendiri dari waktu ke waktu akan menjadi sesuatu yang co-eternal. pemikiran primitif dengan keyakinan pada kekuatan pribadi yang individual, pada tingkatan tertentu tampaknya tidak dikendalikan oleh ilmu pengetahuan titik Banyak orang terdidik yang masih menganggapnya sebagai saluran eksperimental paling cepat untuk berhubungan dengan realitasnya.

Daftar Acuan

Amstron, Karen. 2004. Sejarah Tuhan. Bandung : PT Mizan Pustaka

Berger, Peter L.1991. Kabar Angin Dari Langit.: Makna Teologi dalam Masyarakat Modern. Jakarta : LP3ES

Berger, Peter L. 1991.Langit Suci : Agama Sebagai Realitas Sosial. Jakarta : LP3ES

Cambel, Heidi A.2012. Understanding the Relationship between Religion Online and Offline in a Networked Societ .Journal of the American Academy of Religion , Vol. 80, No.1. Oxford : Oxford University Press 

Castells, Manuel. 2010.The Power of Identity : Second edition With a new preface New York : A John Wiley & Sons, Ltd., Publication 

Eickelmen, Dale F. Anderson, Jon W. 2003. New Media in the Muslim World : The Emeging Public Sphere(Indiana Series In Middle East Studies).Bloomington and Indianapolis : Indiana University Press

James, William.2015. The Varietes Religious Experience : Pengalaman-pengalaman Religius. Yogyakarta : IRCiSoD

Ritzer , George. Atalay , Zeynep. 2010 - Readings in Globalization_ Key Concepts and Major Debates . USA : Wiley-Blackwell - libgen.lc

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun