Neuroplastisitas membuka pemahaman baru tentang kemampuan adaptasi otak manusia, menunjukkan bahwa belajar dan memori tidak hanya terjadi di bangku sekolah, tetapi melalui setiap interaksi dalam hidup kita.Â
Apa itu neuroplastisitas? Mengapa konsep ini begitu penting dalam pemahaman kita tentang belajar dan pemulihan otak? Di sini kita akan membahas hasil temuan dari Dr. Lara Boyd, seorang peneliti otak dari Universitas British Columbia, tentang bagaimana otak kita beradaptasi, belajar, dan berubah sepanjang hidup kita.Â
Menurut Boyd, setiap kali kita belajar fakta baru atau keterampilan, kita secara harfiah mengubah otak kita. Fenomena ini disebut neuroplastisitas, yang tidak hanya terjadi saat kita muda, tetapi berlanjut sepanjang hidup kita. Sebelumnya, banyak yang berpikir bahwa setelah masa kanak-kanak, otak tidak lagi mengalami perubahan signifikan. Namun, ternyata, otak terus berubah dan berevolusi, bahkan merespon cedera seperti stroke.
Kita sering bertanya-tanya, bagaimana otak manusia, organ yang begitu kompleks dan penuh misteri, mampu belajar dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi sepanjang hidup kita? Fenomena yang menjawab pertanyaan ini adalah neuroplastisitas---kemampuan otak untuk mengubah dirinya sendiri baik dalam level kimia, struktural, maupun fungsional sebagai respons terhadap pembelajaran dan pengalaman.
Neuroplastisitas tidak hanya terjadi di masa anak-anak seperti yang dulu banyak dipercayai. Penemuan ini mengubah cara kita memahami pembelajaran dan pemulihan dari cedera otak. Pada dasarnya, setiap kali kita mempelajari fakta baru atau mengasah suatu keterampilan, kita secara harfiah 'merombak' otak kita. Perubahan ini terjadi melalui tiga cara dasar: perubahan kimia, struktural, dan fungsional, yang semuanya bekerja bersama untuk mendukung pembelajaran dan memori.
Perubahan Kimia dalam Otak
Salah satu cara pertama otak menyesuaikan diri dengan pembelajaran adalah melalui perubahan kimia. Otak kita beroperasi dengan mengirimkan sinyal kimia antar sel-sel otak, yang dikenal sebagai neuron. Ketika kita belajar, otak dapat meningkatkan jumlah atau konsentrasi sinyal kimia ini. Perubahan cepat ini mendukung memori jangka pendek atau peningkatan kinerja keterampilan motorik dalam jangka pendek. Misalnya, ketika kita pertama kali mencoba bermain piano, perubahan kimia yang terjadi membantu kita mengingat nada-nada dasar.
Perubahan Struktural dalam Otak
Selain perubahan kimia, otak juga dapat mengalami perubahan struktural untuk mendukung pembelajaran jangka panjang. Selama proses pembelajaran, otak bisa mengubah koneksinya antar neuron. Perubahan fisik ini membutuhkan waktu lebih lama dan berkaitan dengan memori jangka panjang.Â
Ini adalah alasan mengapa, meskipun kita mungkin merasa sudah menguasai suatu keterampilan dalam satu sesi latihan, keesokan harinya kita bisa merasa seolah-olah kita harus mulai dari awal lagi. Jangka panjang, koneksivitas yang lebih kuat dan lebih banyak di antara neuron-neuron ini memungkinkan keterampilan atau pengetahuan itu 'menetap' dalam memori kita.