Mohon tunggu...
Annisa Noviantri
Annisa Noviantri Mohon Tunggu... Administrasi - Warga Negara Indonesia

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketangguhan di Basarnas Bukan Hanya Milik Lelaki

28 September 2019   21:40 Diperbarui: 29 September 2019   08:42 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjadi seorang penolong atau rescuer di Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) selalu merujuk pada sosok seorang laki-laki yang diidentikkan dengan keperkasaan dan juga gagah, tahan banting dan terbiasa di lapangan.

Namun haruskah rescuer itu seorang laki-laki? Benarkah seorang kaum hawa tidak mampu berada dalam posisi demikian? Pertanyaan ini akan di jawab oleh sosok seorang wanita bernama Putri Della Karneta.

Putri merupakan salah satu rescuer wanita yang dimiliki Basarnas dan saat ini bertugas di Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Lampung.

Anak sulung dari empat bersaudara ini menjadi pegawai Basarnas sejak 2014 lalu. Berkecimpung di dunia kemanusiaan memanglah menjadi cita-citanya. 

Kesukaannya menolong sesama menjadikan ia pernah bergabung dengan organisasi relawan bencana. Alasan inilah yang membuatnya mendaftarkan diri menjadi rescuer Basarnas.

Berprofesi sebagai rescuer, sosok  cantik kelahiran Lampung 30 tahun silam ini dalam kesehariannya tidaklah dibedakan dengan rekan kerjanya yang laki-laki. 

Saat harus latihan fisik, salah satu Srikandi Basarnas ini pun mengikutinya tanpa terkecuali mulai dari lari, push up, sit up, dan pull up. Begitu juga saat melaksanakan tugas operasi SAR, tidak ada perlakuan yang berbeda. 

Tidak jarang Putri bersama rescuer lainnya melakukan pencarian menggunakan perahu karet, bersentuhan langsung dengan korban yang sudah tidak bernyawa, dan tidur beralaskan seadanya.

Salah satu operasi SAR yang tidak terlupakan adalah saat mengevakuasi korban di Pulau Sembesi. Korban sudah hilang selama 10 hari. "Waktu itu berangkat dari kantor jam 4 sore dan sampai di Pulau Sembesi jam 6. 

Sampai di sana langsung evakuasi korban dan dibawa ke Kalianda. Itu perjalanannya malam hari, minim penerangan dan resikonya juga lumayan", tutur Putri menjelaskan. Baginya itu sudah menjadi tugas dan panggilan yang barus dijalankan.

Saat ditanya apakah ada perasaan takut saat pertama kali mengikuti operasi SAR, ia menjawab bukan rasa takut melainkan penasaran dengan korban yang akan dievakuasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun