Mohon tunggu...
Mohammad Imam Farisi
Mohammad Imam Farisi Mohon Tunggu... Dosen - Pendidikan IPS

FKIP Universitas Terbuka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pagelaran Ramayana dan Mahabarata di Pentas Akademik

17 Juli 2022   10:22 Diperbarui: 17 Juli 2022   18:14 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tahun 2003 UNESCO telah menetapkan wayang sebagai warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Cultural Heritage of Humanity) (UNESCO, 2003).

Ramayana sebuah epos yang mengisahkan kesetiaan cinta-sejati, hormat anak kepada orang tua, serta perjuangan dan kepahlawanan dua tokoh utama yaitu Rama (putra Prabu Dasarata) dan Sinta (putri Prabu Janaka) dalam membela kebenaran dan memberantas keangkaramurkaan raja Alengka, Rahwana (Dasamuka). Mahabarata sebuah epos yang mengisahkan perang besar di medan laga Kurusetra antara keluarga Pandawa melawan keluarga Kurawa memperebutkan tahta kerajaan Hastinapura. Perang tersebut juga menyimbolkan perjuangan dan kepahlawanan antara kebenaran, keadilan (Pandawa) dengan kelicikan, ambisi, dan keangkaramurkaan (Kurawa).

Tampaknya, penggunaan kedua epos dan tokoh-tokoh di dalamnya tidak hanya sebatas sebagai "akronim". Setidaknya ada dua pesan yang ingin disampaikan oleh sang sutradara Kemdikbudristek/BRIN.

Pertama, untuk melestarikan budaya asli bangsa Indonesia agar tetap hidup, dikenal, dan bisa menginspirasi anak-anak bangsa yang lahir dan hidup di era milenial. Wayang adalah mahakarya asli bangsa Indonesia yang paling banyak ditonton, dan digemari di Indonesia, terutama di Jawa dan Bali. Bahkan, saat ini sudah tercipta sejumlah versi wayang menurut bahan pembuatannya, yaitu wayang kulit, wayang bambu, wayang kayu, wayang orang, wayang motekar, wayang potehi, dan wayang rumput (Wikipedia).

Dalam konteks akademik, penggunaannya diharapkan dapat menjadi seni pertunjukan modern dari karya-karya asli dan orisinil intelektual para peneliti/penulis, dan institusi keilmuan Indonesia, yang dapat menjadi rujukan ilmiah tidak hanya di pentas nasional, tetapi juga di pentas dunia.

Kedua, Ramayana dan Mahabarata adalah epos atau wiracarita perjuangan dan kepahlawanan. Dalam konteks akademik, penggunaannya diharapkan dapat menginspirasi para peneliti/penulis dan institusi keilmuan di Indonesia untuk berjuang dan menjadi pahlawan yang mampu menciptakan epos-epos besar dalam bidang riset, inovasi, dan publikasi ilmiah yang tidak hanya berskala nasional tetapi juga berskala internasional. 

Jika epos keilmuan sudah dipentaskan, ia akan menjadi portal informasi, repositori, dan akreditasi unjuk kinerja (performance) publikasi ilmiah atau terbitan berkala ilmiah, kepakaran para peneliti/penulis, serta institusinya, yang tidak hanya menjadi rujukan dan kebanggaan bangsa, tetapi juga dunia.

Pentas Akademik Sudah Digelar

Berdasarkan data pada laman GARUDA (https://garuda.kemdikbud.go.id/) terdaftar sebanyak 2.075.238 artikel yang dipublikasi di 15.214 jurnal (nasional dan internasional), dengan 2.836 penerbit. Dari jumlah jurnal yang terdokumentasi di portal GARUDA, 7.409 jurnal dari 1.264 penerbit yang sudah terakreditasi dan terindeks SINTA 1---6 atau 48.7% dari total jurnal di Indonesia (https://sinta.kemdikbud.go.id/journals).

Diantara jurnal yang terindeks SINTA tersebut, 57(0.77%) jurnal sudah terindeks di basis data jurnal internasional bereputasi Scopus (Q1---Q4) dengan rangking SJR (SCImago Journal Rank) antara 0.12---0.623. Di kawasan negara-negara Asia (Asiatic Region), SJR jurnal-jurnal di Indonesia masih berada pada rangking 290 sd 2.151 (dari 2.568 Jurnal yang diterbitkan di Kawasan Asia).

Data ranking (SJR) ini menunjukkan bahwa jurnal-jurnal Indonesia masih kalah bersaing dengan jurnal-jurnal yang diterbitkan di Kawasan Asia. Perlu ikhtiar yang lebih semangat dan gencar lagi untuk bisa menembus ranking papan atas, setidaknya di kawasan Asia. Hal ini tentu saja memberikan tantangan dan peluang bagi jurnal-jurnal Indonesia untuk berbenah diri dan meningkatkan kualitas, baik dari sisi substantif maupun manajerial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun