Tanggal 31 Oktober 2021,  mengingatkan gereja protestan bahwa gerakan reformasi yang digelorakan oleh Martin Luther, kini telahmenginjak usia yang ke 504 tahun. Pertanyaannya, apakah roh atau semangat reformasi yang digelorakan oleh Luther, Calvin dkk, masih terus menyalah ataukah telah 'redup alias nyaris padam ? Ada pemerhati gereja, yang berpendapat bahwa gereja-gereja yang menamakan dirinya sebagai gereja reformasi, mulai redup terang dan kehilangan rasa garamnya. Yesus berkata, "jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan ?  Tidak ada lagi  gunanya selain dibuang dan dinjak orang." (band. Matius 5:13)
Pertanyaan lain yang muncul, lalu bagaimana dengan munculnya gereja bagaikan jamur di musim hujan ? Memang benar bahwa ada banyak gereja yang bertumbuh secara kuantitas. Apabila pertambahan jumlah anggota gereja dipandang sebagai salah satu indikator dari pertumbuhan gereja, maka hal itu dapat dibenarkan bahwa gereja-gereja sedang bertumbuh dengan pesat. Akan tetapi, bila mengukur pertumbuhan gereja dari aspek kualitas hidup orang beriman, kemungkinan saja, dapat dikatakan tidak terjadi pertumbuhan hidup menggereja.
Bertumbuh Sesuai Firman Tuhan
Membangun gereja Tuhan yang sehat dan benar, membutuhkan kesetiaan dan kerja keras dari semua jemaat Tuhan. Meskipun demikian, tugas dan tanggung jawab para pelayan Tuhan sebagai pekerja di kebun anggur Tuhan, dituntut lebih dari warga jemaat umumnya. Mark Dever, menulis buku dengan judul: "9 Tanda Gereja Yang Sehat." Menarik, Mark menempatkan tanda pertama gereja yg sehat adalah: Khotbah Ekspositorys/Eksposisional. Khotbah yang berisi pengajaran tentang Firman Tuhan.
Khotbah Eksposisional adalah komitmen untuk mendengarkan firman Tuhan dan sungguh-sungguh menyerahkan diri dituntun oleh firman Tuhan. Ingat, apologia Yesus kepada iblis: manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Matius 4:4). Paulus menulis dalam Roma 10:17: Â "Iman timbul dari pendengar- dan pendengaran oleh Firman Kristus." Â Jadi gereja yang mengabaikan firman Tuhan dalam pengelolaan gereja, dan hanya mementingkan pendapat dan strategi yang bersifat duniawai, maka gereja mengkhianati Sang Kepala Gereja itu sendiri, yakni Yesus Kristus.
Salah satu motto yang sangat penting dan terkenal dari para reformator gereja adalah "Ecclesia Reformata Semper Reformanda Secundum Verbum Dei." Yang artinya, gereja yang diperbarui selalu memperbarui dirinya, sesuai Firman Allah. Firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab itu, tidak berubah. Meskipun demikian, setiap koki akan menyesuaikan bumbu sesuai cita rasanya sendiri. Makanya setiap pekerja di masing-masing jemaat akan meramu resep atau strategi sesuai dengan kebutuhan jemaat dalam membangun jemaat sebagai tubuh Kristus.
Catatan Reflektif
Sayangnya panggilan untuk mereformasi gereja ini, tidak semua orang tertarik. Malahan ada sebagian besar kelompok warga jemaat yang menunjukkan sikap antipati  (kontra reformasi). Mereka lebih memilih sikap hidup nyaman. Memilih berada pada kelompok orang yang membarui diri, berarti memilih jalan yang sunyi, jalan yang tidak populer, jalan Via Dolorosa, ya jalan salib. Dunia dengan segala cara dan tawaran yang menggiurkan, membuat kita enggan menderita untuk keadilan dan kebenaran. Salib hanya cocok dipajang di rumah, dijadikan aksesoris di leher atau di telinga kita, ketimbang diletakan di bahu. Banyak orang Kristen tidak mau memikul salib yang menyengsarakan.
Pertanyaan bagi yang merayakan hari reformasi kali ini, apakah dalam membarui dan membangun gereja Tuhan selama ini, benar-benar sesuai dengan Firman Allah ? Hati-hati terhadap godaan untuk meninggikan diri (sombong). Sebab semua penyimpangan yang terjadi dalamkehidupan menggereja, justru bermula dari obsesi besar kita untuk selalu menjadi "populer, relevant, dan sukses," tetapi kita justru mengabaikan atau meninggalkan kesetiaan pada doktrin yang esensial, yakni Firman Tuhan, sebagaimana tertulis dalam Alkitab.Ingat, apa yang diucapkan oleh Martin Luther: "saya hanya mengajarkan, menyampaikan, menuliskan firman Allah...selain itu saya tidak melakukan apa-apa; firman melakukan segalanya."
Gereja bukan soal gedung, uang dan staf. Gereja hadir sebagai perwujudan the Kingdom of God (Kerajaan Allah). Sebagai pekerja di kebun anggur Tuhan atau sebagai hamba pelayan Yesus, kita terpanggil untuk membangun orang dan mengubah kehidupan. Untuk orang-orang itulah Kristus rela menyerahkan hidup/nyawaNya bagi gereja.
"Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, kamu adalah bangunan Allah. Aku telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun di atasnya. Namun biarlah setiap orang memperhatikan bagaimana ia membangun di atasnya. Karena tidak ada dasar lain yang bisa diletakkan selain dari yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus." (1 Kor.3:9-11).Soli Deo Gloria