Mohon tunggu...
Mohammad Imam Farisi
Mohammad Imam Farisi Mohon Tunggu... Dosen - Pendidikan IPS

FKIP Universitas Terbuka

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup Adalah Pertarungan Untuk "Eksistensi atau Ko-eksistensi?"

29 Desember 2021   08:45 Diperbarui: 30 Desember 2021   08:14 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin benar, klaim bang Albar (God Bless) bahwa "dunia ini panggung sandiwara, dimana ceritanya mudah berubah. Dunia ini juga bagaikan jembatan kehidupan, yang tidak hanya berisi lakon-lakon sandiwara." "Hidup adalah perjuangan tanpa akhir, tiada henti," kata Dewa 19. Setiap perjuangan niscaya akan menghadapi halangan, rintangan, hambatan, berat dan/atau ringan. Yang menang menjadi "pemenang" (the winner), yang kalah menjadi "pecundang" (the looser). Jika tidak mau kalah, harus "berjuang sekuat tenaga, karena rintangan sudah pasti ada", kata bang Rhoma. Tetapi ingat, yang menang pun jangan terburu-buru bereforia, berpesta-pora. Karena, "kemenangan hari ini, bukanlah berarti kemenangan esok hari", kata bang Dewa 19.

Hidup adalah fana, selalu berubah-ubah secara dinamis dari waktu ke waktu. Hanya mereka yang dinamis dan selalu mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lah yang akan tetap eksis, bertahan hidup, dan melanjutkan kehidupan dan keturunan/warisan. Prinsip, bahwa hidup adalah perjuangan yang sarat dengan kompetisi dan pertarungan hidup atau mati telah melahirkan sejumlah teori yang bisa dibilang, monumental dan fenomenal, serta melampaui pemikiran yang ada pada zamannya.

Darwin: Seleksi Alam dan Perubahan Organisme

Charles Darwin adalah ilmuwan "pertama" yang mengangkat topik mengenai perjuangan dan kompetisi untuk mempertahankan dan melanjutkan kehidupan melalui pemikirannya tentang asal-usul makhluk hidup (On the Origin of Species by Means of Natural Selection) (1859). Sebuah mahakarya yang monumental dan fonomenal yang dihasilkannya dari ekspedisi ilmiah selama 5 tahun (1831---1836 M) dengan kapal HMS Beagle ke berbagai tempat. Diantaranya kepulauan Galapagos dan Selandia Baru.

Menurut Darwin, setiap makhluk niscaya akan menjalani kehidupannya melalui prinsip "Seleksi Alam" (the Natural Selection). Menurut prinsip ini, setiap makhluk hidup harus berjuang, berkompetisi, bertarung dengan alam yang menjadi ruang hidupnya (lebensraum) untuk bisa bertahan hidup (struggle for existence or life). Hanya mereka yang memiliki sifat-sifat genetik terbaik atau unggullah yang mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, dan paling besar peluangnya untuk bertahan hidup dan bereproduksi, sambil meneruskan karakteristik yang membantunya bertahan ke keturunannya (survival of the the fittes).

Teori evolusi Darwin ini banyak mendapatkan tantangan dan penolakan, terutama dari kalangan agamawan, karena kelanjutan logis dari teorinya adalah bahwa "manusia (homo sapiens) hanyalah wujud lain hewan." Terlepas dari pro-kontra, teori evolusi ini masih terus bertahan, di tengah berbagai kritik dan kecaman. Wacana tentang evolusi sendiri pun hingga saat ini telah jauh melebar dan berubah seiring dengan makin luasnya campur tangan ilmu genetika. Ilmu biologi evolusi hingga kini juga masih terus berikhtiar untuk menjawab pertanyaan mendasar "dari mana asal-usul manusia."

 

Marx: Perjuangan Klas dan Perubahan Sosial

Seperti halnya Darwin, Marx juga memandang bahwa hidup adalah sebuah perjuangan atau pertarungan (kolektiva) agar bisa tetap eksis dan melanjutkan hidup. Bedanya, jika Darwin berteori tentang organisme biologis, maka Karl Marx berteori tentang organisme masyarakat. Menurut Marx (1848), dalam teori "Perjuangan Kelas" (class struggles), "sejarah masyarakat manusia adalah sejarah perjuangan klas." Yaitu antara klas pekerja/buruh (proletar) dan klas pemodal (borjuis), karena ketidaksetaraan dalam kepemilikan modal dan alat-alat produksi (akses ekonomi) di berbagai bidang kehidupan sosial. (all history has been a history of class struggles, of struggles between exploited and exploiting, between dominated and dominating classes at various stages of social evolution) (p.6).

Jika mereka (klas proletar, pekerja) mau bertahan dan melanjutkan hidup, mereka harus memiliki "kesadaran kelas," berjuang dan terlibat aktif dalam hubungan-hubungan sosial dengan orang lain di klasnya ("pekerja dari semua negeri, bersatulah") untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, sekaligus mengubah lingkungannya (perubahan sosial) melalui kegiatan produktifnya.

Teori Perjuangan Kelas Marx---seperti halnya Darwin---juga banyak mendapatkan kritik, dan kecaman dari kalangan intelektual maupun agamawan. Terutama Ketika Marx melalui artikel berjudul "Zur Kritik der Hegelschen Rechtsphilosophie" (Menuju Kritik Filsafat Hukum Hegel) menyatakan bahwa "agama adalah candu bagi rakyat/masyarakat" (religion is the opium of the people). Selain itu, sejumlah prediksi Marx tidak terbukti hingga saat ini, yaitu bahwa kaum buruh dalam negara-negara kapitalis akan semakin melarat; kaum menengah akan semakin sedikit karena sebagian besar dari mereka menjadi proletar; dan mekanisasi yang semakin meningkat akan mengurangi keuntungan kaum kapitalis. Bahkan Marx ditolak dan diusir di sejumlah negara. Apa yang saat ini terjadi di Soviet (diktator proletariat), bisa jadi, lebih merupakan hasil dari pemikiran dan langkah politik Lenin dan Stalin daripada gagasan tulisan Marx (britannica.com).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun