Mohon tunggu...
Anselmus Puasa
Anselmus Puasa Mohon Tunggu... Dosen - nama panggilan Amos

Amos si penggemar film Kung Fu China

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemimpin yang Cakap dan Takut Tuhan

14 Maret 2024   09:09 Diperbarui: 14 Maret 2024   09:14 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tahun 2024 adalah tahun politik, kita baru saja melakukan pemilihan secara serentak di seluruh Indonesia untuk memilih presiden dan wakil presiden, memilih anggota legislatif dan pemilihan Dewan Perwakilan Daerah (DPD dan bulan Novemper nanti kita  memilih gubernur dan wakil gubernur, bupati, dan walikota.Selama  proses Pemilu itu,  di mana-mana ada baliho dengan wajah-wajah tampan dan ayu yang terpampang di sudut-sudut jalan, dan di tempat-tempat ramai serta strategis lainnya. Selain baliho, wajah-wajah tampan dan ayu itu juga terpasang di Koran dan Media Sosial. Pertanyaan  bagi kita sekarang, apakah mereka adalah calon pemimpin yang pantas atau layak untuk memimpin bangsa dan daerah di mana kita berada ? Kalau kita jawab bahwa mereka pantas dan layak menjadi pemimpin kita, apa ukurannya ? Kata teman saya, kebetulan  beliau adalah seorang guru PKN, beliau mengatakan begini, "sekarang ini bukan soal pantas atau tidak pantas, yang pasti semua warga negara Indonesia, berhak dan layak untuk dicalonkan sebagai pemimpin di daerah atau Nasional. Tapi tidak semua orang menjadi yang terpilih; dan biasa yang terpilih adalah mereka yang punya uang.

Memang soal uang sangat memainkan peran  yang sangat besar dan menentukan bagi seseorang untuk mengajukan dirinya sebagai calon pemimpin baik di desa, di kabupaten, provinsi, pusat maupun untuk mendapatkan kursi di DPR/D. Hal paling kecil dalam membuat baliho, atau mencetak stiker  semuanya itu butuh  uang. Makanya bagi yang tidak punya uang, akan tidak mungkin ikut bertarung dalam pemilihan, terutama di tingkat kabupaten,   provinsi apalagi  di pusat.

Sebenarnya ada juga yang meragukan soal itu. Alasan yang mereka kemukakan, bahwa dalam pengalaman  ada calon yang punya banyak uang, tetapi kenapa ia tidak terpilih ? Argumen seperti itu, tidak dapat menafikan bahwa calon yang terpilih adalah calon yang tidak punya duit , bisa saja yang bersangkutan tidak memiliki uang yang banyak, akan tetapi tidak mungkin ia tidak punya uang sama sekali. Sedikit uang tidak berarti tidak punya uang.  Sedikit atau banyak uang yang dipakai dan dihabiskan dalam  proses pemilihan merupakan suatu bukti bahwa uang sangat penting,meskipun uang bukan segala-galanya dan segala-galanya bukan uang.

Pertanyaannya, dapatkah para pemimpin yang sudah menghabiskan uang untuk memperoleh jabatan kepemimpinannya, akan berupaya mengembalikkannya ? Ataukah ia melihat medan kepemimpinan sebagai medan pengabdian tanpa memperhitungkan soal penggajian  ?

Musa "Anak Firaun"

Musa dilahirkan di era kekuasaan raja Mesir FIRAUN, yang tidak menghendaki kehadiran seorang lelaki dari suku bangsanya, yang lagi berdiam di negeri asing sebagai budak. Ketika ibunya melahirkan dan diketahui bahwa bayi yang dilahirkan itu adalah seorang lelaki, maka kedua orang tuanya berupaya untuk menyembunyikannya kurang lebih 3 (tiga) bulan lamanya. Akan tetapi sampai kapan hal itu terus dilakukan ? Cepat atau lambat hal itu akan diketahui oleh orang-orang Mesir.

Akhirnya dengan terpaksa, mereka harus melepaskan anak kesayangan mereka, buah  hati  mereka yang sangat  berharga. Cara melepaskan anak mereka adalah dengan menghanyutkannya di sungai Nil. Pada saat meletakan bayi di tepi sungai Nil, Miryam memantau dari jauh, sambil menanti-nanti, kira-kira apakah yang terjadi dengan bayi tersebut. Dalam penantian dengan hati yang was-was, tiba-tiba putri Firaun turun ke sungai untuk mandi. Dan terlihatlah  oleh putri Firaun suatu peti yang ternyata berisi bayi.

Miryam datang menemui putri Firaun dan menawarkan jasa untuk mencari ibu dari bayi, yang akan diminta untuk menyusui sang bayi. Ada kesepakatan antara putri Firaun dengan orang tua bayi, bahwa mereka akan menyusui dan membesarkan anak yang didapatnya itu, dengan catatan putri Firaunlah yang membiayai atau menafkahi bayi tersebut,

Pada saat ia besar, mereka mengantarnya kepada  putri Firaun, dan oleh sang putri dinamakan anak tersebut adalah Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menarik dari air." Dan Musa pun hidup di istana Firaun sebagai anak dari Firaun. Dengan demikian Musa menjadi seorang Pangeran di istana FIRAUN.

Tentunya hidup sebagai  seorang Pangeran   dan tinggal di istana megah dan jaya, amatlah menyenangkan. Segala kebutuhan terpenuhi dan tersedia. Sudah dapat dipastikan bahwa Musa mendapat  pendidikan yang terbaik,sebab ibu angkatnya sangat mengasihinya.  Dan   sebagai seorang anak raja, Musa  mendapat perhatian yan serius terutama ia  dilatih  dengan segudang ilmu perang, guna menghadapi pelbagai kemungkinan yang timbul karena perselisihan dan terjadi perang.

Musa dan Yitro

Pada suatu hari Musa melihat saudara sebangsanya (kaum Isarel) ditindas oleh orang Mesir; Musa lalu membunuh orang Mesir itu. Oleh karena takut ketahuan, Musa akhirnya melarikan diri ke tanah Midian. Musa meninggalkan segala kesenangan dan kebahagiaan sebagai seorang pangeran Mesir yang ia nikmati selama 40 tahun. Kini ia tinggal dan hidup sebagai seorang Penggembala di padang. Musa harus belajar dari pengalaman baru sebagai seorang gembala. Dan ia menjalani pekerjaan itu kurang lebih 40 tahun. Ternyata semua itu harus dilalui  oleh Musa sebagai persiapan dirinya, menjadi seorang pemimpin bangsa Isarel. Tuhan mendidik Musa sedemikian rupa, sehingga Musa menjadi seorang pemimpin besar Isarel, yang membawa orang Israel keluar dari tanah perbudakan di Mesir.

Bagaimana pendapat Yitro soal calon seorang pemimpin yang layak dipilih ?

Suatu hari Yitro mertua Musa, yang tinggal di Midian datang menjenguk menantunya Musa yang sedang berada  di Padang Gurun  dengan membawa serta Zipora dan kedua anak Musa yakni : Gersom dan Eliezer. Sebelumnya, karena disibukkan dengan urusan memperjuangkan kemerdekaan atau kebebasan umat  yang begitu berat maka Musa mengantar istri dan anak-anaknya  untuk tinggal beberapa waktu bersama mertuanya yang juga seorang imam di Midian.  Perjumpaan dengan istri dan anak-anaknya  pasti  mendatangkan kegembiraan dan sukacita bagi keluarga Musa, sebab sudah sekian lama tidak bertemu dengan orang-orang  yang dikasihinya  dan juga mertuanya.

Pada keesokan harinya, Yitro mertua Musa, memperhatikan apa yang dilakukan oleh menantunya Musa yang adalah seorang pemimpin  dalam memimpin dan melayani umat yang baru saja bebas dari penjajahan atau dari perbudakan di Mesir.  Sepanjang hari Musa duduk menjawab dan menyelesaikan semua persoalan umat yang dipimpinnya itu seorang diri. Melihat cara Musa menjalankan tugas dan tanggungjawab kepemimpinan yang hanya seorang diri, Yitro mertua Musa memberikan catatan kritisnya. Katanya," tidak baik seperti yang kau lakukan itu."  Rupanya Yitro tidak hanya sekedar seorang pengamat  yang setia, melainkan seorang  manejer yang baik. Makanya dalam pandangan sekilas saja, Yitro melihat ada ketidakberesan dalam kepemimpinan menantunya.

"Tidak baik" dalam  pandangan Yitro, model kepemimpinan yang dilakukan  oleh Musa. Model kepemimpinan sebagaimana yang Musa lakukan, hanya akan menghabiskan waktu  saja, selain itu Musa juga akan kehabisan energi atau tenaga; sedangkan umat akan lama menuggu (pekerjaan yang paling membosankan adalah menunggu); sementara pekerjaan sebagai seorang pemimpin adalah pekerjaan berat yang menuntut tanggungjawab yang besar, apalagi menghadapi pelbagai persoalan umat yang dipimpin juga sangat banyak. Oleh karena itu, tidak dapat diselesaikan hanya seorang diri saja. Apa yang dikerjakan oleh Musa yang hanya seorang diri saja, oleh orang-orang modern diberi sindiran sebagai  kepemimpinan yang menggunakan manajemen tukang bakso.

Lantas apa yang diusulkan oleh Yitro ?  ".....kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang."  (Keluaran 18:21) Memperhatikan apa yang diusulkan oleh mertua Musa ini sangat menarik. Ternyata Yitro adalah seorang ahli manajemen. Apa yang diusulkannya memang masuk akal bagi Musa. Dan Musa pun mulai melakukannya.  Keuntungannya, Musa sangat terbantu, karena ada sekelompok orang yang diberi tugas dan tanggungjawab untuk memimpin. Perkara-perkara kecil dan tidak terlalu berat dapat diselesaikan oleh para pemimpin kelompoknya masing-masing. Sedangkan persoalan berat, barulah diselesaikan oleh Musa. Dan umat merasa puas dengan model kepemimpinan yang baru yang diusulkan oleh Yitro. Sebab mereka tidak perlu menunggu seharian atau berhari-hari, karena menyelesaikan persoalan kecil.

Tugas dan tanggungjawab dari pemimpin yang dipilih adalah pemimpin yang dapat menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi dan dialami oleh umat, bukan sebaliknya yang membuat persoalan dan persoalan itu ditanggung oleh umat.  Dengan kata lain seorang pemimpin harus menjadikan dirinya sebagai  'problem solving'  bukan sebaliknya sebagai 'problem maker.'   Makanya, Yitro memberi catatan penting soal syarat yang harus diperhatikan oleh Musa dan umat dalam memilih pemimpin mereka.

Syarat seorang pemimpin  umat atau rakyat adalah orang yang cakap. Cakap tidak dalam pengertian pintar bicara, atau pintar berwacana. Cakap juga tidak dalam pengertian berwajah cakep, tampan, ayu dan ganteng.  Namun, seseorang dikatakan cakap, berarti orang itu memiliki kemampuan atau kesanggupan dalam melakukan dan menyelesaikan yang dikerjakan dengan baik.  Dalam hal ini, pemimpin yang cakap adalah pemimpin yang punya kemampuan menyelesaikan seluruh tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Ada rakyat yang hidup dalam kemiskinan  dan mereka  kelaparan, rakyat putus sekolah atau sekolah tapi menganggur, ada juga rakyat yang dililit dengan persoalan NARKOBA, HIV/AIDS dan lain sebagainya,  maka sebagai seorang pemimpin, kita harus  sanggup mencari solusi atas setiap persoalan yang menimpa rakyatnya, sebab kita adalah pemimin yang cakap.

Cakap Cukup ?

Sayangnya kecakapan saja belum cukup. Seorang pemimpin yang hanya mengandalkan kecakapannya, hanya akan menjadi pemimpin yang sombong, sebab ia merasa tidak butuh yang lain. Sebab dia merasa dia punya kemampuan. Padahal manajemen tukang bakso, tidak menolong sama sekali.  Oleh karena itu, kita butuh seprang pempimpin yang cakap dan Takut akan Allah.  Seorang pemimpin yang cakap yang tidak takut akan Allah, hanya akan menjadi seorang pemimpin yang arogan dan tidak bermoral. Pemimpin yang takut akan Allah, adalah seorang pemimpin yang sadar akan keterbatasannya dan juga kelemahannya sebagai seorang manusia. Oleh karena itu ia butuh orang lain, ia butuh rekan kerja terlebih butuh Tuhan Allah, agar ia diberi hikmat dan kerendahan hati serta kesanggupan dalam memimpin dan melayani.

Wujud dari seorang pemimpin yang cakap dan juga takut akan Allah adalah benci pada pengejaran suap. Godaan paling besar dan berat bagi diri seorang pemimpin adalah soal uang. Rata-rata pemimpin di Indonesia dan juga di Maluku Utara dalam semua lini kehidupan baik di pemerintahan, di swasta, maupun di bidang agama termasuk gereja adalah jatuh pada rayuan uang.  Sehingga tidak heran jika negara Indonesia dikatakan sebagai negara yang paling korup di dunia. Saking berbahayanya  godaan uang, makanya rasul Paulus mewanti-wanti orang percaya akan hal itu, "Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman....." (1 Timotius 6:10).  

Rasanya sulit menemukan calon pemimpin yang benar-benar cakap, takut akan Allah dan juga yang benci suap. Makanya tidak heran, para pemimpin sekarang ini, banyak yang telah kehilangan kepercayaan dari umat dan dari rakyat yang mereka pimpin. Kegagalan dari kebanyakan para pemimpin kita, bukan karena mereka tidak cakap, melainkan tidak ada kebencian sedikitpun pada praktek suap, justru sangat besar kecintaan dan  bahkan keserakahan  mereka terhadap uang, uang dan uang. Parahnya  lagi, uang hasil curian itu mereka tanpa malu dan takut, dipersembahkan atau disumbangkan sebagai amal mereka bagi kegiatan-kegiatan keagamaan.  Dan  yang paling mengerikan adalah  bila para pemimpin umat, yang  hanya memanfaatkan umatnya sebagai objek atau lahan untuk menggarap dan melahap keuntungan bagi dirinya sendiri. Itu berarti ia bukan pemimpin umat yang takut akan Allah, melainkan pemimpin yang suka berhala (mammon) yang hanya mengejar uang.

Bagaimana dengan calon dan pemimpin yangterpilih sekarang ini ? Apakah  mereka dapat dikatakan sebagai pemimpin yang cakap, takut akan Allah, dipercaya dan benci pada pengejaran akan suap?  Realitas membuktikan bahwa para pemimpin yang terpilih dan yang memimpin selama ini, kebanyakn di antara mereka bukan  karena mereka adalah orang-orang yang  takut akan Allah. Mereka adalah pemimpin yang cakap, Ya ! Mereka cakap dalam bercakap-cakap, dan cakap dalam  bercakar-cakar, termasuk cakap dalam membagi-bagi uang dan pada akhirnya jika sudah terpilih mereka makin menjadi cakap dalam hal bage (ambil/sikat) uang. Sebab itu banyak yang sudah terjerat dan disangkakan sebagai tersangka. Semoga para calon pemimpin yang bertampang cakep,  tampan dan ayu yang ada sekarang, adalah orang-orang yang cakap, takut akan Allah, dipercaya dan benci akan praktek suap. SEMOGA BRO !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun