Sebagai lulusan IPA, saya berpikir bagaimana jika ada teman yang bertanya untuk apa dulu saya belajar tentang alam, hewan, tumbuhan, dan semua tentang IPA. Mungkin mempelajari tumbuhan, hewan dan tubuh manusia memang penting, karena kita bisa tahu mana yang bisa dimakan mana yang tidak, mana yang boleh disentuh mana yang tidak, kenapa kita bisa sakit, dan lainnya.Â
Tapi bagaimana dengan alam semesta? Apa dengan belajar tentang alam semesta kita bisa jadi lebih sehat? Apa bisa menyembuhkan penyakit? Atau yang mungkin lebih relevan, menukar waktu siang dan malam? Atau mungkin mencari planet layak huni seperti bumi?
Mungkin sebagian orang berpendapat bahwa mempelajari alam semesta tidak akan mempengaruhi kehidupan manusia. Tapi menurut saya tidak. Banyak hal yang berubah dengan mempelajarinya. Contohnya bulan yang merupakan satelit alam yang selalu mengitari bumi diketahui mempengaruhi pasang surutnya air laut sekarang dimanfaatkan untuk kegiatan transportasi, penentuan kalender hijriah dilihat dari munculnya bulan baru, bahkan mitos yang menyatakan bahwa gerhana bulan terjadi karena dimakan raksasa sudah mulai pudar. Itu baru contoh dari bulan, masih ada matahari, planet selain bumi, bintang, meteor, komet, galaksi dan banyak lainnya di alam semesta yang jika dipelajari lebih lanjut dapat mempengaruhi kehidupan manusia.
Syekh Fadhlalla Haeri menyatakan dalam bukunya yang berjudul Membaca Alam, Memahami Zaman, "Al-Qur'an menyatakan bahwa segala sesuatu di langit dan di bumi mengagungkan Allah. Artinya, setia kepada jalan yang telah ditentukan. Setiap entitas yang diciptakan menyatakan hakikatnya dan tunduk kepada-Nya. Manusia juga tunduk kepada Penciptanya dalam hal bahwa dia tidak akan berhenti sebelum dia menemukan Tuhan sejatinya." Pernyataan tersebut menurut saya memiliki pesan bahwa kita sebagai manusia yang diciptakan dengan akal pikiran yang senantiasa berpikir perlu mempelajari alam semesta karena itu sama dengan mencari tahu Kebesaran Allah Yang Maha Kuasa.
Di dalam Al-Qur'an Allah Ta'ala telah menegaskan bahwa alam semesta diciptakan untuk menunjukkan kebesaran-Nya. Segala hal di dunia ini walau sekecil apapun pasti ada yang menciptakan. Mungkin alat-alat kebutuhan manusia bisa diciptakan oleh manusia itu sendiri walau bahan yang digunakan pada dasarnya merupakan ciptaan-Nya. Manusia juga mampu membangun rumah, gedung, bahkan kota sekalipun. Tapi bagaimana dengan alam semesta yang begitu luas ini? Begitu luasnya sampai manusia dengan alat tercanggihnya pun masih belum bisa menemukan ujungnya. Siapa yang menciptakan? Apakah tercipta dengan sendirinya? Hanya Allah Sang Pencipta lah yang mampu menciptakannya. Kita sebagai manusia tidak akan sanggup menciptakan yang berada di luar kemampuan kita.
Di zaman sekarang ini, banyak ilmuwan yang masih mencari tahu tentang misteri-misteri di alam semesta seperti misteri sinar kosmik, partikel matter dan anti-matter, luas alam semesta dan lain-lain. Salah satu misteri yang telah terpecahkan yaitu luas alam semesta yang ternyata terus mengembang seperti balon yang ditiup, dan fakta ini sudah ada sejak lebih dari 1400 tahun yang lalu di dalam Al-Qur'an Surah Az-Zariyat ayat 47 yang artinya "Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." Hal ini menunjukkan bahwa kita sebagai umat Islam mungkin bisa memecahkan misteri-misteri di alam semesta ini dengan merujuk pada Al-Qur'an. Bahkan mungkin kita dapat menarik para ilmuwan-ilmuwan non-muslim untuk bersyahadat, mengingat adanya Kozai, astronom asal Jepang yang memeluk Islam setelah mendengar berbagai penafsiran ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan astronomi dan fenomena alam.
      Sebagai manusia yang ingin tahu, kita perlu mempelajari tentang alam semesta untuk memenuhi rasa ingin tahu kita. Dan sebagai umat Islam kita dapat lebih mengetahui kebesaran-Nya dan senantiasa merenungkan alam ciptaan-Nya, Allah berfirman di dalam surah Ali-Imran ayat 190-191 yang artinya "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau Menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H