Mohon tunggu...
Ansarullah Lawi
Ansarullah Lawi Mohon Tunggu... Dosen - Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi Batam (ITEBA)

Pengampu Matakuliah Perancangan Produk dan Technopreneurship, Peneliti Ergonomi dan Lingkungan, Pengamat Politik, Pemerhati Pendidikan di Era Digitalisasi, Penggemar Desain Grafis, dll Semuanya dicoba untuk dirangkum dalam beberapa tulisan blog. Stay Tune! (^_^)v

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi dan Megawati: Dinamika Kekuatan di Balik Pemerintahan Indonesia

27 April 2024   22:39 Diperbarui: 27 April 2024   22:50 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar dari kompas.com

Di tengah gemuruh pesta demokrasi yang selalu menarik untuk diikuti, dinamika politik di Indonesia kembali menjadi sorotan. Hal ini tak lepas dari pergolakan internal dan eksternal yang mempengaruhi jalannya roda pemerintahan. 

Salah satu isu yang paling hangat adalah hubungan antara Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Joko Widodo yang dikabarkan semakin renggang pasca-pemilihan presiden terakhir.

Kerenggangan ini, menurut banyak pengamat, bukan hanya sekedar isu sementara, melainkan bisa menjadi titik balik bagi arah navigasi politik Indonesia ke depannya. 

Apalagi dengan munculnya spekulasi bahwa Megawati mungkin merasa bahwa Jokowi telah bergerak terlalu jauh dari lintasan yang seharusnya, terutama terkait dengan kebijakan dan posisi politiknya yang kian mendekat dengan Prabowo Subianto, sosok yang dulu sempat menjadi rival berat dalam kontestasi pilpres. Dengan adanya spekulasi ini, konstelasi politik nasional kian menarik untuk diikuti.

Pemisahan antara Megawati dan Jokowi bukan hanya sekadar perbedaan pendapat atau strategi politik, melainkan juga menggambarkan dinamika kekuasaan yang kian kompleks di tubuh partai politik besar seperti PDI-P. 

Megawati, sebagai figur sentral di partai tersebut dan sebagai tokoh yang memiliki pengaruh kuat dalam sejarah politik modern Indonesia, memiliki pendapat dan kebijakan yang khas. 

Pengamat politik seringkali melihat Megawati sebagai sosok yang "pendendam" dalam politik, yang menyimpan catatan panjang atas siapa yang mendukung dan siapa yang beroposisi terhadapnya.

Sementara itu, Jokowi, yang nantinya tidak hanya sebagai mantan presiden tetapi juga sebagai pemain kunci di kancah politik nasional, tampaknya memiliki rencana lain. 

Jokowi terlihat lebih fleksibel dan pragmatis dalam membentuk aliansi dan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk dengan Prabowo Subianto, yang kini menjabat sebagai Menteri Pertahanan. 

Hubungan yang semakin hangat antara Jokowi dan Prabowo ini menimbulkan spekulasi bahwa ada pergeseran taktik politik yang lebih besar sedang berlangsung, dimana Jokowi mungkin mencoba menciptakan fondasi untuk kestabilan politik jangka panjang di Indonesia.

Di sisi lain, pemerintahan berikutnya yang telah ditetapkan KPU, di bawah Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka terus berupaya mengukuhkan posisi mereka di tengah tantangan yang ada. 

Ketidakpastian global, isu ekonomi domestik, dan tantangan dalam menyatukan berbagai elemen dalam pemerintahan menjadi pekerjaan rumah yang berat. Dalam konteks ini, pertemuan antara Megawati dan Jokowi, meskipun sering ditunda atau bahkan tidak terjadi, menjadi krusial untuk memastikan bahwa semua elemen politik bergerak dalam harmoni menuju tujuan yang sama.

Pada tingkat yang lebih mikro, ada dinamika dalam PDI-P sendiri. Partai ini, yang telah lama dikenal sebagai salah satu kekuatan politik utama di Indonesia, kini sedang dalam fase transisi generasi. 

Figur-figur muda dalam partai, termasuk Puan Maharani dan Gibran Rakabuming Raka, kian mencuat. Mereka ini mewakili generasi baru yang mungkin memiliki visi politik yang berbeda dari pendahulunya. Pergeseran ini tidak hanya penting dalam konteks internal partai tetapi juga dalam skala politik nasional, dimana PDI-P memiliki peran sentral.

Megawati dan Jokowi, walaupun kini mungkin tidak sejalan dalam beberapa aspek, tetap merupakan dua tokoh yang tidak bisa diabaikan dalam perpolitikan Indonesia. Kedua tokoh ini memiliki pengaruh yang luas dan mendalam, baik dalam pemerintahan maupun di kalangan masyarakat. Hubungan antara keduanya akan sangat menentukan arah politik Indonesia di masa yang akan datang.

Di tengah semua ini, pertanyaan besar yang muncul adalah bagaimana PDI-P, di bawah kepemimpinan Megawati, akan menavigasi tantangan politik yang ada dan mempersiapkan diri untuk pemilu yang akan datang. Apakah mereka akan kembali mempertahankan pengaruh mereka ataukah akan terjadi pergeseran kekuatan ke partai lain atau bahkan ke generasi politisi yang lebih muda?

Masa depan politik Indonesia tentunya akan sangat dipengaruhi oleh jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini. Sebagai negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara, dinamika politik Indonesia selalu menjadi perhatian tidak hanya bagi pelaku politik dan masyarakatnya, tetapi juga bagi pengamat internasional. 

Bagaimana aktor-aktor politik ini---Megawati, Jokowi, Prabowo, dan tokoh-tokoh muda seperti Gibran dan Puan---berinteraksi dan mengambil keputusan akan sangat menentukan bentuk demokrasi Indonesia ke depan. 

Stabilitas politik, pembangunan ekonomi, dan keharmonisan sosial adalah taruhan yang dipertaruhkan dalam arena politik yang semakin tidak terduga ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun