Mohon tunggu...
Mohammad Imam Farisi
Mohammad Imam Farisi Mohon Tunggu... Dosen - Pendidikan IPS

FKIP Universitas Terbuka

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sekali Lagi Novelty(ties): Menemukan dan Memaknai Kebaruan

24 Desember 2021   10:04 Diperbarui: 24 Desember 2021   10:11 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memaknai Kebaruan

Dalam filsafat ilmu Kuhn, kebaruan akan melahirkan komitmen-komitmen professional dan dasar-dasar keilmuan baru dalam keseluruhan praktik sains. Karenanya, kebaruan tidak bisa dipahami atas dasar paradigma lama (the existing paradigm), melainkan atas dasar komitmen-komitmen professional dan dasar-dasar keilmuan baru yang telah diterima oleh komunitas keilmuan (sebagian atau keseluruhan) (the successor paradigm).

Komitmen profesional atas kebaruan bersifat kolektif-komunal, tidak individual-personal. Karenanya, kebaruan tidak bisa dimaknai secara personal atas dasar otoritas (profesional atau struktural) atau semacamnya. Kebaruan harus dimaknai secara kolektif atau dasar konsensus bersama (ijma’) di kalangan komunitas keilmuan masing-masing disiplin ilmu.

Namun demikian, lazimnya sesuatu yang baru, apapun itu, termasuk paradigma, niscaya jarang sekali atau belum memiliki semua kemampuan yang dimiliki oleh paradigma lama dalam menyediakan model konseptual dan aktual untuk memecahkan masalah-masalah konkret. Lagi-lagi dalam hal ini, komunitas keilmuan pendukung paradigma baru harus bisa melakukan semua ikhtiar akademik untuk memastikan keberlanjutannya.

Atas dasar logika penemuan kebaruan melalui model uji teori dua tahap (verifikasi-falsifikasi), maka kebaruan memiliki tiga makna.

Pertama. Kebaruan sebagai “verified theory”, teori baru yang sudah lolos uji kebenaran. Kebaruan merupakan hasil penyempurnaan, pengembangan, perbaikan, dan penambahan atas struktur teori keilmuan yang sudah ada sebelumnya, dan bersifat akumulatif dan evolusioner. Teori baru ini diyakini akan semakin koheren, konsisten, sesuai, dan memiliki nilai manfaat yang lebih baik dalam memahami realitas dan memecahkan masalah atau teka-teki keilmuan. Teori jenis ini, ibarat sebuah mobil yang baru diperbaiki di bengkel (car repair shop). Mobil ini lebih nyaman, aman, tidak mogok lagi, dan bisa memberikan layanan lebih baik kepada penumpang.

Kedua. Kebaruan sebagai “corroborated theory”, teori baru yang sudah sudah lolos uji kesalahan/kepalsuan (falsify) dan sanggahan/keberatan (refutation) yang dihadapi. Kebaruan merupakan pengubahan dan penggantian sebagian atau keseluruhan atas struktur teori keilmuan yang sudah ada sebelumnya secara revolusioner. Teori baru ini diyakini telah bebas dari kepalsuan dan atau kesalahan, dan karenanya menjadi semakin kuat, berdaya, dan meyakinkan dalam memahami realitas dan memecahkan masalah atau teka-teki keilmuan. Teori jenis ini, ibarat sebuah mobil yang baru di cuci di tempat cuci mobil (car wash). Mobil ini lebih bersih, percaya diri dengan tampilan baru, sehingga diyakini bisa memberikan layanan lebih mengesankan kepada penumpang.

Ketiga. Kebaruan sebagai “verified and corroborated theory”, atau Kuhn menyebut “extraordinary science”, teori baru yang sudah lolos uji dua tahap (uji kebenaran dan kesalahan). Teori baru ini selain semakin sempurna, berkembang, semaik baik dan bertambah strukturnya, juga semakin bersih dan bebas dari kesalahan. Teori jenis inilah yang dimaksudkan oleh Kuhn dalam model revolusi keilmuwan yang ditawarkan. Sebuah teori baru yang bisa membawa praktik dan komunitas keilmuan ke serangkaian komitmen dan fondasi keilmuan baru, menggeser komitmen dan fondasi keilmuan lama. Teori jenis ini, ibarat sebuah mobil yang baru diperbaiki di bengkel (car repair shop) dan baru di cuci di tempat cuci mobil (car wash). Tentu, mobil jenis ini akan lebih nyaman, aman, tidak mogok lagi, lebih bersih, dan lebih percaya diri dalam memberikan layanan kepada penumpang. Pastilah, jenis mobil ini yang banyak dicari penumpang daripada kedua jenis mobil sebelumnya.

Ketiga makna kebaruan tersebut berimplikasi pada bagaimana seorang peneliti memilih dan menetapkan fenomena (masalah, enigma) keilmuan agar bisa menghasilkan kebaruan.

Pertama, fenomena yang bisa dimaknai dengan baik oleh paradigma yang ada. Jenis fenomena ini jarang, bahkan sama sekali tidak bisa memberikan motif atau titik tolak bagi peneliti untuk menemukan kebaruan. Kedua, fenomena yang sebagian bisa dimaknai oleh paradigma yang ada, tetapi detailnya memerlukan artikulasi teori lebih lanjut yang mungkin disediakan oleh paradigma yang ada. Jenis fenomena ini berpotensi untuk melahirkan teori-paradigma baru. Namun, peneliti membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menemukan artikulasi teori yang bisa menjelaskan fenomena tersebut, dan menemukan kebaruan. Ketiga, fenomena yang hanya bisa dipahami dengan menggunakan teori-paradigma baru. Jenis fenomena ini oleh Kuhn disebut “fenomena anomali”. Sebuah fenomena keilmuan yang tidak bisa lagi dijelaskan dan dimaknai menggunakan paradigma lama. Karena paradigma hanya bisa memberikan makna dan penjelasan yang sudah ada di dalam struktur. Jenis fenomena inilah yang sangat potensial untuk menemukan kebaruan.

Tangsel, 22 Desember 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun