MENGATASI TANTANGAN SAMPAH DI KAWASAN KULINER PESISIR:
STUDI KASUS PANTAI MAAHAS DAN PANTAI KILO 5Â
DI KABUPATEN BANGGAI SULAWESI TENGAH
Yuliska LabawoÂ
ASN DisPar Banggai
Kawasan pesisir sering menjadi destinasi favorit untuk wisata kuliner, namun juga sangat rentan terhadap degradasi lingkungan. Artikel  ini menyoroti permasalahan sampah plastik, limbah deterjen, dan limbah pembangunan di sepanjang pantai Maahas dan Kilo 5, dua zona wisata kuliner terkenal. Dari perspektif pariwisata berkelanjutan, artikel ini menganalisis dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi dari tantangan pengelolaan sampah tersebut. Dalam artikel ini, penulis mencoba mengeksplorasi strategi untuk mengurangi dampak negatif sekaligus meningkatkan kontribusi positif pariwisata terhadap pembangunan lokal.  Beberapa temuan di Lokasi tersebut, menekankan perlunya sistem pengelolaan sampah terpadu, program edukasi masyarakat, dan reformasi kebijakan untuk memastikan keberlanjutan kawasan wisata ini.
Mengingat wisata kuliner di kawasan pesisir memberikan peluang ekonomi yang signifikan bagi masyarakat lokal, menarik pengunjung yang mencari pengalaman bersantap unik di tepi laut, Â namun disisi lain dengan meningkatnya popularitas destinasi seperti pantai Maahas dan Kilo 5 telah menimbulkan tantangan lingkungan, terutama dalam hal pengelolaan sampah.
Sampah plastik, residu deterjen, dan puing-puing pembangunan menjadi masalah utama di sepanjang garis pantai, memicu kekhawatiran tentang keberlanjutan jangka panjang kawasan ini. Polutan ini tidak hanya merusak keindahan alami pantai tetapi juga mengancam kehidupan laut dan kesehatan masyarakat. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji akar masalah tersebut dan mengusulkan solusi nyata dari perspektif pengembangan pariwisata berkelanjutan.
Tantangan Lingkungan di Pantai Maahas dan Kilo 5
Sampah Plastik dan Pembuangan Sembarangan