Mohon tunggu...
Anselmus Marsvento Satrya K
Anselmus Marsvento Satrya K Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Keuangan 2008: Revolusi dalam Pemikiran Ekonomi atau Hanya Penyesuaian Sementara?

18 Oktober 2023   20:51 Diperbarui: 20 Oktober 2023   09:59 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Krisis keuangan 2008 mengguncang perekonomian dunia. Seperti yang dinyatakan oleh Uchoa (2018), praktik pengemasan subprime mortgage yang tidak bertanggung jawab di Amerika Serikat adalah sumber dari krisis ini. Ini berdampak pada banyak negara, termasuk Indonesia. Sepuluh tahun kemudian, pertanyaannya adalah apakah krisis tersebut telah mengubah perspektif ekonomi atau hanya menyebabkan perubahan kecil?

DAMPAK KRISIS KEUANGAN 2008 DI INDONESIA

Di Indonesia, ada dampak yang signifikan dari krisis keuangan 2008. Beberapa efeknya termasuk:

  • Penurunan pasar saham: Harga saham di Indonesia turun drastis hingga 27,4 persen pada Oktober 2008
  • Melemahnya sektor perbankan: Sektor perbankan sangat rentan selama krisis, dan akibatnya sektor perbankan Indonesia mengalami krisis likuiditas (BBC NEWS Indonesia, 2018)
  • Peningkatan pengangguran: Krisis keuangan 2008 menyebabkan peningkatan pengangguran di Indonesia (BBC NEWS Indonesia, 2018).

PENYESUAIAN SEMENTARA DALAM PEMIKIRAN EKONOMI

Dalam menghadapi krisis keuangan 2008, pemerintah Indonesia melakukan sejumlah langkah untuk mengatasi dampak krisis tersebut. Beberapa langkah yang diambil antara lain:

  • Stimulus fiskal: Pemerintah mengeluarkan stimulus fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, antara lain melalui program pembangunan infrastruktur.
  • Kebijakan moneter yang akomodatif: Bank Indonesia menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan kredit dan investasi.
  • Penguatan sektor riil: Pemerintah berusaha untuk meningktkan sektor riil melalui program pengembangan industri dan peningkatan daya saing.

Namun, pemikiran ekonomi juga mengalami perubahan sementara. Beberapa perubahan sementara yang terjadi antara lain:

  • Perbaikan regulasi: Krisis keuangan 2008 menyebabkan peraturan yang lebih ketat di sektor keuangan, termasuk di Indonesia, untuk mencegah krisis serupa di masa depan.
  • Peningkatan peran negara: Krisis keuangan 2008 juga menyebabkan peraturan yang lebih ketat diterapkan untuk mencegah krisis serupa di masa depan. Pemerintah memperketat pengawasan sektor keuangan dan perlindungan konsumen.

REVOLUSI DALAM PEMIKIRAN EKONOMI

Selain penyesuaian sementara, krisis keuangan 2008 juga membawa revolusi dalam pemikiran ekonomi. Beberapa revolusi dalam pemikiran ekonomi yang terjadi antara lain:

  • Pentingnya stabilitas keuangan: keuangan tahun 2008 menunjukkan betapa pentingnya stabilitas keuangan untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Fokus pemerintah dan lembaga keuangan adalah pengawasan dan pengendalian risiko keuangan.
  • Perubahan paradigma: krisis keuangan 2008 mengubah cara orang memandang ekonomi. Ide-ide seperti otonomi lembaga keuangan dan efisiensi pasar telah dihancurkan oleh krisis, yang juga mengubah cara orang memandang ekonomi.
  • Pentingnya kerjasama internasional: Selain itu, krisis keuangan 2008 menunjukkan betapa pentingnya kerja sama internasional dalam menangani krisis. Pertemuan G20 menghasilkan kesepakatan tentang sejumlah kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi global.

ARGUMEN UNTUK REVOLUSI DALAM PEMIKIRAN EKONOMI

Beberapa ekonom dan pakar keuangan berpendapat bahwa krisis keuangan 2008 telah membuat orang sadar bahwa banyak orang tidak tahu banyak tentang ekonomi dan mengubah cara mereka melihat masalah. Argumentasi ini didasarkan pada beberapa aspek yang telah muncul selama krisis, serta pengaruh yang telah ditimbulkannya terhadap pemikiran ekonomi global.

Pertama-tama, krisis keuangan 2008 menunjukkan kelemahan model efisiensi pasar, yang sebelumnya dianggap sebagai prinsip penting dalam pemikiran ekonomi. Model ini percaya bahwa pasar akan beroperasi dengan efisien dan secara otomatis menyeimbangkan diri. Namun, krisis ini menunjukkan bahwa pasar tidak selalu beroperasi dengan efisien dan seringkali menghadapi ketidakefisienan dan ketidakseimbangan yang mungkin memerlukan intervensi kebijakan.

Kegagalan pasar ini terutama terlihat di sektor perumahan Amerika Serikat, di mana sistem hipotek dan kredit runtuh. Aset beragun asal-usul (MBS) yang tidak terbayar menyebabkan banyak lembaga keuangan terkemuka bangkrut atau mengalami kerugian besar. Krisis ini menyadarkan dunia betapa pentingnya memahami efek ketidakefisienan pasar dan bagaimana pemerintah harus intervensi untuk memperbaikinya.

Selain itu, krisis keuangan 2008 menyebabkan perubahan besar dalam regulasi dan pengawasan sektor keuangan. Banyak negara menanggapi dengan memberlakukan kebijakan yang lebih ketat dan mengawasi sektor keuangan mereka untuk mencegah hal serupa terjadi lagi. Setelah krisis, banyak lembaga keuangan tunduk pada aturan yang lebih ketat dalam upaya mengurangi risiko dan melindungi konsumen. Ini menunjukkan bahwa krisis keuangan telah memaksa pemikiran ekonomi baru, terutama tentang hubungan antara pasar bebas dan peraturan.

Selain itu, pemahaman kita tentang bagaimana ekonomi riil dan sektor keuangan berhubungan telah berubah sebagai akibat dari krisis keuangan tahun 2008. Sebelum krisis, orang percaya bahwa sektor keuangan membantu orang menabung dan melakukan investasi yang produktif. Namun, krisis ini menunjukkan bahwa sektor keuangan dapat menjadi sumber risiko sistemik yang dapat menghancurkan ekonomi secara keseluruhan.

Ketika perspektif baru muncul tentang bagaimana ekonomi riil dan sektor keuangan berinteraksi satu sama lain, orang mulai memperhatikan betapa pentingnya sistem keuangan tetap stabil. Hal ini mendorong pemikiran baru tentang bagaimana regulasi, pengawasan, dan manajemen risiko di sektor keuangan dilakukan untuk menghindari risiko sistemik yang dapat mengganggu perekonomian secara keseluruhan.

Untuk menyimpulkan, gagasan bahwa ada perluasan pemikiran ekonomi setelah krisis keuangan 2008 didasarkan pada kekhawatiran tentang model efisiensi pasar, perubahan dalam regulasi dan pengawasan sektor keuangan, dan pemahaman baru tentang bagaimana sektor keuangan dan ekonomi riil berinteraksi satu sama lain. Peristiwa ini disebabkan karena pemikiran ekonomi telah dipaksa untuk memperbarui dan mengubah teori dan metode yang sebelumnya dianggap sebagai prinsip fundamental.

UNTUK PENYESUAIAN SEMENTARA

Ada beberapa orang yang percaya bahwa krisis keuangan 2008 tidak membawa revolusi ekonomi, tetapi hanya mengubah cara memandang ekonomi secara sementara. Argumentasi ini didasarkan pada beberapa elemen yang mendukung gagasan bahwa krisis ini memiliki ciri-ciri, penyebab, dan dampak yang terbatas.

Para pendukung perspektif penyesuaian pertama-tama menekankan bahwa faktor-faktor tertentu pada dasarnya menyebabkan krisis keuangan 2008. Salah satu contohnya adalah gelembung yang terjadi di sektor perumahan AS, yang disebabkan oleh praktik perbankan yang buruk dan pembiayaan yang tidak bertanggung jawab. Argumentasi ini menyatakan bahwa masalah ini dianggap sebagai fenomena terisolasi dan tidak mudah ditarik ke skala global.

Selain itu, argumen penyesuaian sementara menekankan bahwa tanggapan kebijakan pemerintah terhadap krisis keuangan 2008 hanya akan bersifat situasional dan terbatas pada mengatasi masalah yang sedang terjadi. Mereka percaya bahwa metode dan kebijakan ekonomi lama akan kembali mendominasi setelah krisis.

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, beberapa negara menerapkan kebijakan moneter yang longgar atau stimulus fiskal selama pemulihan pasca-krisis. Namun, kebijakan secara bertahap dikurangi atau ditarik kembali ketika keadaan membaik. Ini menunjukkan bahwa tindakan ini hanya diambil sebagai tanggapan sementara terhadap krisis dan bukan sebagai perubahan pemikiran ekonomi yang mendasar.

Selain itu, pandangan bahwa krisis keuangan 2008 adalah peristiwa yang tidak biasa dan tidak sering terjadi juga menjadi dasar argumen penyesuaian sementara. Sebagian orang berpendapat bahwa krisis ini hanyalah gejala khusus dan tidak menunjukkan kesalahan dalam pemikiran ekonomi secara keseluruhan. Oleh karena itu, perubahan yang terjadi sebagai akibat dari krisis tersebut dianggap sebagai penyesuaian situasional dan terbatas pada kondisi saat itu.

Sebagai kesimpulan, pendukung penyesuaian sementara berpendapat bahwa krisis keuangan 2008 adalah peristiwa unik dan tidak menunjukkan kegagalan pemikiran ekonomi secara keseluruhan. Mereka juga berpendapat bahwa tindakan kebijakan yang diambil hanya untuk mengatasi masalah yang sedang berlangsung dan tidak akan mengubah cara pemikiran ekonomi secara substansial. Namun, perspektif ini masih kontroversial dan terus diperdebatkan karena krisis keuangan 2008 memiliki efek yang mendalam dan jangka panjang terhadap pemikiran ekonomi di seluruh dunia.

KESIMPULAN

Di Indonesia dan di seluruh dunia, ada dampak yang signifikan dari krisis keuangan 2008. Selama sepuluh tahun setelah krisis, perspektif ekonomi telah mengalami perubahan sementara dan revolusi. Pemerintah Indonesia mengambil langkah-langkah untuk mengatasi krisis selain mengubah perspektif mereka tentang ekonomi. Kami telah belajar banyak dari krisis keuangan 2008 tentang pentingnya stabilitas keuangan, perubahan paradigma, dan kolaborasi internasional dalam menghadapi krisis. Krisis keuangan 2008 telah menimbulkan pertanyaan penting tentang apakah pengaruh krisis tersebut terhadap pemikiran ekonomi benar-benar memicu revolusi ekonomi atau hanya sebuah perubahan sementara. Di Indonesia, sejumlah konsekuensi yang signifikan telah terjadi, termasuk penurunan pasar saham, penurunan sektor perbankan, peningkatan pengangguran, dan pelemahan pasar obligasi. Stimulus fiskal, kebijakan moneter akomodatif, dan penguatan sektor riil adalah cara pemerintah Indonesia menanggapinya.

Namun, ada banyak bukti yang mendukung ide bahwa krisis ini telah mengubah cara orang memandang ekonomi. Krisis ini membuka celah dalam model efisiensi pasar, mendorong perubahan dalam regulasi dan pengawasan sektor keuangan, dan memberi kita pemahaman baru tentang bagaimana sektor keuangan dan ekonomi riil berinteraksi satu sama lain. Hal ini mengubah pandangan ekonomi lama dan menunjukkan betapa pentingnya stabilitas keuangan dan menunjukkan betapa pentingnya kerja sama internasional.

Sebaliknya, ada yang berpendapat bahwa krisis ini hanyalah tindakan situasional dan merupakan peristiwa terisolasi dengan penyebab yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa pemikiran ekonomi yang dominan sebelum krisis akan kembali dominan, dan bahwa krisis ini tidak mencerminkan kegagalan ekonomi fundamental.

Meskipun argumen penyesuaian sementara ada, debat ini tetap kontroversial dan terus diperdebatkan. Dalam perbandingan antara dua sudut pandang ini, artikel ini menggaris bawahi bahwa krisis keuangan 2008 telah memunculkan perubahan penting dalam cara kita memahami ekonomi, yang bisa saja berdampak jangka panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun