Saya yakin, tentunya sebagian besar pembaca pernah menerima pelajaran Biologi sewatu di sekolah tentang penyerbukan tanaman.Â
Sebelumnya, saya jelaskan sedikit tentang penyerbukan; artinya ialah jatuhnya serbuk sari ke kepala putik (dalam bahasa biologinya), untuk bahasa yang gampang adalah ya itu merupakan proses perkawinan tanaman sehingga tanaman dapat menghasilkan bunga, biji dan buah. Serangga merupakan salah satu hewan yang memiliki peran besar dalam hal penyerbukan.
Saya akan mengambil salah satu contoh serangga yang sudah familiar di telinga masyarakat dalam hal penyerbukan; yaitu kupu-kupu.
Kupu-kupu memiliki simbiosis mutualisme dengan berbagai tanaman, kupu-kupu akan menghisap nektar yang ada di dalam bunga, sembari menghisap nektar, kaki kupu-kupu akan bersentuhan dengan serbuk sari yang membuat serbuk sari tersebut berhamburan dan kemudian akan jatuh ke kepala putik.
Setelah itu, proses fertilisasi akan terjadi tanaman dapat bereproduksi dan menghasilkan bunga, biji, dan buah yang tentunya dibutuhkan oleh manusia. See? Secara tidak langsung serangga memberi manfaat bagi kita untuk menyediakan pangan di bumi.
Coba bayangkan jika serangga punah dan beberapa tanaman tidak bisa melakukan penyerbukan. Apakah kalian rela tidak bisa makan buah dan sayur segar sehingga harus memakan makanan instan sepanjang hidup kalian?
Selain mikroorganisme (bakteri dan jamur), serangga juga berperan penting dalam hal dekomposisi atau penguraian.
Mari kita ambil contoh daun yang jatuh dari pohon ke tanah, maka agent pertama yang melakukan dekomposisi adalah serangga seperti semut, kumbang atau belalang.
Mereka (re: serangga) melakukan dekomposisi tersebut untuk mencacah ukuran daun agar menjadi lebih kecil dan kemudian dapat diteruskan proses penguraian ke mikroorganisme.
Daun yang jatuh tersebut kemudian akan menjadi pupuk alami yang tentunya bermanfaat bagi kesuburan tanaman dan tidak merusak lingkungan seperti pupuk kimia. Itu baru daun, bayangkan jika serangga punah apa yang terjadi dengan bangkai hewan bahkan bangkai manusia; tidak ada pengurai lantas bangkai-bangkai tersebut akan menjadi susah terurai dan akhirnya bisa saja menjadi sarang penyakit karena tidak lekas busuk dan menghilang.
Kemudian, pernahkah kalian bermain-main di sungai? Coba kalian sesekali bermain di sungai yang masih asri, kalian akan menemukan banyak sekali capung dengan keindahan warna sayapnya hilir mudik di sekitar sungai.