Mohon tunggu...
Ansarullah Lawi
Ansarullah Lawi Mohon Tunggu... Dosen - Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi Batam (ITEBA)

Pengampu Matakuliah Perancangan Produk dan Technopreneurship, Peneliti Ergonomi dan Lingkungan, Pengamat Politik, Pemerhati Pendidikan di Era Digitalisasi, Penggemar Desain Grafis, dll Semuanya dicoba untuk dirangkum dalam beberapa tulisan blog. Stay Tune! (^_^)v

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Mengemudi Aman dengan Ergonomi Kognitif di Era Otomatisasi

11 April 2024   18:55 Diperbarui: 11 April 2024   19:08 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membicarakan tentang lalu lintas bukan hanya soal kemacetan atau kecepatan kendaraan, tapi juga tentang keselamatan jalan yang menjadi prioritas utama. Di balik setiap perjalanan yang kita lakukan, terdapat risiko yang tidak bisa kita abaikan. Keselamatan lalu lintas menjadi sorotan utama, terutama dengan meningkatnya kasus kecelakaan yang sebagian besar disebabkan oleh "human error" atau kesalahan manusia. 

Tulisan ini bertujuan untuk membahas mekanisme kognitif yang berperan dalam mewujudkan sistem lalu lintas yang aman, dengan memanfaatkan teknologi otomatisasi kendaraan. Kita akan berdiskusi tentang bagaimana perilaku manusia, teknologi, dan keamanan lalu lintas saling terkait.

Ergonomi kognitif merupakan bidang studi yang mengeksplorasi bagaimana proses mental manusia, seperti persepsi, memori, dan pemikiran, dapat mempengaruhi dan memperbaiki interaksi antara manusia dan sistem yang mereka gunakan. Dalam mengemudi, ergonomi kognitif fokus pada penciptaan antarmuka kendaraan yang memungkinkan pengemudi untuk memproses informasi secara efisien, yang pada gilirannya mengurangi beban kognitif dan meningkatkan keselamatan mengemudi.

Automated driving atau pengemudian otomatis adalah inovasi teknologi yang memungkinkan kendaraan bergerak tanpa kontrol langsung dari manusia, yang dirancang untuk mengurangi kecelakaan akibat kesalahan pengemudi. Dalam hal ini, behavioral dan neurophysiological measures memainkan peran kunci, karena ini adalah metode yang mengukur aktivitas otak dan respons tubuh pengemudi untuk menilai konsentrasi, kelelahan, dan stres. 

Cognitive load atau beban kognitif mengacu pada total sumber daya mental yang digunakan selama mengemudi, yang dapat meningkat akibat multitasking. Teknologi seperti eye tracking dan EMG (Electromyography) berperan penting dalam memantau perhatian dan kondisi fisik pengemudi, memberikan wawasan yang berharga tentang keadaan mental mereka saat mengemudi.

Perilaku manusia memegang peranan penting dalam keselamatan lalu lintas. Lebih dari 90% kecelakaan diakibatkan oleh kesalahan manusia, tetapi pandangan ini seringkali menyederhanakan kompleksitas interaksi antara pengemudi, kendaraan, dan lingkungan. Kesalahan pengemudi sering kali merupakan hasil dari ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan dan kapasitas kognitif pengemudi, menyoroti pentingnya mendesain sistem lalu lintas yang lebih toleran terhadap kesalahan untuk meningkatkan keselamatan.

Dalam upaya mengurangi kesalahan manusia, kendaraan otomatis dianggap sebagai solusi potensial. Namun, transisi ke kendaraan semi-otomatis dan otomatis menimbulkan tantangan baru, termasuk masalah kepercayaan dan ketergantungan berlebihan pada teknologi, yang dapat menyebabkan penurunan kewaspadaan, dikenal sebagai masalah "out-of-the-loop" (OOTL).

Penelitian dalam neuroergonomics bertujuan untuk memahami mekanisme kognitif yang mendasari perilaku mengemudi dan bagaimana teknologi dapat mendukung pengemudi secara efektif. Ini melibatkan penggunaan metode pengukuran yang canggih untuk memantau kondisi mental pengemudi, termasuk kelelahan, beban kognitif, perhatian, dan stres, dan mengembangkan sistem yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan individual serta situasi mengemudi yang spesifik.

Faktor-faktor seperti kelelahan, beban kognitif, perhatian yang terbagi, dan stres diidentifikasi sebagai konstruk multidimensional yang harus dipahami dalam konteks yang lebih luas, melibatkan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengemudi. Kelelahan, misalnya, dapat dipengaruhi oleh aktivitas otak jangka panjang dan siklus tidur-bangun, sedangkan beban kognitif dapat meningkat akibat tuntutan multitasking saat mengemudi.

Dengan memanfaatkan prinsip-prinsip ergonomi kognitif, kendaraan dapat dirancang tidak hanya untuk kenyamanan dan kemudahan penggunaan tetapi juga untuk keselamatan yang lebih besar. Antarmuka pengguna yang intuitif, sistem peringatan yang tepat waktu, dan algoritma cerdas dapat membantu pengemudi membuat keputusan yang lebih baik dan lebih cepat di jalan, mengurangi potensi kecelakaan dan menciptakan pengalaman mengemudi yang lebih aman dan menyenangkan.

Di masa depan, kita mungkin akan melihat lebih banyak mobil yang tidak hanya bisa mengemudi sendiri tapi juga berkomunikasi dengan mobil lain di jalan, membuat pengalaman mengemudi menjadi lebih lancar dan, yang paling penting, lebih aman.

Pada akhirnya, semuanya tentang menciptakan keseimbangan yang tepat antara memanfaatkan kecanggihan teknologi dan memastikan kita masih memegang kendali atas keamanan kita sendiri. Dengan terus berinovasi dan belajar, kita bisa bekerja menuju masa depan di mana perjalanan kita tidak hanya cepat dan nyaman, tapi juga sangat aman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun