Mohon tunggu...
Mohammad Imam Farisi
Mohammad Imam Farisi Mohon Tunggu... Dosen - Pendidikan IPS

FKIP Universitas Terbuka

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup Adalah Pertarungan Untuk "Eksistensi atau Ko-eksistensi?"

29 Desember 2021   08:45 Diperbarui: 30 Desember 2021   08:14 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bahwa organisme hidup, masyarakat, dan ekosistem, semuanya adalah sistem, dalam pengertian bahwa semua fenomena terjalin dalam kesalinghubungan dan kesalingtergantungan, membangun suatu keseluruhan terpadu, yang sifat-sifatnya tidak dapat direduksi menjadi sifat-sifat dari bagian-bagian yang lebih kecil. "Each pair of opposites thus forms both a unity and a plurality.
Different pairs are also found to be interconnected
" (Setiap pasangan yang berlawanan sejatinya membentuk suatu kesatuan dan pluralitas. Pasangan yang berbeda pun sesungguhnya saling berhubungan), kata Herakleitos (Kirk & Raven, 1957).

Bagi Capra (2000), visi realitas baru perlu didasarkan pada kesadaran akan saling-hubungan dan saling-ketergantungan esensial dari semua fenomena---fisik, biologis, psikologis, sosial, dan kultural, [karena itu]...tidak ada satupun teori dan model yang menjadi lebih fundamental daripada teori dan model lainnya, dan semuanya akan sama-sama bersifat konsisten. Teori-teori dan model-model tersebut akan melampaui batas-batas perbedaan disiplin konvensional; bahasa apapun yang digunakan akan cocok untuk menggambarkan berbagai aspek susunan realitas yang saling berhubungan dan bertingkat-tingkat itu. Sama halnya, tidak ada lembaga sosial baru yang lebih unggul atau lebih penting daripada lembaga sosial lainnya, dan semuanya harus saling berkomunikasi dan bekerjasama.

walhasil, teori mana yang benar atau salah (eksistensi atau ko-eksistensi) biarlah menjadi bagian dari diskusi akademik, atau meminjam istilah Kuhn menjadi bagian dari "eksperimen anomali" para peneliti. Karena sejatinya, arti penting seseorang (ilmuwan,  filosof, dll.) terletak bukan pada kebenaran pendapatnya, tapi terletak pada masalah apakah buah pikirannya mampu menggerakkan orang untuk bertindak atau tidak.

Sains, paradigma atau apapun produk pemikiran adalah fana, dinamis, selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. "Panta Rhei Kai Uden Menei," kata filosof Herakleitos. Semua mengalir dan tidak ada sesuatu pun yang tinggal tetap, sebuah pemikiran filsafati yang mendobrak kemapanan dan memberikan sebuah pemikiran baru dalam dunia filsafat, bahwa "tidak ada satu pun di alam semesta ini yang bersifat tetap atau abadi, termasuk alam semesta, apalagi sains atau ilmu pengetahuan" (Kirk & Raven, 1957).

Semoga menginspirasi.

Pesona Mozaik, 29 Desember 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun