Mohon tunggu...
Annisya Dwi Putri Zulmi
Annisya Dwi Putri Zulmi Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Negeri Medan

Saya mahasiswa UNIMED semester 4 jurusan kimia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Keadaan Ekonomi di Kabupaten Langkat

31 Mei 2023   16:59 Diperbarui: 31 Mei 2023   17:21 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipilih penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi untuk
memahami bagaimana masyarakat dalam menghadapi pendapatan yang menurun sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Menurut Polit dan Beck fenomenologi adalah sebuah pendekatan untuk memahami pengalaman hidup seseorang yang bertujuan menjelaskan konsep dan makna mendasar dari suatu fenomena yang dialami seseorang. Lokasi penelitian merupakan daerah atau tempat yang akan dijadikan sebagai sasaran penelitian.

 Penelitian ini dilakukan di 3 Kecamatan berbeda yang ada di Kabupaten Langkat yaitu Kecamatan Selesai, Kecamatan Hinai, dan Kecamatan Batang Serangan. Sumber data pada
penelitian ini terdiri dari sumber data primer yaitu berupa hasil wawancara informan terkait dan data skunder dalam penelitian ini yang bersumber dari data-data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat.

3. Pembahasan
a. Hasil Penelitian
Peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkkan dari informan yang telah diwawancarai mengenai dampak pandemic Covid-19 terhadap pendapatan masyarakat di Kabupaten Langkat, terkhususnya di kecamatan Hinai, kecamatan Selesai, dan Kecamatan Batang Serangan. Peneliti bertanya mengenai keadaan ekonomi dari informan pada saat sebelum pandemic Covid-19 dan pada saat pandemi Covid-19.

Menurut Bu Jumiem (66 tahun) yang merupakan pedagang nasi goreng di Kecamatan Hinai
mengalami dampak tersebut dimana Bu Jumiem mendapatkan penghasilan Rp.300.000 -- Rp.500.000 per malam dari hasil dagangannya sebelum Covid-19 melanda. Namun, pada saat Covid-19 melanda kabupaten Langkat, penghasilan Bu Jumiem kurang dari Rp.100.000 per malamnya. Penghasilan yang didapatkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena Bu Jumiem harus menghidupisuaminya yang sakit dan tidak dapat bekerja lagi serta anak dan cucunya yang tidak bekerja. 

Bu Jumiem melakukan pekerjaan samping yaitu membuat emping melinjo dan mendapatkan upah sebesar Rp.15.000
-- Rp.30.000 per harinya. Upah yang didapat dari membuat emping membantu Bu Jumiem untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Namun setelah masa Covid-19 telah mereda pun, penghasilan yang didapatkan Bu Jumien tidak sama seperti sebelum Covid-19 melanda dimana Bu Jumien hanya mendapatkan penghasilan sebesar Rp.100.000 -- Rp.200.000 per malamnya.

Menurut Bu Ira (33 tahun) yang merupakan pedagang jilbab di Kecamatan Hinai yang juga
mengalami dampak dari Covid-19 dimana Bu Ira mendapatkan penghasilan Rp.100.000 per hari dari daganganyannya sebelum Covid-19 melanda. Namun, pada saat Covid- 19 melanda, Bu Ira hanyamendapatkan penghasilan sebesar Rp.20.000 bahkan tak jarang tidak mendapatkan penghasilan sama sekali. Karena uang yang didapatkan tidak mencukupi, Bu Ira menjual jilbab dagangannya melalui secara online dan menjual donat. Berkat menjual jibab secara online, usaha jilbab Bu Ira mengalami kenaikan dan mendapatkan penghasilan sebesar Rp.50.000 -- Rp.100.000 per harinya dan mendapat penghasilan sebesar Rp.80.000 per harinya dari menjual donat. 

Berkat kemajuan teknologi digital, memberikan dampak positif bagi Bu Ira yang mendapatkan kemudahan dan keuntungan berkat menjual dagangannya secara online. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya penghasilan Bu Ira pada saat Covid-19 dengan berjualan secara online dan setelah Covid-19 mereda di Kecamatan Hinai, penghasilan Bu Ira meningkat menjadi Rp.100.000 -- Rp.200.000 per harinya.

Menurut Pak Khairul (64 tahun) yang merupakan supir angkot di Kecamatan Hinai, beliau
mendapatkan penghasilan sebesar Rp.150.000 -- Rp.200.000 per minggunya. Pada awal masa Covid-19, Pak Khairul tidak mendapatkan penghasilan selama 3 bulan lebih. Kemudian hanya mendapatkan penghasilan sebesar Rp.20.000 -- Rp.50.000 per minggunya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang tak tercukupi selama masa Covid-19, Pak Khairul menjadi supir untuk mengatarkan batu angin dan mendapatkan penghasilan sebesar Rp.100.000 untuk sekali pengantarannya. 

Hal ini tidak dilakukan setiaphari oleh Pak Khairul. Pak Khairul hanya menjadi supir batu angina hanya jika mendapatkan penggilan untuk mengantar. Pak Khairul juga mendapatkan BLT (Bantuan Langsung Tunai) dari Pemerintah sebesar Rp.600.000 pada bulan penerimaan dan bulan selanjutnya mendapat bantuan sebesar Rp.300.000. Dan bantuang BLT tersebut membantu Pak Khairul dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada saat Covid- 19 telah mereda di Kecamatan Hinai, penghasilan yang didapatkan Pak Khairul tidak sama seperti saat sebelum Covid-19 melanda yang mana Pak Khairul hanya mendapatkan penghasilan sebesar. Rp.100.000 -- Rp.150.000 per minggunya.

Menurut Pak Adi Kusumo (47 tahun) yang merupakan pemilik kedai sampah di Kecamatan Selesai, beliau mendapatkan penghasilan sebesar Rp.3.000.000 per bulannya sebelum Covid-19 melanda. Pada saat Covid-19, Pak Adi hanya mendapatkan penghasilan sebesar Rp.1.500.000 per bulannya. Penghasilan yang didapatkan Pak Adi menurun hingga 50% dari sebelum Covid-19. Menurut Pak Adi, salah satu faktor yang menyebabkan penururnan ini adalah pembeli yang biasanya berbelanja di kedai beliaumengurangi pengeluaran mereka karena keadaan ekonomi yang menurun pada saat Covid-19 melanda dan mereka beralih menanan sayuran dan buah-buahan sendiri untuk membantu memenuhi kebutuhan
hidup.

Menurut Pak Basri (23 tahun) yang merupakan buruh pabrik santan di Kecamatan Selesai tidak terlalu mengalamai dampak pada saat Covid-19 melanda. Penghasilan yang didapatkan sebelum dan saat Covid-19 sama, yaitu sebesar Rp.2.500.000 per bulannya. Namun setelah Covid-19 berakhir, Pak Basri mengalami dampak tersebut dimana penghasilannya menurun menjadi < Rp.2.500.000 dikarenakan produksi santan kelapa yang mulai berkurang karena sulitnya mendapatkan bahan utama dari santan yaitu buah kelapa. Untuk mengatasi hal tersebut, Pak Basri melakukan pekerjaan lain seperti mengambil air nira untuk pembuatan gula merah dan pekerjaan serabutan lain yang bias dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun