Pernahkah terbesit pertanyaan, atau malah membayangkan, bagaimana jadinya bila bumi tanpa serangga?
Serangga adalah salah satu jenis hewan yang memiliki jumlah terbanyak di muka bumi, tapi seringkali diartikan negatif dan terabaikan oleh manusia.
Konotasi dari masyarakat mengenai serangga itu sendiri acap kali ter-framing dengan hama, pembawa penyakit dan bahkan digambarkan sebagai sosok monster dalam cerita fiksi.
Bahkan, sebagian manusia yang menganut paham Antroposentrisme (yaitu paham yang menjadikan manusia sebagai pusat atas suatu penilaian bahwa manusia lebih berharga dari makhluk lain).
Jika ditanya pendapat tentang serangga, pasti mereka akan menjawab dengan pertanyaan seperti: "Apa fungsinya kita mempelajari serangga?" "Untuk apa? Itu kan tidak ada fungsinya bagi manusia".
Fungsi-fungsi yang dimaksud di sini tak lepas dari kebutuhkan manusia itu sendiri seperti kebutuhan ekonomi, pangan, dll.
Jadi, apakah benar manusia tidak butuh serangga?
Mari kita lihat beberapa hal yang akan terjadi jika serangga punah di muka bumi.
Ini adalah beberapa foto yang saya ambil ketika melakukan ekspediasi untuk Inventarisasi Lepidopetra (kupu-kupu) di Taman Nasional Bali Barat.
Bagi kalian yang merasa tertarik untuk menengok spesies-spesies tersebut secara detail, kalian bisa mengunjungi blog yang khusus saya buat pada saat itu mengenai Inventarisasi Lepidoptera di http://ceritaekspedisi.blogspot.com/Â
Pernahkah kita membayangkan, bagaimana suatu tanaman bisa berbunga dan berbuah (menghasilkan bunga dan buah)?
Saya yakin, tentunya sebagian besar pembaca pernah menerima pelajaran Biologi sewatu di sekolah tentang penyerbukan tanaman.Â
Sebelumnya, saya jelaskan sedikit tentang penyerbukan; artinya ialah jatuhnya serbuk sari ke kepala putik (dalam bahasa biologinya), untuk bahasa yang gampang adalah ya itu merupakan proses perkawinan tanaman sehingga tanaman dapat menghasilkan bunga, biji dan buah. Serangga merupakan salah satu hewan yang memiliki peran besar dalam hal penyerbukan.
Saya akan mengambil salah satu contoh serangga yang sudah familiar di telinga masyarakat dalam hal penyerbukan; yaitu kupu-kupu.
Kupu-kupu memiliki simbiosis mutualisme dengan berbagai tanaman, kupu-kupu akan menghisap nektar yang ada di dalam bunga, sembari menghisap nektar, kaki kupu-kupu akan bersentuhan dengan serbuk sari yang membuat serbuk sari tersebut berhamburan dan kemudian akan jatuh ke kepala putik.
Setelah itu, proses fertilisasi akan terjadi tanaman dapat bereproduksi dan menghasilkan bunga, biji, dan buah yang tentunya dibutuhkan oleh manusia. See? Secara tidak langsung serangga memberi manfaat bagi kita untuk menyediakan pangan di bumi.
Coba bayangkan jika serangga punah dan beberapa tanaman tidak bisa melakukan penyerbukan. Apakah kalian rela tidak bisa makan buah dan sayur segar sehingga harus memakan makanan instan sepanjang hidup kalian?
Selain mikroorganisme (bakteri dan jamur), serangga juga berperan penting dalam hal dekomposisi atau penguraian.
Mari kita ambil contoh daun yang jatuh dari pohon ke tanah, maka agent pertama yang melakukan dekomposisi adalah serangga seperti semut, kumbang atau belalang.
Mereka (re: serangga) melakukan dekomposisi tersebut untuk mencacah ukuran daun agar menjadi lebih kecil dan kemudian dapat diteruskan proses penguraian ke mikroorganisme.
Daun yang jatuh tersebut kemudian akan menjadi pupuk alami yang tentunya bermanfaat bagi kesuburan tanaman dan tidak merusak lingkungan seperti pupuk kimia. Itu baru daun, bayangkan jika serangga punah apa yang terjadi dengan bangkai hewan bahkan bangkai manusia; tidak ada pengurai lantas bangkai-bangkai tersebut akan menjadi susah terurai dan akhirnya bisa saja menjadi sarang penyakit karena tidak lekas busuk dan menghilang.
Kemudian, pernahkah kalian bermain-main di sungai? Coba kalian sesekali bermain di sungai yang masih asri, kalian akan menemukan banyak sekali capung dengan keindahan warna sayapnya hilir mudik di sekitar sungai.
Menurut kalian apa yang ingin mereka tunjukan kepada kita para manusia? Ya, tepat sekali itu adalah salah satu habitat mereka. Lalu, apa pentingnya?
Begini, capung adalah salah satu serangga yang menjadi bioindikator air bersih. Hal ini bermaksud bahwa semakin beragam jenis dan banyaknya jumlah capung yang ada di suatu perairan, dapat dipastikan air yang mengalir di tempat tersebut masih bersih dan lingkungan sekitarnya masih terjaga, karena capung sangat sensitif sekali terhadap lingkungan, mereka hanya mau punya rumah yang bersih dan asri. Kita juga kan?
Maka dari itu, mari kita jaga kebersihan dan kelestarian lingkungan kita agar menjadi rumah yang nyaman tidak hanya bagi capung tapi juga bagi kita sendiri. Siapa sih yang mau tinggal di tempat tercemar?
Hal terakhir yang akan saya bahas adalah unsur keindahan yang dimiliki oleh serangga. Waktu kecil apakah kalian sama seperti saya, suka sekali bermain-main di kebun sambil melihat kupu-kupu, kumbang, capung, belalang dan serangga lainnya? Apakah kalian merasa bahagia?
Saya merasa bahagia sekali ketika saya melihat sayap kupu-kupu yang berwarna-warni, melihat belalang sembah melakukan atraksi di atas daun dan berbagai macam motif kumbang yang bagus-bagus.
Ini membuktikan bahwa keberadaan serangga tersebut dapat membuat jiwa manusia bahagia. Bukannya kebahagiaan menjadi kebutuhan dasar psikologis umat manusia?
Namun, saya berpesan jika Anda bahagia melihat keindahannya, tolong diamati dan dijaga kelestariannya, jangan ditangkap dan diperjual belikan demi mendapatkan untung materi yang tidak seberapa dengan kekayaan alam yang diberikan oleh Tuhan ini.
Jika serangga punah di muka bumi, maka sebagian sumber kebahagiaan kita dapat dikatakan akan punah juga.
Jadi, demikian beberapa hal yang dapat saya sampaikan, walaupun sedikit semoga berguna untuk menambah wawasan kita semua.
Dan bila ada yang ingin menambahkan atau mungkin sudah ahli di bidang entomologi (serangga) bisa menambahkan di kolom komentar. Saya sangat terbuka sekali dengan masukan dan kritikan.
Selamat Hari Pendidikan Nasional. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H