Pendahuluan
Hampir di semua lini kehidupan kita butuh yang  namanya tarif (ada harganya). Jikalau kita yang terbiasa melakukan perjalanan ke kota-kota, untuk buang hajat saja butuh tarif. Terkecuali bagi yang  mau pakai pempres, silahkan saja tidak perlu ke toilet umum yang disediakan di setiap terminal. Hal yang paling memprihatinkan kita semua adalah tarif yang tidak tertulis (pungli)  yang berlaku di semua instansi (pemerintah dam swasta) dalam hal mengurus sesuatu.  Praktek semacam inilah yang membuat praktek korupsi kian subur di republik ini.
Revolusi Mental
Presiden Joko Widodo , sadar sepenuhnya dengan keadaan bangsa Indonesia, secara khususnya para elite (para pemimpin) yang berada di Legislatif, Eksekutif maupun Yudikatif, telah kehilangan keteladanan. Â Ada banyak karakter buruk (terutama perilaku koruptif) yang dilakukan dalam menjalankan seluruh tugas dan tanggungwajab mereka. Oleh karena itu, sang presiden menggagas dan mencanangkan apa yang disebut dengan Revolusi Mental.
Revolusi Mental (ReMen) yang digagas presiden Jokowi mencakup tiga hal: dalam kaitan dengan perubahan pikiran/cara pandang, perubahan budaya/sikap, dan perubahan perilaku (biasa dikenal sebagai "mind-set, culture-set, and behavior-set". Tentu saja ini pergumulan panjang bangsa ini yang tidak mudah dirubah dalam waktu singkat. Akan tetapi yang namanya perubahan itu, bukanlah suatu yang mustahil.
Perubahan cara pandang (mind-set); contohnya, para politisi dan bahkan kita semua sudah meyakini bahwa untuk menang dalam kompetisi politik (pilcaleg, pilkada,pilgub, dll) atau dalam kompetisi apapun, harus berlaku curang. Jika tidak, maka jangan bermimpi untuk memenangi kompetisi dimaksu. Salam cara pandang seperti itu, tidak dirubah, maka permainan kotor, curang dan busuk akan selalu mewarnai kehidupan politik bangsa ini. Sama halnya, bangsa ini tidak akan mampu mempertahankan kemerdekaannya, bila para pejuang tidak mengubah cara pandang mereka; sekalipun dengan peralatan yang seadanya, mereka punya tekad dan semangat yang kuat, sehingga bisa mengusir para penjajah. Makanya kita menyebut mereka yang mampu mengubah wajah bangsa ini ke arah yang baik adalah para Pahlawan.
Â
Mengubah Sikap dan Perilaku
Mengubah budaya (culture-set), malas, korupsi (mencuri), nyontek saat ujian, seks bebas, kekanak-kanakan, suap-menyuap, dan masih banyak lagi, tidak hanya butuh usaha keras (perjuangan), melainkan butuh kemauan keras (good will) dari seluruh komponen bangsa ini. Orang Indonesia yang murah senyum, berbudi luhur dan berjiwa pekerti yang nyaris hilang dari kehidupan anak-anak bangsa,  harus ditanam dan ditumbuh-kembangkan lagi. Para pemimpin bangsa, para pengajar (guru/dosen) di sekolah dan di kampus, pada pemimpin umat (hamba Tuhan), dan para orang tua di rumah,  harus berjuang  secara sungguh-sungguh  untuk menanamkan karakter-karakter baik, jujur, tulus dan lurus dalam kehidupan anak-anak.
Bagaimana dengan perubahan sikap dan perilaku ? Sesuatu yang sudah menjadi budaya, atau sudah menjadi kebiasaan (lazim) akan sulit dirubah. Karena itu harus ada revolusi. Ya, kita semua  harus mendobrak segala  bentuk budaya yang hanya menghancurkan dan mematikan masa depan umat dan bangsa tercinta ini. Salah satu sikap dan perilaku politik yang mesti dihancurkan adalah hadirnya TIM SUKSES  yang hanya menjadi beban moral bagi para pemimpin terpilih. Sebab setiap waktu mereka mengejar tariff. Mestinya orang-orang yang jadi TIM SUKSES adalah orang-orang yang bisa menjadi TEAM WORK,  sehingga kehadiran mereka tidak ikut menguras kantong/dompet daerah yang seharusnya dinikmati oleh rakyat.
Apa itu TARIF ?