Mohon tunggu...
Annisyah Amy
Annisyah Amy Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bijak dalam Mengolah Limbah Menjadi Kompos

14 Juli 2023   13:43 Diperbarui: 14 Juli 2023   15:44 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

BIJAK DALAM MENGOLAH LIMBAH MENJADI KOMPOS

ANNISYAH PUTRI AMY

Mahasiswa Program Studi DIII Teknik Kimia, Politeknik Negeri  Sriwijaya

E-mail : annisyahamy@gmail.com


ABSTRAK

Lingkungan adalah tempat keberlangsungan makhluk hidup. Salah satu permasalahan lingkungan yang masih menjadi perhatian serius yaitu sampah. Sampah merupakan sesuatu yang dibuang dan tidak terpakai yang berasal dari kegiatan yang dihasilkan oleh manusia setiap harinya secara terus menerus. Jika dampaknya berkelanjutan dan tidak dikelola dengan baik maka berpotensi merusak lingkungan dalam jangka panjang. Maka dari itu diperlukan alternatif pengelolaan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan untuk mengurangi jumlah sampah organik yang berada di tempat Pembuangan akhir. Salah satu solusi yang tepat dan bermanfaat adalah dengan pembuatan kompos. Pembahasan dalam artikel ini memuat langkah-langkah,manfaat, serta pengolahan yang tepat mengenai limbah/sampah menjadi kompos.

Kata kunci: Sampah organik, kompos, pengelolaan limbah, pupuk organik.

ABSTRACT

The environment is the place where living things survive. One of the environmental problems that is still a serious concern is waste. Garbage is something that is discarded and not used that comes from activities that are produced by humans every day continuously. If the impact is sustainable and not managed properly, it has the potential to damage the environment in the long run. Therefore, an environmentally friendly and sustainable management alternative is needed to reduce the amount of organic waste that is in the final disposal site. One of the right and useful solutions is to make compost. The discussion in this article contains steps, benefits, and proper processing of waste/garbage into compost.

Keywords: Organic waste, compost, waste management, organic fertilizer.


PENDAHULUAN

Sampah atau limbah organik masih menjadi salah satu permasalahan penting di Indonesia terutama di sekitar perkotaan, di sektor pertanian, di pasar- pasar tradisional dan skala rumah tangga. Pemanfaatan sampah atau limbah organik menjadi sumber energi merupakan salah satu solusi dalam mengatasinya. Sampah organik adalah barang yang dianggap sudah tidak diperlukan dan dibuang oleh pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar (Sudrajat, 2014). 

Mengelola sampah pada dasarnya membutuhkan peran aktif dari masyarakat terutama dalam mengurangi jumlah timbulan sampah, memilah jenis sampah hingga berupaya menjadikan sampah menjadi lebih bermanfaat. Hal ini telah banyak dilakukan diberbagai negara yang telah maju dan berhasil. Keberhasilan ini didukung dengan adanya kampanye yang disosialisasikan oleh pemerintah antara lain melalui konsep 4 R (Reduce, Reuse Recycle dan Replant), yaitu mengurangi timbulan sampah, menggunakan kembali bahan yang berpotensi menimbulkan sampah dan mendaur ulang sampah baik sampah organik (sisa makanan, sayuran, buah-buahan atau hijauan lainnya) maupun sampah non organik (potongan kaca, kertas, logam, plastik, karet dan bahan non organik lainnya).

Sampah atau limbah organik dapat mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95 %) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75 % terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik.

Kompos merupakan pupuk organik buatan manusia yang dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa buangan mahluk hidup (tanaman maupun hewan). Kompos tidak hanya menambah unsur hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Yuwono,D., 2005). Pengunaan kompos sebagai sumber nutrisi tanaman merupakan salah satu program bebas bahan kimia, walaupun kompos tergolong miskin unsur hara jika dibandingkan dengan pupuk kimia. Namun, karena bahan-bahan penyusun kompos cukup melimpah maka potensi kompos sebagai penyedia unsur hara kemungkinan dapat menggantikan posisi pupuk kimia, meskipun dosis pemberian kompos menjadi lebih besar dari pada pupuk kimia, sebagai penyetaraan terhadap dosis pupuk kimia (Santi, 2006).

Manfaat Pembuatan Kompos

Adapun manfaat dalam pembuatan kompos sebagai berikut yaitu, mengurangi jumlah sampah organik yang akhirnya dikirim ke tempat pembuangan akhir. Ini membantu mengurangi beban sampah pada sistem pengelolaan limbah, kompos yang dihasilkan adalah pupuk alami yang kaya akan nutrisi tanaman. Ini membantu meningkatkan kesuburan tanah dan kualitas pertumbuhan tanaman, penggunaan kompos mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Ini memiliki dampak positif terhadap lingkungan dan kesehatan tanaman dll.

Pengelolaan limbah menjadi kompos memiliki syarat dalam keberhasilan pembuatanya sebagai berikut :

1.Komposisi Bahan Baku:
Menentukan komposisi bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kompos sangat penting untuk menghasilkan produk kompos yang berkualitas. Studi oleh Smith et al. (2010) menunjukkan bahwa perbandingan yang tepat antara bahan hijau (seperti rumput segar) dan bahan coklat (seperti daun kering) berkontribusi pada pembentukan kompos dengan kandungan nutrisi yang seimbang. Mereka menyarankan rasio 3:1 antara bahan hijau dan bahan coklat untuk mencapai hasil terbaik.

2.Penggunaan Starter Mikroba:
Studi oleh Chen et al. (2014) menyelidiki penggunaan starter mikroba untuk mempercepat proses dekomposisi dalam pembuatan kompos. Mereka menemukan bahwa penambahan starter mikroba yang kaya akan bakteri pengurai seperti bakteri Bacillus sp. dapat mempercepat laju dekomposisi dan menghasilkan kompos yang lebih berkualitas.

3.Proses Dekomposisi:
Proses dekomposisi adalah langkah penting dalam pembuatan kompos. Penelitian oleh Johnson et al. (2012) menyelidiki pengaruh kondisi lingkungan, seperti suhu, kelembaban, dan aerasi, terhadap laju dekomposisi bahan organik dalam kompos. Mereka menemukan bahwa suhu optimum sekitar 55-65 derajat Celsius dan kelembaban sekitar 40-60% menghasilkan dekomposisi yang efisien. Selain itu, aerasi yang baik dapat meningkatkan laju dekomposisi dengan memfasilitasi aktivitas mikroorganisme.

4.Waktu Pematangan Kompos:
Waktu pematangan kompos adalah tahap akhir dalam pembuatan kompos, di mana bahan organik mengalami transformasi menjadi bahan yang stabil dan matang secara biologis. Penelitian oleh Lee et al. (2016) menganalisis pengaruh waktu pematangan pada kualitas kompos. Mereka menemukan bahwa kompos yang dibiarkan untuk matang selama minimal 3 bulan memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi dan lebih rendah kadar senyawa yang tidak diinginkan, seperti asam organik.

METODE PENELITIAN

Metode Analis
Penelitian ini di lakukan di  laboratorium TPL  dengan waktu selama praktikum (1x seminggu)
Alat Dan Bahan Yang Digunakan :
Alat:
* Kantong Polibag 2kg,4 buah
* Baskom, 2 buah
* Batang Pengaduk 1 buah
* Gelas Kimia 100ml, 1 buah
* Thermometer 100C, 1 buah
Bahan :
* EM4/Stardex, 20ml
* Sampah dapur 20kg
*Tetes tebu/gula, 10ml
* Air secukupnya
* Pupuk Kandang 2kg
* Sekam atau serbuk gergaji

Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan larutan EM4, jika tidak tersedia lakukan pengenceran EM4 yang tersedia dengan cara mengambil 50 ml EM4 tambahkan 1 sdm Molase atau (larutkan 1 gr gula putih kedalam 1gr air). Kemudian tambahkan air sampai batas 250 ml
2. Sampah dapur dipotong agar ukurannya kecil lalu tambahkan sekam/serbuk gergaji ditambahkan pupuk kandang lalu dicampurkan dengan perbandingan (3:1:1)
3. Larutkan EM4 disiram ke dalam campuran tersebut secara merata ambil sesekali dibalik kemudian dimasukkan ke dalam polybag, jangan terlalu penuh atau padat. tutup atau necis di tengah polybag sisakan celah udara untuk proses fermentasinya.
4. Setiap 2 hari, cek temperatur dan kelembaban campuran tersebut dan sekali-sekali diaduk. amati warna dan tekstur kompos.
5. Bila temperatur di atas 50C tutup dibuka dan dicampurkan dibolak-balik kemudian bagian atas ditutup kembali.
6. Setelah hari ke-10 campuran tersebut telah menjadi pupuk.
7. Simpan pupuk dalam kantong atau karung plastik siap digunakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian proses pembuatan kompos dilihat dari beberapa aspek yaitu bau, warna,  tekstur dan derajat keasaman atau Ph.  Tahap awal pembuatan kompos berbau sampah sayuran dan semakin lama akan berbau tanah. Tahap awal pembuatan kompos berwarna coklat kehitaman dan semakin lama warna menyerupai warna tanah berwarna kehitaman. Tahap awal pembuatan kompos memiliki tekstur sayuran dan semakin lama akan semakin  kasar dan menyerupai tanah. Yang terakhir derajat keasaman kompos yang didapatkan adalah sekitar 7,6. Semua sudah sesuai dengan standar yang ada.


KESIMPULAN

Dari hasil penelitian, daat disimpulkan bahwa kita dapat mengetahui cara menanggulangi sampah dengan cara pembuatan kompos, hasil percobaan di laboratorium TPL Politeknik Negeri Sriwijaya  yang didapat dengan hasil tanah yang gembur, berwarna coklat dan tidak berbau busuk. Serta PH yang didapatkan dengan nilai yang sesuai standar kompos.

SARAN

Dalam pembuatan kompos, sebaiknya kita memahami bagaimana cara atau hal-hal yang dilakukan dapat berjalan dan mendapatkan hasil yang sesuai sehingga tidak terjadi kesalahan. Mulai dari  suhu kompos, idealnya antara 50-65 derajat Celsius, untuk memastikan mikroorganisme yang memecah bahan organik dapat berfungsi dengan baik, lokasi yang tepat untuk pembuatan kompos, seperti tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung dan hujan berlebih. Serta kelembaban kompos dengan menyiraminya secara teratur, tetapi hindari kelembaban berlebih yang dapat menghambat dekomposisi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Santi T. Kartika, 2006. Pengaruh pemberian pupuk kompos terhadap pertumbuhan tanaman tomat (lycopersicum esculentum mill). Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.3 No.9, Desember 2006.
2. Sudrajat, 2014. Mengelola Sampah Kota, Niaga Swadaya, Jakarta.
3. Suriani, 2009. Pemanfaatanm kompos sampah rumah tangga dan Bacillus sp dalam mengendalikan Hama Penggerek Buah Kakao. Tesis. UNHAS.
4. Surtinah, 2013. Pengujian kandungan unsur hara dalam kompos yang berasal dari serasah tanaman jagung manis (zea mays saccharata). Jurnal Ilmiah Per-tanian Vol. 11, No. 1. Agustus 2013.
5. Djuarnani, Nan. 2005. Cara cepat Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka. Depok.
6. Murni Y, F. Iskarima, A. Padulemba. Optimasi Proses Pembuatan Kompos dari Sampah Organik dengan Cara Fermentasi Menggunakan EM4. Institut Sains dan Teknologi AKPRIND, Yogyakarta.
7. Yuwono Dipo. 2005. Kompas. Penebar swadaya. Jakarta.
8. Simamora, S dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Cetakan pertama. Agromedia Puataka. Jakarta.
9. Sofian, 2006. Sukses Membuat Kompos dari Sampah. Agromedia Pustaka, Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun