Mohon tunggu...
Annis Naim
Annis Naim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Difafriends, Les Privat Jogja, Magister Pendidikan Luar Biasa UNY

Konsen Pendidikan Khusus dan Pendidikan Inklusi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Desain Universal untuk Pembelajaran (UDL/Universal Design for Learning), Perlukah?

3 Februari 2024   15:38 Diperbarui: 3 Februari 2024   15:49 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Indonesia merupakan salah satu negera yang mencanangkan pendidikan inklusi dengan terwujudnya sekolah-sekolah inklusi. Berbicara tentang sekolah inklusi tentunya sudah tidak asing lagi di telinga para praktisi pendidikan di Indonesia. Sekolah inklusi membawa konsep pendidikan untuk semua, baik siswa pada umumnya maupun siswa berkebutuhan khusus. 

Pelaksanaan pendidikan inklusi selama ini dapat dikatakan ‘masih berjalan’ meskipun pada kenyataan di lapangan ditemukan banyak kendala. Sistem pendidikan inklusi yang diterapkan di sekolah memang bukan hal yang mudah, apalagi dengan masih dipengaruhi kondisi sosial budaya masyarakat yang sangat beragam di berbagai daerah Indonesia. 

Dalam menghadapi hal tersebut, banyak model atau sistem yang dapat ditiru dan diterapkan di Indonesia. Mengingat Indonesia masih dalam hitungan ‘baru’ dibandingkan negara-negara maju yang telah menerapkan konsep inklusi jauh sebelum ini. Salah satu yang dikenal adalah universal design for learning (UDL).


Pertama kali dikenalkan oleh David Rose dan Anne Meyer pada tahun 1990-an. Konsep UDL muncul sebagai respons terhadap kebutuhan untuk menyediakan pendidikan yang inklusif untuk semua siswa. Gagasan utama UDL adalah mendesain pembelajaran agar dapat diakses dengan beragam cara, preferensi, dan kemampuan belajar siswa. Terdapat tiga prinsip utama dala UDL, yaitu multiple means of representation (berbagai cara penyajian informasi), multiple means of action and expression (berbagai cara untuk mengekspresikan pemahaman), dan multiple means of engagement (berbagai cara untuk memotivasi siswa).


Dikutip dari halaman udlguidelines.cast.org, multiple means of representation berkaitan dengan pemahaman bahwa pembelajar atau siswa memiliki cara yang berbeda dalam memahi informasi yang disajikan. Perbedaan bahasa, budaya, maupun kemampuan sensori yang membuat siswa memerlukan cara representasi yang beragam pula. Misalnya, cara representasi bagi sswa dengan hambatan visual akan berbeda dengan cara representasi bagi siswa dengan hambatan pendengaran. Bahkan sekecil apapun perbedaan yang ada pada siswa, perlu cara representasi yang berbeda. Pada intinya tidak adal satu cara representasi yang optimal bagi semua siswa. Sehingga siswa perlu diberikan pilihan untuk selanjutnya siswa dapat memahami informasi yang ada.


Prinsip kedua yaitu multiple means of action and expression, berkaitan dengan menyediakan berbagai cara bertindak dan berekspresi. Karena setiap siswa membawa kemampuannya masing-masing maka siswa diberikan pilihan dalam mengekspresikan, termasuk dari apa yang mereka ketahui, bagaimana bertindak, berkomunikasi, dan lain-lain. Selanjutnya terakhir yaitu multiple means of engagement. 

Prinsip ini adalah paling penting, karena tanpa keterlibatan maka tidak akan ada bentuk representasi atau ekspresi yang akan berhasil. Melibatkan siswa dalam pembelajaran berarti memadukan semua aktivitas dalam kelas agar siswa masuk ke dalam sistem pembelajaran. Terlebih lagi keterlibatan siswa sama halnya dengan motivasi siswa. Beberapa siswa mungkin suka melakukan tugas sendiri, sedangkan yang lain lebih sukamelakukan tugas dengan teman-temannya. Hal ini menunjukkan bahwa menyediakan berbagai pilihan dalam hal ‘keterlibatan’ sangat penting.


Pada akhirnya kita menyadari bahwa siswa mempunyai kemampuan yang berbeda, tergantung dengan latar belakang, pengalaman, dan ketertarikan. UDL mendukung berbagai cara atau strategi untuk siswa dalam menerima, memproses, dan mengekspresikan informasi. UDL dimulai pada tahap perencanaan pembelajaran, bukan sesuatu yang ditambahkan setelah pelajaran dimulai. Keberagaman atau variasi ditanamkan ke dalam pembelajaran sejak awal dan semua pilihan dirancang secara universal untuk setiap siswa tidak hanya untuk siswa berkebutuhan khusus saja.  

Misalnya dalam pelajaran memukul bola dalam mata pelajaran olahraga, siswa dapat memilih menggunakan cara yang berbeda untuk memukul, dapat dimulai dengan melempar bola secara mandiri lalu dipukul dengan stik atau butuh bantuan orang lain untuk melempar bola. Satu hal lagi yang penting dalam penerapan UDL adalah siswa perlu diberikan pemahaman tentang peraturan pada masing-masing aktivitas. Dengan mempelajari peraturan, siswa akan mengetahui apa yang mereka perlukan ketika terlibat dalam sebuah kelompok atau komunitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun