Mohon tunggu...
Pendidikan

Resensi Buku | "Ir Soekarno" (2016)

5 Januari 2019   12:32 Diperbarui: 6 Juli 2021   07:39 21628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baca juga : Kelahiran Soekarno, Soeharto, Jokowi, dan Hujan Bulan Juni

Soekarno dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1901, ayahnya bernama Raden Sukemi Sosrodihardjo dan ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai. Pada saat lahir beliau diberi nama Kusno Sosrodiharjo. Namun, karena sakit-sakitan beliau berganti nama menjadi Soekarno yang memiliki arti "akibat yang baik". 

Awal masa pendidikannya adalah di sekolah dasar pribumi. Berkat kecerdasannya, beliau melanjutkan pendidikan ke sekolah Belanda yakni Hogere Burger School (HBS). Setelah menamatkan HBS, beliau melanjutkan pendidikan ke Technische Hogeschool di Bandung atau yang sekarang disebut Institut Teknologi Bandung (ITB). Beliau pun lulus dengan membawa gelar kesarjanaan yakni insinyur di bidang arsitektur.

Karir Soekarno sebagai nasionalis diawali dengan didirikannya Partai Nasional Indonesia (PNI) yang juga dipimpin olehnya. Dalam persidangan PNI, beliau menyampaikan pidato "Indonesia Menggoegat" berisi ungkapan kekecewaannya terhadap pemerintah Belanda yang membuat masyarakat Indonesia hidup miskin bahkan pendidikannya terbelakang. Dengan pidatonya tersebut, beliau harus mendekam di penjara Sukamiskin. 

Berkat rasa simpati masyarakat Indonesia terhadap Soekarno, hingga menjadi tekanan bagi pemerintah Belanda, akhirnya Soekarno pun dibebaskan. Belanda melarang pembentukan kembali PNI. Namun Soekarno tidak menyerah, beliau membentuk partai baru bernama Partai Indonesia (Partindo).

Baca juga : Ketika Koes Plus Didaulat Jadi "James Bond" di Era Soekarno dan juga Soeharto

Soekarno sangat aktif menulis. Secara rutin beliau menulis artikel yang diterbitkan oleh surat kabar Fikiran Ra'jat. Dari hasil tulisannya tersebut beliau gunakan untuk membiayai perjuangannya bersama partai yang dibentuknya. Artikel yang beliau buat berisi tentang kemerdekaan Indonesia. 

Akibatnya, Soekarno pun kembali ditangkap. Soekarno dibuang ke daerah terpencil yakni Ende, sebuah kota kecil dan terpencil di Flores. Selama di Ende, Soekarno memanfaatkan keterbatasan kebebasannya dengan membentuk teater anak-anak. Pada suatu saat, Flores diserang penyakit malaria sehingga Belanda memindahkan Soekarno ke Bengkulu. 

Di Bengkulu, Soekarno berkenalan dengan Hassan Din, seorang pemimpin Muhammadiyah. Soekarno pun diizinkan untuk mengajar di sekolah yang dikelola oleh Muhammadiyah. Disinilah Soekarno bertemu dengan Fatmawati, salah satu muridnya dan juga putri Hassan Din, hingga akhirnya mereka pun menikah.

Tahun 1942, Belanda berhasil dikalahkan oleh Jepang. Lalu, Jepang pun mendatangi Soekarno di pengasingan dan meminta kepada Soekarno untuk mengorganisir masyarakat Indonesia sekaligus meyakinkan bahwa kedatangan Jepang bukan untuk menjajah, melainkan sebagai saudara tua sebagai sesama Asia. 

Baca juga : Ketika Soekarno dan Pancasila ingin Dihabisi di Hari Raya Qurban

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun