Siapa yang tidak mengenal M. Aan Mansyur? pastinya hampir semua orang yang menyukai puisi maupun yang tidak menyukainya pasti mengenal penyair yang satu ini, seorang penyair yang debut di salah satu film ternama di Indonesia. Aan memulai debutnya di dunia perfilman dengan bergabung di proyek film Ada Apa Dengan Cinta? 2, dengan menuliskan puisi-puisi yang nantinya akan dibawakan oleh karakter Rangga di dalam film tersebut.
Puisi-Puisi yang ditulis oleh Aan sukses membuat para penonton kagum akan kata-kata puitis yang disampaikan oleh Rangga dan setiap dialog yang dia ucapkan selalu menimbulkan perasaan hangat maupun rindu. Di tahun yang sama ketika film tersebut ditayangkan, Aan menerbitkan sebuah buku yang berjudul Tidak Ada New York Hari Ini yang berisikan 31 puisi, dimana dua dari puisi-puisi tersebut diambil dari film AADC 2.
Beragam puisi yang diciptakan oleh Aan sendiri cenderung mengarah kepada perasaan batin yang disebut cinta. Maka, tak heran apabila banyak sekali orang yang menggemari puisi-puisi karya Aan Mansyur. Jika kita berbicara tentang cinta, maka perasaan bahagia dan suka pasti turut menyertai perasaan cinta yang dirasakan oleh semua orang. Namun belakangan, perasaan tersebut mulai pudar akibat dari pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung saat ini.
Berbagai macam masalah yang ditimbulkan oleh pandemi membuat banyak orang merasa khawatir dan tertekan akibat situasi yang sedang berlangsung. Tak jarang, banyak sekali orang yang mengalami depresi maupun stress berat akibat terlalu banyak memikirkan dan mengkhawatirkan dampak yang ditimbulkan oleh COVID-19. Perasaan bahagia pun lama-kelamaan mulai tersingkirkan dan sebagai gantinya, perasaan cemas maupun sedih senantiasa mengikuti orang-orang yang mengalami stress maupun depresi.
Banyak cara dilakukan untuk setidaknya mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh pandemi, di antaranya mulai muncul tren untuk bersepeda, banyak dibuka kelas-kelas yoga secara online, serta pemerintah yang tiada hentinya mengingatkan untuk selalu menggunakan masker dan selalu mencuci tangan. Beberapa cara diatas tentu dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh pandemi, namun sebagian besar dari cara diatas belum mampu untuk mengurangi perasaan cemas dan khawatir secara keseluruhan.
Lantas, bagaimana peran puisi untuk mengurangi perasaan cemas tersebut? Peran puisi sangat berdampak bagi kondisi mental yang dialami seseorang. Layaknya buku maupun film, puisi memiliki dampak positif tersendiri untuk tubuh kita apalagi ketika berbicara tentang kondisi mental seseorang. Sebagai contoh, puisi dapat menjadi refleksi terhadap diri sendiri, apa yang kita lihat maupun perbuat umumnya bisa muncul di dalam sebuah puisi yang kita baca atau ketika kita sedang menulis sebuah puisi.
Contoh lain ketika kita sedang dalam kondisi emosi yang tinggi, alangkah baiknya ketika emosi tersebut bisa kita tuangkan ke dalam puisi yang kita tulis. Perasaan damai pun akan menghampiri apabila kita menuliskan pergolakan emosi kita ke selembar kertas putih. Pergolakan emosi yang sebelumnya bergejolak, setelah kita mencoba menuliskan emosi tersebut kedalam sebuah puisi yang nantinya, akan mengantarkan kita ke perasaan damai dan lega karena sudah berhasil menuangkan emosi yang memuncak kedalam puisi tersebut.
Apabila anda memiliki luka akibat trauma maupun peristiwa yang membuat anda merasa sakit ketika mengingatnya kembali, menulis puisi bisa meringankan beban yang anda pikul. Dampak dari rasa sakit secara emosional dapat diredakan dan anda akan merasakan perasaan yang lebih nyaman dan tenang setelah anda menuliskan atau menuangkan emosi kedalam sebuah puisi yang anda tulis.
Mari kita coba bayangkan ketika anda sedang berada di sebuah taman yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang cantik nan indah serta cuaca yang mendukung, tiba-tiba datang badai menerpa anda yang sedang menikmati suasana tersebut. Setelah anda berlindung dari terjangan badai tersebut, anda disambut oleh cuaca hangat yang seakan-akan mengatakan kepada anda bahwa badai telah berlalu.