Mohon tunggu...
anselmahesti
anselmahesti Mohon Tunggu... -

Communication Student Atma Jogja '16 - student staff KHSP

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Marceline Yudith, Alumni UAJY yang 'Kerasan' di Negeri Jerman

1 November 2018   07:19 Diperbarui: 5 November 2018   10:23 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah kalian merasa kalau negeri orang jauh lebih menjanjikan dibanding negeri sendiri?

Ya, itu yang dilakukan Marceline Yudith, atau yang kerap dipanggil Yudith. Alumni FISIP UAJY yang saat ini berdomisili di Jerman untuk tinggal dan bekerja. Pada kesempatan kali ini, Sabtu, 20 Oktober 2018 gadis belia ini membagikan pengalamannya untuk pertama kali bersama dengan mahasiswa program studi Magister Manajemen.

Tentang Yudith

Sumber: Instagram.com/marceline.judith
Sumber: Instagram.com/marceline.judith
Gadis ini ternyata lulusan SMA PL Van Lith Muntilan lho! Angkatan XII, ya kalau dihitung-hitung berarti dia lulus tahun 2005 dan menjadi adik kelas dari Pupung Arifin, M.Si., wakil dekan III FISIP UAJY. Pendidikan selanjutnya yang ia tempuh yakni masuk ke FISIP UAJY dengan mengambil jurusan ilmu komunikasi dan jurusan kajian media dan jurnalistik. 

Mimpinya tidak berhenti di situ, Yudith sempat mencicipi kuliah di Soochow University, Taiwan dengan jalur pertukaran pelajar, grant bu ACUCA.

Setelah lulus dari UAJY tahun 2010 dan meninggalkan banyak kenangan, Yudith melanjutkan studinya ke Technische Universitat Ilmenau, Jerman dengan mengambil jurusan Media Research. Hal itu tentu tidak jauh dari jurusan yang diambil ketika menempuh pendidikan di UAJY.

Saat ini ia bekerja di perusahaan Homify, GMBH di Berlin, Jerman dan menjabat sebagai content marketing manager.

Dia mengurus perihal konten dari sebuah website yang dilihat dari artikel, video, manajemen sosial media, analisis harian dengan google analythics, sembari mengurusi strategi pasar baru selain mengelola 9 freelancer.

Dan dia sudah domisili tinggal di Jerman sejak menempuh studi S2 hingga saat ini, bisa dihitung sudah 8 tahun dia menjadi warga negara Indonesia yang survive di negeri orang. Untuk kontak lebih lanjut bisa kunjungi situs linked.in kak Yudith ya!

Berbagi Pengalaman

Untuk menjadi seorang survivor di negeri orang tentu tidaklah mudah. Maka dari itu Yudith membagikan pengalamannya bagaimana bisa sampai di titik ini. Awalnya, Yudith memang merasa sudah tidak cocok untuk tinggal di Indonesia, karena ia merasa bahwa Jerman lebih bebas dan hierarkinya lebih flat.

"Aku lebih menikmati hidup di Jerman. Tinggal sendiri pun nggak masalah, nggak bakal ditanyain kapan nikah kayak di Indonesia."

Hal itu juga berkaitan dengan jenjang karir yang lebih terbuka di Jerman, orang lebih suka berfokus dengan pekerjaannya dibandingkan memikirkan untuk menikah. Hal itu sudah dibuktikan oleh Yudith, ia rela untuk berjalan kaki lebih jauh untuk menempuh tempat kerjanya dibandingkan harus bermacet-macetan seperti di Jakarta yang bikin stress setiap pagi. Itu ia katakan sebagai pendukung mengapa ia masih betah tinggal di Jerman hingga saat ini.

Yudith membagikan beberapa pengalaman yang bisa dijadikan patokan ketika kita ingin melanjutkan studi:

1. Mengurus visa sendiri, jangan lewat agen

Ya, hal itu harus dikatakan karena jauh lebih menguntungkan untuk mengurusnya sendiri dibanding harus melalui agen. Agen tentu mengambil banyak untung yang membebani kita, juga kita bisa berlatih mengurus sendiri jika sewaktu-waktu harus melakukan perpanjangan visa di negara yang kita tuju nantinya.

2. Pelajari bahasa asing

Ketika ditanya, bahasa apa yang harus kita pelajari untuk bekal di luar negri, ia menjawab: yang pokok adalah bahasa inggris. Kemudian barulah kita belajar bahasa lain seperti Spanyol, Mandarin dan tentunya Jerman.

3. Pintar-pintarlah mencari informasi

Ketika ia berangkat ke Jerman, ia hanya bermodal bahasa Inggris untuk mengikuti kelas internasional. Bahasa Jerman sama sekali belum ia pegang, namun ia berhasil mendapat kelas bahasa Jerman secara gratis ketika ia menjalani studi S2. Hal itu tidak jauh dari kebiasaannya yang suka mencari informasi sendiri.

4. Buatlah rencana

Ketika ia berangkat ke Jerman, ia hanya bermodal bahasa inggris untuk mengikuti kelas internasional. Bahasa Jerman sama sekali belum ia pegang, namun ia berhasil mendapat kelas bahasa Jerman secara gratis ketika ia menjalani studi S2. Hal itu tidak jauh dari kebiasaannya yang suka mencari informasi sendiri.

5. Perbaharui CV

Dengan memperbaharuinya, tentu akan memudahkan kita untuk mencari pekerjaan sewaktu-waktu dan siapkan copy document lengkapnya. Selain itu juga gunakan media sosial untuk memperluas koneksi dan mengetahui perusahaan mana yang mencari karyawan (Linked.in, Xing, Stepstone, Monster.de). Tips lain, gunakan bahasa singkat, padat dan jelas di cover letter saat mencari pekerjaan.

6. Meningkatkan kepercayaan diri

Hal ini tentu dibutuhkan di manapun kita akan bekerja maupun melanjutkan kerja nantinya, namun ini  menjadi perhatian lebih oleh Yudith karena kepercayaan diri mampu mendukung kinerja kita. Keyakinan untuk mampu bersaing dan bekerja sama dengan orang asing sangat dibutuhkan, karena orang asing tentu berbeda dengan kebiasaan orang Asia. Terutama penduduk Jerman yang notabene memiliki kebiasaan yang berbeda dengan orang Indonesia.

7. Nekat boleh, tapi tahu diri

Modal nekat sudah dibuktikan olehnya bahwa itu worth it, namun mengetahui kemampuan diri jauh lebih penting. Kebiasaan suka membaca, tahu minat dan prospek kedepannya menjadi penting untuk memetakan bagaimana nasib kita ketika harus berjuang di negeri orang. Meningkatkan kemampuan diri sejak sekarang tidak akan sia-sia, setelah itu tinggal mencari kesempatan yang tepat untuk merealisasikan rencana-rencana kita. Niat, kemampuan dan kesempatan menjadi segitiga yang menjadi pondasi kita ketika menjalani dunia kerja maupun melanjutkan studi.

8. Pelajari kebiasaan di negeri orang

Untuk Jerman, kebiasaan yang menjadi kunci adalah informatf dan mendetail. Untuk setiap hal kecil pasti ada aturannya, tidak diragukan lagi bahwa semua peraturan pasti akan dibaca utuh oleh semua warga Jerman. Hal itu juga penting bagi kita untuk meminimalisir kesalahan yang akan dilakukan ketika sudah tinggal di sana. Jika tidak maka kita akan dikenakan denda yang tentu tidak sedikit.

Selain berbagi tips, Yudith juga mengatakan untuk kesempatan bekerja di Jerman itu lebih dihargai ketika seseorang telah menjadi lulusan studi di Jerman. Kita bisa mendapatkan kemudahan juga dalam mencari tempat tinggal permanen atau Niederlassungserlaubnis, juga VISA mencari kerja atau Jobsuche VISA. Kedisiplinan diri dan kemauan untuk belajar hal baru sejak SMA ternyata menjadi bekal tersendiri bagi Yudith untuk mendukungnya bisa berada sampai di titik ini.

dokumen pribadi. kiri penulis, tengah: Yudith, kanan teman penulis. koleksi pribadi
dokumen pribadi. kiri penulis, tengah: Yudith, kanan teman penulis. koleksi pribadi

"Always try to push the limit! When there's a will, there's a way." 

Hal itu menjadi kalimat motivasinya kepada kami saat mengikuti kuliah umum di kampus III, gedung Bonaventura siang itu. Buat kalian mahasiswa UAJY yang ingin memiliki kehidupan seperti kak Yudith maka harus mengikuti tips-tipsnya tadi ya!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun