Jakarta - Panasnya sinar matahari serta terpaan debu jalanan yang mengganggu indra penciuman tidak menjadi penghalang bagi Sudarmi (49) untuk menjajakan bakul jamunya. Ditemui di sela-sela kegiatannya berjualan di Pasar Pondok Labu, Jakarta Selatan (20/2/2019) Sudarmi membagi sepenggal kisahnya sebagai penjual jamu yang sudah ditekuninya selama 30 tahun.Â
Mulanya, Darmi juga merupakan seorang tukang lulur dan pijat keliling di daerah Fatmawati, Jakarta Selatan. Tak kuat melakoni pekerjaan gandanya sebagai tukang pijat keliling dan tukang jamu sekaligus, ia pun memutuskan untuk meninggalkan salah satunya dengan faktor usia sebagai alasannya.Â
"Sudah terlalu tua," katanya.
Diraup seharga Rp. 3000-, per gelas, Darmi mulai menawarkan aneka jamunya dari pukul 06.00-18.00 WIB. Bersama sang suami yang berpenghasilan sebagai tukang ojek dan 4 orang anaknya, Darmi mengaku menjalani kehidupannya dengan sangat sederhana.Â
"Ya, begini. Makan seadanya saja. Tahu dan tempe. Sederhana saja," ungkap Darmi ketika disinggung mengenai bagaimana ia membagi pendapatannya.Â
Walaupun demikian, Darmi dan sang suami mampu membawa anak-anaknya sampai ke jenjang pendidikan yang mumpuni. Bahkan, salah satu diantaranya berhasil menjadi lulusan di bidang kesehatan.Â
"Anak saya sudah ada yang jadi bidan. Ya, sebagai orangtua pastinya saya ingin anak-anak saya gak seperti saya. Walaupun orangtuanya bodoh, anaknya harus pintar gitu," ujarnya.Â
Tentunya, sebagai seorang ibu dengan pendidikan yang tidak seberapa, Sudarmi berharap jika kelak anak-anaknya akan mendapatkan masa depan yang terjamin sehingga mereka tak perlu menjalani kehidupan serupa layaknya sang ibu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H