Entah sudah berapa lama ia meninggalkan kita semua, yang tersisa hanyalah kenangan. Teringat bagaimana cara ia tersenyum padahal ia menahan beribu rasa sakit di tubuhnya, teringat bagaimana ia berjuang melawan penyakit yang perlahan menggrogoti tubuhnya, teringat segala perlakuan baiknya kepada orang-orang disekitarnya. Kenangan itu akan tetap abadi. Di panggung kehidupan ini, Mohamad Ramdhan telah menyelesaikan pertunjukannya, meninggalkan kita semua dalam kenangan yang begitu indah. Masa muda yang biasanya dihabiskan untuk bersenang-senang bersama teman, mencapai sesuatu yang belum terwujud, atau bahkan berkunjung ke tempat yang sangat ingin kita datangi. Namun lain hal nya dengan Ramdhan, ia harus dihadapkan dengan penyakit yang kapan saja bisa merenggut nyawanya. Seorang pelukis tanpa kuas yang menggoreskan kisahnya diatas kanvas perjuangan. 2017 menjadi tahun terberat dalam hidupnya, hidupnya sedang dipertaruhkan. Sebuah titik awal dari perjalanan singkat namun sangat berat yang penuh perjuangan dan rasa sakit bagi dirinya.
Semua itu berawal dari gejala kecil yang ia alami, berupa diare. Namun itu tak dihiraukan olehnya, karena ia menganggap itu hanya sebuah penyakit biasa yang akan sembuh nantinya dan sama sekali tidak terpikirkan akan menjadi awal penderitaannya saat itu. Karena kakak perempuannya seorang apoteker, ia pun menanyakan kepada kakak perempuannya obat apa yang harus ia konsumsi. Namun setelah mengkonsumsi obat tersebut dalam beberapa hari, gejala itu masih ada, dan kakak perempuannya menyarankan untuk berobat ke salah satu rumah sakit yang ada di Depok, karena disana tempat kakaknya bekerja, dan Ramdhan adalah seorang perantau. Setelah melakukan pemeriksaan, memang ditemukan ada sesuatu yang aneh dalam tubuhnya. Lalu tidak lama dari itu, ia memutuskan untuk pulang ke rumahnya yang ada di
Cirebon untuk fokus melanjutkan pengobatannya. Beberapa kali ia pindah rumah sakit untuk berobat, sampai akhirnya ia dilarikan ke rumah sakit yang ada di Bandung untuk dilakukan tindakan operasi. Penyakit itu semakin menjadi, membuat ia menjadi kesulitan untuk melakukan aktivitas, merasakan sakit setiap hari yang sangat menyiksanya. Dan ia dianjurkan untuk melakukan kemoterapi. Apa yang ada di benak kita saat mendengar kata kemoterapi? Pasti sebuah pengobatan yang digunakan untuk mengobati penyakit kanker, kan?
Ramdhan didiagnosa terkena kanker usus dan sudah stadium lanjut. Terkejut, tak menyangka, takut, cemas, semua bercampur menjadi satu, saat mendengar diagnosa dari dokter. Ramdhan pun harus bolak-balik Bandung-Cirebon untuk melakukan kemo. Meskipun tubuhnya melemah akibat serangkaian pengobatan yang melelahkan, ia tetap menunjukkan keberanian dan ketabahan yang mengagumkan. Senyumnya yang hangat dan tatapannya yang penuh harap menjadi sumber inspirasi bagi siapa saja yang berada di sekitarnya. Saat kemo sudah berjalan beberapa kali, entah mengapa ia mengalami pendarahan, dan langsung dilarikan ke salah satu rumah sakit yang ada di Cirebon, namun rumah sakit tersebut tidak menyanggupinya, dan harus segera dilarikan ke Bandung. Dalam perjalanan menuju Bandung, di dalam ambulans, Ramdhan berkali kali mengucapkan kata maaf kepada orang tuanya, mungkin ia sudah mempunyai firasat bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Setelah ditangani oleh dokter disana, kondisi ramdhan membaik, namun harus tetap dalam pantauan dokter. Sampai pada akhirnya ia pindah ke rumah sakit di Cirebon, dan ia didiagnosa komplikasi, gagal ginjal, karena efek dari obat kemo yang sudah ia konsumsi. Dan harus dilakukan hemodialisa atau cuci darah. Begitu berat penderitaan yang ia hadapi saat itu. Tak disangka rumah sakit itu menjadi tempat persinggahan terakhirnya.
Postingan akun Instagramnya, dengan caption "Aku ingin pulang" membuat kita tersadar bahwa ia sudah terlalu lelah dengan semua yang sudah dialaminya. Tertanggal 08 Oktober 2018, Ramdhan meninggalkan kita semuanya untuk selamanya. Isak tangis dari keluarga, kerabat, dan teman-temannya pecah seketika. Kisah Ramdhan tidak hanya tentang pertempuran melawan penyakit mematikan, tetapi juga tentang bagaimana dia meninggalkan jejak kebaikan di sepanjang perjalanan hidupnya. Walaupun raganya telah meninggalkan dunia ini, kenangan tentang dirinya tetap hidup dalam setiap detik kehidupan mereka yang pernah bersamanya. Teman-teman, keluarga, dan mereka yang terinspirasi oleh perjuangannya. Karena pada akhirnya, yang benar-benar kamu miliki hanyalah kenangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H