Para aktivis digital semakin mudah menemukan kalimat dari Najwa yang mungkin sebagai satire, inspirasi, kehidupan dan hal hal menarik lainnya. Tergantung pada sisi mana nitizen atau aktiivis digital itu akan menggunakan kalimat dari Najwa
Lantaran berseliwerannya quote quote Najwa  melalui laman media sosial maka lahirlah istilah saya yang menyebut  Najwa sebagai orator digital. Dia berbeda dengan orator orator lainnya yang lahir dari jalanan, lahir dari ragam organisasi.Â
Pula bagaikan tanah dan langit dibanding beberapa  influencer yang akhir akhir ini menyerang Najwa secara pribadi tanpa konsep, tanpa logika dan entah mewakili siapa? Tiba tiba kemudian menyebut dirinya sebagai sahabat polisi?
Wajarlah jika fans Najwa,  Nitizen atau publik lebih mendukung Najwa ketimbang beberapa aktivis medsos apalagi yang  berlabel artis selebgram membanding bandingkan antara Najwa dengan mereka.Â
Contoh deh, pernah kah mereka itu seperti NM, DS, HK, TZ mendapat undangan berbicara atau berorasi di dalam kampus, mahasiswa? Menyampaikan pandangan di hadapan kaum cerdik cendekia?berdiskusi dari forum ke forum? Kecuali memanfaatkan layar gratis media sosial untuk cuap cuap menyerang seseorang? publik figur atau tokoh tokoh tertentu lalu meramaikan jagad media sosial lewat buzzer buzzer gelapnya. Â Berat untuk menyandang predikat atas brand yang telah melekat pada Najwa.Â
Pernahkah menyaksikan influencer atau aktivis media sosial itu hadir pada satu forum yang dihadiri ribuan pasang mata kemudian jejeran kamera phonsel merekamnya?
Jadi saran kepada Najwa, sedetik pun jangan luangkan testimoni anda pada mereka ini, termasuk menyindir atas setiap tudingan dan kritikan dari mereka.
Suaramu  adalah perwakilan publik bukan perwakilan kekuasaan atau sedang mencari sensasi. Anda kadung tak sadar bahwa anda adalah orator digital.
Balik tentang Najwa. Mungkin  tanpa sadar  Najwa kini telah menjadi harapan publik untuk menyampaikan segala kisah, segala keluh kesah dan setiap persoalan yang mereka hadapi. Tak perlu mereka tampil melalui meja "Meja Mata Najwa", melalui laman laman Narasi TV. Cukup Najwa menyampaikan melalui testimoni kemudian mengembangkan melalui layar media sosial maka hal itu sudah menjadi kepuasan tersendiri bagi publik, telah terwakilkan.
"Jika warga bisa dipidana karena menghina lembaga negara apakah pejabat lembaga negara juga bisa dipidana karena menghina warganya secara umum. Sering kan kita dengar pejabat kita bilang, masyarakat kita masih bodoh, malas, kebanyakan geluh, bangsa nyinyir, kritik doang nggak ada?"Â
Kutipan ini cukup sering kita lihat pada setiap laman reels media sosial yang telah di share oleh publik atau nitizen, bukan akun milik Narasi, Mata Najwa atau Najwa.