Mohon tunggu...
Annis Naim
Annis Naim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Difafriends, Les Privat Jogja, Magister Pendidikan Luar Biasa UNY

Konsen Pendidikan Khusus dan Pendidikan Inklusi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diagnosis Anak Berkebutuhan Khusus, Lalu?

30 Maret 2023   07:10 Diperbarui: 30 Maret 2023   07:14 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak berkebutuhan khusus mengalami beberapa hambatan dalam perkembangannya. Orangtua mungkin awalnya tidak menyadari, namun ketika orangtua mulai menyadari bahwa anaknya berbeda dalam perkembangan, mereka akan mulai mencari nasihat ke psikolog, dokter, terapis, maupun ahli yang lain. Dalam proses menemukan apa yang terjadi pada anak, mungkin para ahli akan menyarankan beberapa tes dalam asesmen tersebut. Pertanyaannya adalah lalu apa yang akan dilakukan kemudian?

Menerima sebuah diagnosis dari para ahli tentu dapat menjadi berita yang mengagetkan bagi orangtua. Beberapa orangtua tidak menerima diagnosis, beberapa akan saling diskusi dengan orangtua lain, dan beberapa tidak. Bagi beberapa orangtua, sebuah diagnosis dari disabilitas membawa ketakutan dan rasa malu. Mereka tidak membiarkan sekolah mengetahui tentang diagnosis tersebut, kepercayaan bahwa ada stigma negatif tentang anak berkebutuhan khusus. Tapi untuk beberapa orangtua lain, sebuah diagnosis adalah suatu kelegaan. Mereka dapat segera mengetahui apa yang harus dilakukan untuk membantu anak-anaknya.

Penolakan dan kecewa adalah reaksi yang umum terjadi. Beberapa orangtua bahkan merasa marah kepada para ahli yang membuat diagnosis. Menerima diagnosis adalah pengalaman yang sulit, namun menerima diagnosis dapat dipastikan akan membantu untuk perkembangan anak. Ketika orangtua sudah dapat menerima, itu menjadi langkah awal bagi anak. Meskipun seringnya orangtua akan melalui tahap kebingungan. Apa yang harus saya lakukan? Wajar, karena keterbatasan informasi di masyarakat tentang anak berkebutuhan khusus.

Ada beberapa hal yang mungkin dapat dilakukan orangtua setelah menerima diagnosis. Pertama konsultasi dan diskusi dengan ahli, terutama yang memberikan diagnosis di awal. Jika diagnosis itu datang dari dokter, maka berdiskusi dengan dokter apa langkah selanjutnya. Selain itu berdiskusi adalah dalam rangka memperkaya informasi. Keterbatasan informasi pada orangtua dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan untuk anak.

Kedua, sampaikan pada pihak sekolah. Jika anak bersekolah di sekolah umum, maka perlu disampaikan kepada guru dan pihak sekolah agar orangtua dapat mengetahui apakah sekolah dapat melakukan penanganan yang tepat pada anak. Ada dua kemungkinan yang dapat terjadi, jika sekolah tersebut merupakan sekolah inklusi, maka idealnya aka nada guru khusus yang menangani hal tersebut. Jika memang tidak ada fasilitas di sekolah, maka ada opsi lain untuk menyekolahkan anak di sekolah inklusi atau dapat di sekolah luar biasa. Meskipun lagi-lagi bagi kebanyakan masyarakat masih mempunyai stigma terkait sekolah luar biasa.

Ketiga, terlibat dalam penetapan rencana dan pelaksanaan penanganan pada anak. Sangat diperlukan bahwa orangtua harus ambil andil dalam proses tersebut, karena orangtualah yang mengerti kondisi anak yang sebenarnya. Jadi orangtua akan terlibat dalam tim yang terdiri dari guru, psikolog, maupun terapis dalam penanganan anak berkebutuhan khusus.

Keempat, cari komunitas yang saling mendukung. Penting untuk disadari bahwa menjadi orangtua anak berkebutuhan bukanlah hal mudah. Maka diperlukan komunitas yang saling mendukung seperti komunnitas orangtua dengan anak berkebutuhan khusus. Bahkan ada komunitas yang lebih spesifik lagi seperti komunitas orangtua anak dengan ADHD. Jika belum mempunyai akses tersebut, dapat juga melakukan komunikasi dengan sesame orangtua di sekolah anak.

Ingat bahwa kita tidak sendiri, banyak orangtua yang mempunyai anak-anak dengan kebutuhan khusus. Harapannya sebagai orangtua mampu melakukan yang terbaik bagi anak-anaknya. Selalu lakukan afirmasi positif pada diri dan selalu penuhi diri dengan motivasi untuk terus belajar dan mendampingi anak-anak dengan tulus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun