Pernahkah Anda menemukan diri Anda terpaku pada media sosial, melihat-lihat kehidupan yang tampak sempurna dari orang lain dan bertanya-tanya mengapa hidup mereka tampak begitu indah? Atau mungkin Anda sering merasa iri dan berpikir, "Mengapa mereka bisa mendapatkan segalanya?"Â
Saya yakin banyak dari kita telah berada di posisi ini, terperangkap dalam perbandingan yang tak berujung yang sering kali berakhir pada perasaan tidak puas dan kecewa.Â
Namun, apa yang mungkin tidak kita sadari adalah bagaimana kebiasaan-kebiasaan mental seperti ini dapat mempengaruhi kesehatan mental kita secara mendalam.
Kita hidup di era digital di mana akses informasi dan interaksi sosial terjadi dalam hitungan detik melalui layar ponsel atau komputer. Ini membawa banyak keuntungan, tetapi juga serangkaian tantangan baru, terutama terkait dengan cara kita mengelola emosi dan persepsi kita terhadap kehidupan.Â
Dalam konteks ini, menjadi sangat penting untuk memahami bagaimana kebiasaan mental yang tampaknya kecil dan tidak berbahaya bisa berdampak besar pada kesejahteraan psikologis kita.
Mengenali Kebiasaan Buruk yang Menghambat Kekuatan Mental
Salah satu kebiasaan mental yang paling merugikan adalah kecenderungan untuk merasa iri terhadap keberhasilan orang lain. Seperti yang ditunjukkan dalam cerita di atas, melihat kehidupan orang lain yang tampak sempurna di media sosial bisa memicu perasaan iri dan tidak puas dengan apa yang kita miliki.Â
Rasa iri ini tidak hanya menimbulkan perasaan tidak bahagia, tetapi juga bisa mengarah pada depresi dan ansietas. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang sering merasa iri pada teman-temannya di media sosial cenderung mengalami penurunan kesejahteraan psikologis.
Kebiasaan mental lainnya adalah kecenderungan untuk membesar-besarkan masalah pribadi atau 'merasa kasihan pada diri sendiri'. Ini sering kali muncul ketika kita menghadapi kesulitan atau kegagalan.Â
Alih-alih mencari solusi atau cara untuk mengatasi masalah, kita malah tenggelam dalam rasa kasihan kepada diri sendiri yang berlebihan, yang pada akhirnya membuat kita terjebak dalam situasi tanpa mencari jalan keluar.
Selain itu, banyak dari kita memiliki kebiasaan untuk memberikan kekuasaan kita kepada orang lain dengan percaya bahwa mereka memiliki kontrol atas perasaan atau tindakan kita.Â