Mohon tunggu...
Ansarullah Lawi
Ansarullah Lawi Mohon Tunggu... Dosen - Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi Batam (ITEBA)

Pengampu Matakuliah Perancangan Produk dan Technopreneurship, Peneliti Ergonomi dan Lingkungan, Pengamat Politik, Pemerhati Pendidikan di Era Digitalisasi, Penggemar Desain Grafis, dll Semuanya dicoba untuk dirangkum dalam beberapa tulisan blog. Stay Tune! (^_^)v

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Mengenal Neuroplastisitas: Mekanisme Perubahan Otak dalam Pembelajaran

18 April 2024   20:27 Diperbarui: 18 April 2024   20:31 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perubahan Fungsional dalam Otak

Akhirnya, otak dapat mengalami perubahan fungsional. Penggunaan berulang suatu area otak membuat area tersebut semakin mudah dan cepat untuk diaktifkan. Dengan pembelajaran, kita melihat bahwa jaringan aktivitas otak beralih dan berubah---area-area otak yang semula kurang aktif menjadi lebih responsif dan efisien. Misalnya, penelitian telah menunjukkan bahwa pengemudi taksi di London, yang harus menghafal peta kota yang rumit, memiliki area otak yang lebih besar yang berhubungan dengan memori spasial.

Dari segi pemulihan dari cedera otak, neuroplastisitas memiliki peran penting. Setiap perilaku kita, dari belajar berbicara bahasa baru hingga berlatih olahraga, bisa membantu otak kita untuk memperbaiki dirinya sendiri atau memperkuat jalur-jalur neural yang ada. Ini memberikan harapan baru bagi mereka yang mengalami cedera otak atau kondisi neurologis lainnya, karena menunjukkan bahwa rehabilitasi dan latihan terus-menerus dapat memperbaiki fungsi otak yang hilang atau rusak.

Neuroplastisitas dan Pembelajaran Personalisasi

Peran neuroplastisitas dalam pembelajaran dan pengajaran adalah sangat individual. Tiap orang memiliki pola perubahan otak yang unik yang mempengaruhi bagaimana mereka belajar dan mengajar. Hal ini memicu perkembangan konsep 'pengobatan personalisasi' dalam pendidikan, di mana intervensi didesain untuk memenuhi kebutuhan spesifik tiap individu, mirip dengan pendekatan yang digunakan dalam pengobatan untuk beberapa jenis kanker.

Jadi, setiap interaksi, setiap pengalaman baru, setiap kebiasaan yang kita bangun, semuanya memberi bentuk pada otak kita. Dan sementara kita mungkin tidak merasa perubahan ini dari hari ke hari, setiap momen belajar adalah langkah kita dalam membangun otak yang kita inginkan dan memperkuat kemampuan kita untuk beradaptasi dan tumbuh.

Kesadaran tentang neuroplastisitas memberi kita kekuatan untuk mempengaruhi perubahan positif dalam otak kita. Dengan memahami bagaimana aktivitas dan perilaku kita mempengaruhi otak, kita bisa memilih untuk terlibat dalam kegiatan yang meningkatkan fungsi otak kita, dan menghindari kebiasaan yang mungkin berdampak negatif.

Setiap orang dapat mengambil langkah untuk memanfaatkan neuroplastisitas otaknya, memperkuat jalur-jalur neural yang mendukung pembelajaran dan ingatan, dan pada akhirnya, membentuk otak yang sesuai dengan aspirasi dan tujuan hidup mereka. Teruslah belajar, teruslah berkembang, dan bangunlah otak yang Anda inginkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun