Mother Theresia pernah mengatakan begini: not dificult to do good, but more dificult to be good. Tidak susah berbuat baik, tetapi sangat susah menjadi oran baik. Artinya, semua orang bisa melakukan perbuatan baik. Seorang penjahat, seorang teroris sekalipun bisa melakukan perbuatan baik (seorang teroris dalam hidup sehari-hari memberi kursus bahasa Inggris gratis ada juga yang membangun tempat ibadah), tapi perbuatan baiknya itu tidak menjamin ia adalah orang baik. Â Akan tetapi, orang baik, dijamin akan melakukan perbuatan baik.
Kita pernah dengar nasihat yang mengatakan begini, jangan lihat siapa yang mengatakannya, tetapi dengarlah apa yang dikatakannya. Nasihat seperti ini juga dapat menyesatkan kita. Sebab banyak orang yang mengira, kalau orang lain itu sopan, cara bicara yang enak dan penampilan yang baik dengan sendirinya adalah baik. Padahal belum tentu begitu. Â
Setiap orang, nabi, teroris, orang kudus, bajingan, orang tua, anak-anak, pemerintah dan rakyat, bisa saja berpenampilan baik dan berkata-kata tentang yang baik dan suci. Akan tetapi apakah perkataan itu menjadi sesuatu yang bermakna atau tidak. Sangat bergantung pada siapa yang mengatakannya dan bagaimana relasi orang yang mengatakannya dengan orang yang melihat dan atau mendengarnya. Bukan apa yang dikatakan, tetapi siapa yang mengatakan, itulah yang penting. Dan yang terpenting, apa yang dikatakan (yang baik), itu juga yang diperbuatnya (berbuat baik). Itulah yang dimaksudkan dengan integritas. Omong besar, perbuatan kosong. Mulut besar, kerja nol.
Banyak kejahatan terjadi ketika kita tidak dapat membedakan antara kualitas kepribadian dan kualitas moral. Benar apa yang dikatakan oleh Eka Darmaputra, ketulusan dan maksud baik saja tidak cukup. Semua itu sangat bergantung pada "output"nya. Oleh karena itu, jangan kita mempropaganda bahwa agama kita adalah "agama kasih" dan "agama damai" tapi di tangan kita terhunus pedang, dan mata kita terlihat merah penuh amarah dan nafsu membunuh. Â Jadi, keabsahan suatu maksud baik, amat ditentukan oleh "cara" nya dan "produk"nya. Benarkah caranya ? Baikkah akibatnya ? (Eka Darmaputra,2002:74-75). Dengan kata lain, dalam dunia yang sarat dengan tindakan teroris yang menebar kekerasan dan kematian, kita butuh orang-orang baik.
Orang-orang baik adalah orang yang senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan baik yang menghidupkan semua orang. Dan kita tidak butuh orang yang berani mati. Sebab berani mati adalah barisan pengrusak; dan barisan berani mati adalah kumpulan orang-orang yang takut menjalani hidup yang baik. Berani hidup adalah barisan pembangun dan pemilihara eksistensi manusia. (Saurip Kadi,2008:xiv). Â
Dalam kelompok mana anda mau bergabung ? Saya berasumsi, saudara-saudara memilih bergabung dalam barisan pemberani yang mati-matian memperjuangkan kehidupan yang lebih baik bagi semua orang; memperjuangkan keadilan dan kebenaran bagi semua orang. Dan perjuangan yang maha berat ini harus dimulai dari sendiri. Caranya ? Usirlah kebencian dan padamkanlah amarah dan dendam di hati serta hadirkanlah damai di hati dan wujudkan damai itu dalam perilaku kita. ap
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H