Mohon tunggu...
Annisa Zachra
Annisa Zachra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Nama saya Annisa Zachra, saya merupakan mahasiswa aktif di Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Netizen Indonesia: Bukti Hidup Etika Indonesia yang Menurun

22 Juni 2022   18:00 Diperbarui: 23 Juni 2022   10:10 1483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : freepik

Sejak lama, orang Indonesia dikenal dengan sikap ramah dan hangat warganya, terutama terhadap wisatawan. Orang asing akan mengunjungi Indonesia dan berkata "Wow, orang-orangnya sangat ramah di sini!" ketika mereka kembali ke negara asalnya masing-masing. Namun, ini hanya berlaku untuk interaksi tatap muka. Nilai-nilai moral dan etika masyarakat tempat seseorang dibesarkan mempengaruhi pikiran mereka. Tidak mungkin meremehkan pentingnya etika. Sangat penting untuk mengajari anak-anak sejak awal perilaku mana yang dapat diterima di masyarakat dan mana yang tidak sehingga mereka dapat berinteraksi dengan masyarakat secara efektif. Pada dasarnya, sistem ini diberlakukan untuk mengajarkan orang bagaimana berperilaku dengan benar dan untuk memelihara masyarakat yang damai dan harmonis.

Saat ini, penggunaan media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan manusia di mana-mana. Hal ini memungkinkan pengguna untuk mendapatkan dan berbagi informasi di seluruh dunia dalam waktu yang sangat singkat. Sayangnya, akibat penyalahgunaan media sosial dalam menyebarkan informasi juga berdampak pada banyaknya pengguna yang masuk ke ranah hukum akibat penyebaran informasi di media sosial yang tidak etis. Padahal, hal ini akan menjerumuskan pengguna ke dalam hukum karena ceroboh dalam menyebarkan informasi di internet. Sebagai upaya untuk mengurangi masalah dalam penggunaan media sosial, diperlukan perilaku etis untuk mencegah saling menghina atau menuduh orang lain tanpa alasan yang jelas. 

Era yang bergerak cepat juga mempengaruhi perkembangan teknologi. Saat ini hampir semua orang dapat berbagi informasi dan berkomunikasi secara langsung dengan menggunakan media sosial melalui internet yang lebih menghemat waktu dan biaya. Memang, pengguna memiliki kebebasan dalam menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan siapa pun. Yang diabaikan disini adalah etika dalam menggunakannya. Akan jauh lebih baik jika pengguna mengetahui etika apa yang harus diperhatikan saat menggunakan jejaring sosial. Kurangnya kesadaran masyarakat terkait etika di media sosial akan memicu beberapa masalah sosial. Sebagian besar pengguna dibutakan oleh berita hoax di media sosial. Berikut beberapa hal penting terkait etika dalam menggunakan media sosial.

Selama beberapa tahun terakhir, media sosial sukses menggemparkan Indonesia. Pada Januari 2020, Indonesia melaporkan memiliki 338,2 juta koneksi ponsel yang mengejutkan dan 160 juta pengguna media sosial aktif. Maraknya penggunaan media sosial telah berhasil mengubah antarmuka hubungan manusia secara global, terutama di Indonesia. Sementara orang Indonesia menggambarkan kepribadian yang hangat dan ramah secara offline, mereka tampaknya memiliki kepribadian yang sama sekali berbeda secara online.

Menurut Digital Civility Index yang dirilis Microsoft pada Februari 2021, Indonesia menempati urutan ke-29 dari 32 negara yang disurvei. Ini berarti Indonesia memiliki netizen paling tidak sopan di seluruh kawasan Asia Tenggara. Ironisnya, ketika Microsoft mempublikasikan hasil survei ini, mereka langsung diserbu protes dan komentar kebencian dari netizen Indonesia yang mengklaim survei tersebut tidak valid. Akun Instagram Microsoft dibanjiri komentar, hingga lebih dari 2.000 komentar dari netizen yang tidak menerima hasil survei tersebut. Hingga akhirnya kolom komentar untuk akun tersebut dimatikan. Begitu pula kasus lainnya, antara lain saat Tim Bulu Tangkis Indonesia terpaksa keluar dari kompetisi All England 2021, penyerangan akun komedian yang dikira wasit All England, insiden pertandingan catur antara Dewa Kipas melawan Gotham Chess dan komentar kegiatan sehari-hari tokoh masyarakat.

Komentar netizen Indonesia ini seolah membenarkan label tidak sopan; tidak hanya kasar, tapi rasis dan provokatif. Berdasarkan penelitian, setidaknya ada tiga faktor yang mempengaruhi tingkat kesantunan netizen Indonesia. Menanggapi peristiwa ini, Profesor Ahmad M. Ramli dari Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran menyatakan, keadaan menjadi buruk antara lain karena kurangnya pengawasan dari pemerintah. Konon, masing-masing netizen sama-sama bertanggung jawab dengan pemerintah karena membiarkan reputasi etika online Indonesia turun sebanyak ini. Agar perubahan etika media sosial terjadi, netizen Indonesia harus terlebih dahulu mengidentifikasi dan mengakui akar penyebab tindakan mengerikan mereka secara online.

Sekarang, giliran kita untuk melakukan bagian kita dalam mendidik diri sendiri. Tanpa pemahaman tentang etika dasar online, Indonesia sebagai negara tidak akan pernah mencapai potensi maksimalnya baik dalam skala nasional maupun internasional. Pada akhirnya, etika penting bukan agar "kita dapat memahami" secara filosofis, melainkan agar kita dapat "meningkatkan cara kita hidup". Dengan menjadi bermoral, kita memperkaya hidup kita dan kehidupan orang-orang di sekitar kita. Sangat penting untuk menjalani kehidupan moral ketika kita masih muda, karena sangat membantu untuk melatih dan mempraktikkan konsep-konsep ini sebelum dihadapkan dengan masalah yang lebih kompleks. Singkatnya, praktik bermoral memungkinkan kita untuk melatih keterampilan ini, jadi ketika kita dihadapkan pada situasi nyata yang memengaruhi orang lain, kita siap dan kritis.

Referensi

Fahrimal, Y. (2018). Netiquette: Etika jejaring sosial generasi milenial dalam media sosial. Jurnal Penelitian Pers Dan Komunikasi Pembangunan, 22(1), 69-78.

Mutiah, T., Albar, I., Fitriyanto, A. R., & Rafiq, A. (2019). Etika Komunikasi dalam menggunakan Media Sosial. Jurnal Global Komunika, 1(1), 14-24.

Rianto, P. (2019). Literasi digital dan etika media sosial di era post-truth. Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi, 8(2), 24.

Astajaya, I. K. M. (2020). Etika komunikasi di media sosial. Widya Duta: Jurnal Ilmiah Ilmu Agama dan Ilmu Sosial Budaya, 15(1), 81-95.

Kompas. (2022). Netizen Indonesia Paling Tidak Sopan se-Asia Tenggara, Pengamat Sebut Ada 3 Faktor Penyebab. Diakses tanggal 9 Juni 2022, dari https://www.kompas.com/sains/read/2021/02/26/194500523/netizen-indonesia-paling-tidak-sopan-se-asia-tenggara-pengamat-sebut-ada- 3

Media, K. (2022). 6 Bukti Netizen Indonesia Tidak Sopan se-Asia Tenggara, Akun Luar pun Diserang Halaman all - Kompas.com. Diakses pada 9 Juni 2022, dari https://www.kompas.com/global/read/2021/04/14/100430270/6-bukti-netizen-indonesia-tidak-sopan-se-asia-tenggara-akun-luar- permainan kata?page=semua

Kompas. (2022). Netizen Indonesia Sangat Tidak Sopan, Ini Kata Pakar Unpad Halaman all - Kompas.com. Diakses pada 9 Juni 2022, dari https://edukasi.kompas.com/read/2021/03/07/144034371/netizen-indonesia-sangat-tidak-sopan-ini-kata-pakar-unpad?page=all

Inet. (2022). Citra 'Paling Tidak Sopan' Netizen Indonesia. Diakses pada 9 Juni 2022, dari https://inet.detik.com/cyberlife/d-5475444/memperbaiki-citra-paling-tidak-sopan-netizen-indonesia

Indonesiabaik. (2022). Benarkah Netizen Indonesia Paling Tak Sopan se-Asia? | Indonesia Baik. Diakses pada 9 Juni 2022, dari https://indonesiabaik.id/infografis/benarkah-netizen-indonesia-paling-tak-sopan-se-asia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun