Mohon tunggu...
Ans Dawa
Ans Dawa Mohon Tunggu... Full Time Blogger - catatan pojok!

platform media online | KOMPAS GRAMEDIA

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mengenang 21 Tahun Tragedi Banjir Benenai, 16 Mei 2000

16 Mei 2021   06:57 Diperbarui: 16 Mei 2021   15:31 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Episode Keempat

 “Tentang bala bantuan dan helikopter UNHCR”

Beberapa hari pasca banjir, bala bantuan mulai datang silih berganti. Bantuan datang dalam jumlah besar guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Di tengah kegelisahan, muncul kisah menarik saat helikopter patroli UNHCR nampak ke permukaan untuk mendistribusikan bahan makanan.

Meski masyarakat sedang berduka akibat banjir, wujud si helikopter ini justeru sangat memancing mata, membuat bola mata tak malu untuk melotot sebab "burung besi" itu baru pertama kali dilihat oleh masyarakat. Orang-orang berpikir bahwa penampakan helikopter itu sesuatu yang lebih heboh ketimbang banjir yang lebih dahulu bikin heboh. Sungguh, sebuah gambaran yang "sedih-sedih lucu, lucu-lucu sedih".

Episode Kelima

 “Kehidupan pasca tragedi”

Banjir bandang ini jelas meninggalkan luka, tetapi terbersit harapan akan sebuah periode baru. Tak banyak yang menolak kalau banjir ini seperti satu episode awal  melahirkan harapan baru, sebab alam tak benar-benar rusak. Masyarakat masih bisa bertani, lahan juga semakin subur, hasil laut juga menjanjikan. Jelas orang-orang kembali bersemangat menjalani hidup.

Sayangnya, banjir jilid pertama ini malah sudah diprediksi melahirkan banjir-banjir jilid berikutnya. Benar!!! Banjir tak pernah berhenti bertamu. Daerah Aliran Sungai (DAS Benenai) yang semakin dangkal membuat banjir tak berhenti mengalir setiap kali turun hujan. Wilayah Malaka Barat pun tak luput dari hantaman banjir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun