Mohon tunggu...
Dian Rahmawati (anra)
Dian Rahmawati (anra) Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

mahasiswi prodi Sastra indonesia di universitas Pamulang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wayang Golek Sunda di Museum Wayang Kota Tua, Jakarta Barat

24 Oktober 2023   21:28 Diperbarui: 24 Oktober 2023   21:41 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wayang Golek Sunda. Punakawan Sunda, di Museum Wayang Kota Tua, Jakarta Barat. (Dokpri)

           Pada punakawan Sunda, tokoh-tokoh lebih sering diangkat ke dalam sebuah cerita. Tokoh bernama Bagong ini akan diganti dengan tokoh Cepot atau yang bisa disebut juga Astrajingga. Dapat lebih dipahami bahwa Capot ini bukanlah anak Semar, walaupun di kehidupan mereka  berlaku seperti hubungan bapak-anak kandung antara Semar dan Cepot. Cepot merupakan tokoh yang cukup penting dalam pewayangan Sunda. Kemunculannya mistis, ia muncul begitu saja sebagai tokoh 'serupa' Semar. Jika saat itu Cepot ingin menguasai beberapa kekuatan, mungkin dia bisa jadi sangat sakti, sulit ditandingi bahkan oleh para ksatria Pandawa sekalipun. Dia juga tidak otomatis tunduk begitu saja kepada kaum Pandawa.

          Pada punakawan Jawa, yang sering muncul adalah tokoh Semar, Petruk, dan Gareng. Di mana Semar merupakan perwujudan dewa, Petruk dan Gareng adalah dua mahluk raksasa sakti yang ditaklukan Semar, kemudian diangkatlah mereka menjadi anak. Selain itu ada juga Bagong yang nerupakan anak asli dari Semar. Punakawan ini diceritakan mengabdi pada kerajaan Amarta dan dimasukan ke dalam hikayat Mahabharata. Hal ini untuk menegaskan klaim raja-raja Jawa yang merupakan keturunan trah Pandawa atau bisa dibilang penguasa dari tanah jawa. Dan untuk yang terakhir tokoh togog sering dilewatkan saat pewayangan dan tidak diceritakan.

Kisah Punakawan Sunda "Semar Mbangun Kahyangan"

            Cerita dimulai dengan para Pandawa yang berusaha untuk mencari jalan menuju Kahyangan atau surga. Mereka memiliki tekad kuat untuk mencapai kahyangan sebagai tujuan spiritual mereka. Namun, dalam perjalanan mereka, mereka dihadapkan dengan berbagai ujian dan rintangan yang sulit.

            Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Semar, tokoh Punakawan yang bijaksana, yang kemudian memberikan bimbingan dan nasihat kepada para Pandawa. Semar memberikan petunjuk tentang cara mencapai kahyangan dan melalui perjalanan spiritual mereka. Dia juga memberikan humor dan hiburan, sehingga cerita menjadi lebih hidup dan menarik.

            Semar dan para Punakawan membantu para Pandawa dalam mengatasi rintangan-rintangan berat, termasuk ujian dari para dewa dan makhluk mitologis. Mereka juga menghadapi berbagai konflik dan tantangan dalam upaya mereka mencapai kahyangan.

            Dengan bantuan Semar dan Punakawan, para Pandawa akhirnya berhasil mencapai kahyangan dan mencapai kesucian spiritual yang mereka cari. Cerita ini menyoroti pentingnya kebijaksanaan dan bimbingan dalam perjalanan spiritual, serta pentingnya humor dan kerendahan hati dalam menghadapi ujian kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun