Mohon tunggu...
Andrean Pasaribu
Andrean Pasaribu Mohon Tunggu... Melihat Dunia -

Seorang yang ingin menjadi HEBAT!!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Membasmi Tradisi

24 Maret 2014   19:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:33 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inefisiensi APBN disebabkan karena terlalu banyak program yang tidak diketahui apa manfaatnya. Sekarang, mari kita bertanya apa manfaat dari program bagi-bagi pengaman gratis? Secara rasional, hal tersebut benar-benar tidak ada manfaatnya, dan bahkan lebih besar mudaratnya. Akan tetapi, kenapa pemerintah tetap melakukannya? Terlepas dari contoh tersebut, sebagian besar penyebabnya adalah karena apabila mereka ditanya “Mengapa?”, kemudian mereka menjawab “karena dulu juga dilakukan”. Program-program pemerintahan pun semakin lama semakin menjadi tradisi yang dangkal yang kehilangan substansi programnya.

Inilah substansi dari tulisan ini. Sudah saatnya kita mengubah cara pandang kita mengenai apa yang dilakukan. Kita harus basmi semua tradisi, meskipun itu kelihatannya buruk atau baik. Tradisi itu sudah jelas tidak memiliki manfaat karena dilakukan untuk mengikuti apa yang pendahulu kita lakukan tanpa memahami substansi dari tradisi tersebut. Yang perlu kita pertahankan adalah kebudayaan, kultur, hasil dari cipta, rasa, dan karsa manusia kita dan para pendahulu kita yang menimbulkan nilai-nilai positif tanpa melupakan substansi dari kebudayaan tersebut.

Membasmi tradisi bukan berarti membumihanguskan kebudayaan yang sudah turun temurun diaktualisasikan dalam kehidupan kita, yang harus kita lakukan adalah pemaknaan ulang dari apa yang kita biasakan. Apabila cara berperilaku yang kita lakukan memiliki substansi positif sehingga memungkinkan diri kita untuk memaknai substansi positif tersebut secara integral, maka jangan hilangkan cara berperilaku tersebut, vice versa.

Di kampung kelahiran saya, Wironayan, ada kesenian Jathilan Campur. Kesenian ini baru menjadi sebuah tradisi, yang dilakukan secara turun-temurun dari pendahulu-pendahulu kami. Tradisi ini meliputi upacara-upacara yang penuh dengan klenik, yang perlu dibasmi karena tidak mendidik anak-anak kami, melunturkan nilai-nilai positif agama Islam, dan menimbulkan ketergantungan pada kekuatan magis. Tradisi Jathilan Campur ini perlu dibasmi, akan tetapi tidak harus dengan meniadakan kesenian tersebut. Yang perlu dilakukan adalah mengubah tradisi Jathilan Campur ini menjadi produk kebudayaan yang dapat menularkan nilai-nilai positif kepada masyarakat. Tradisi mengundang setan perlu diubah menjadi kebudayaan tutur tinular melalui tontonan mendidik dan sarat akan makna dakwah. Tradisi joged-menjoged tanpa arti perlu diubah menjadi produk kebudayaan yang menularkan nilai keberanian melawan kekuatan angkara murka yang diperantarai melalui pertunjukan perang antara pasukan Purbaya dengan pasukan Jin Sonta dan para buto-butonya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun