Mohon tunggu...
Anselmus Marsvento Satrya K
Anselmus Marsvento Satrya K Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Keuangan 2008: Revolusi dalam Pemikiran Ekonomi atau Hanya Penyesuaian Sementara?

18 Oktober 2023   20:51 Diperbarui: 20 Oktober 2023   09:59 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama-tama, krisis keuangan 2008 menunjukkan kelemahan model efisiensi pasar, yang sebelumnya dianggap sebagai prinsip penting dalam pemikiran ekonomi. Model ini percaya bahwa pasar akan beroperasi dengan efisien dan secara otomatis menyeimbangkan diri. Namun, krisis ini menunjukkan bahwa pasar tidak selalu beroperasi dengan efisien dan seringkali menghadapi ketidakefisienan dan ketidakseimbangan yang mungkin memerlukan intervensi kebijakan.

Kegagalan pasar ini terutama terlihat di sektor perumahan Amerika Serikat, di mana sistem hipotek dan kredit runtuh. Aset beragun asal-usul (MBS) yang tidak terbayar menyebabkan banyak lembaga keuangan terkemuka bangkrut atau mengalami kerugian besar. Krisis ini menyadarkan dunia betapa pentingnya memahami efek ketidakefisienan pasar dan bagaimana pemerintah harus intervensi untuk memperbaikinya.

Selain itu, krisis keuangan 2008 menyebabkan perubahan besar dalam regulasi dan pengawasan sektor keuangan. Banyak negara menanggapi dengan memberlakukan kebijakan yang lebih ketat dan mengawasi sektor keuangan mereka untuk mencegah hal serupa terjadi lagi. Setelah krisis, banyak lembaga keuangan tunduk pada aturan yang lebih ketat dalam upaya mengurangi risiko dan melindungi konsumen. Ini menunjukkan bahwa krisis keuangan telah memaksa pemikiran ekonomi baru, terutama tentang hubungan antara pasar bebas dan peraturan.

Selain itu, pemahaman kita tentang bagaimana ekonomi riil dan sektor keuangan berhubungan telah berubah sebagai akibat dari krisis keuangan tahun 2008. Sebelum krisis, orang percaya bahwa sektor keuangan membantu orang menabung dan melakukan investasi yang produktif. Namun, krisis ini menunjukkan bahwa sektor keuangan dapat menjadi sumber risiko sistemik yang dapat menghancurkan ekonomi secara keseluruhan.

Ketika perspektif baru muncul tentang bagaimana ekonomi riil dan sektor keuangan berinteraksi satu sama lain, orang mulai memperhatikan betapa pentingnya sistem keuangan tetap stabil. Hal ini mendorong pemikiran baru tentang bagaimana regulasi, pengawasan, dan manajemen risiko di sektor keuangan dilakukan untuk menghindari risiko sistemik yang dapat mengganggu perekonomian secara keseluruhan.

Untuk menyimpulkan, gagasan bahwa ada perluasan pemikiran ekonomi setelah krisis keuangan 2008 didasarkan pada kekhawatiran tentang model efisiensi pasar, perubahan dalam regulasi dan pengawasan sektor keuangan, dan pemahaman baru tentang bagaimana sektor keuangan dan ekonomi riil berinteraksi satu sama lain. Peristiwa ini disebabkan karena pemikiran ekonomi telah dipaksa untuk memperbarui dan mengubah teori dan metode yang sebelumnya dianggap sebagai prinsip fundamental.

UNTUK PENYESUAIAN SEMENTARA

Ada beberapa orang yang percaya bahwa krisis keuangan 2008 tidak membawa revolusi ekonomi, tetapi hanya mengubah cara memandang ekonomi secara sementara. Argumentasi ini didasarkan pada beberapa elemen yang mendukung gagasan bahwa krisis ini memiliki ciri-ciri, penyebab, dan dampak yang terbatas.

Para pendukung perspektif penyesuaian pertama-tama menekankan bahwa faktor-faktor tertentu pada dasarnya menyebabkan krisis keuangan 2008. Salah satu contohnya adalah gelembung yang terjadi di sektor perumahan AS, yang disebabkan oleh praktik perbankan yang buruk dan pembiayaan yang tidak bertanggung jawab. Argumentasi ini menyatakan bahwa masalah ini dianggap sebagai fenomena terisolasi dan tidak mudah ditarik ke skala global.

Selain itu, argumen penyesuaian sementara menekankan bahwa tanggapan kebijakan pemerintah terhadap krisis keuangan 2008 hanya akan bersifat situasional dan terbatas pada mengatasi masalah yang sedang terjadi. Mereka percaya bahwa metode dan kebijakan ekonomi lama akan kembali mendominasi setelah krisis.

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, beberapa negara menerapkan kebijakan moneter yang longgar atau stimulus fiskal selama pemulihan pasca-krisis. Namun, kebijakan secara bertahap dikurangi atau ditarik kembali ketika keadaan membaik. Ini menunjukkan bahwa tindakan ini hanya diambil sebagai tanggapan sementara terhadap krisis dan bukan sebagai perubahan pemikiran ekonomi yang mendasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun