Mohon tunggu...
Annisa Wally
Annisa Wally Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Jangan sampai ada atau tidak adanya dirimu sama saja. Membaca untuk berbagi. Menulis untuk dikenang.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mirisnya Didikan Generasi Bangsa dari Sinetron-sinetron Percintaan yang Tak Mendidik, di Mana KPI?

10 Juli 2020   09:09 Diperbarui: 10 Juli 2020   09:07 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi bangsa kini sudah diracuni berlahan kali ini bukan lewat fisik tapi nonfisik. Jika di Palestina generasinya di tindas secara fisik maka di Indonesia di racuni dan ditindas secara nonfisik.

Mulai dari tayangan-tayangan yang dianggap wajar-wajar saja ditonton anak muda sampai dengan para pelaku-pelaku seksual yang bebas dari hukuman berat.

Kali ini kita akan berfokus pada satu topik saja yaitu "Sinetron percintaan". Sisakan waktu kalian sejenak dan amati chanel TV yang ada dirumah dan bayangkan jika anak-anak, adik-adik kita menonton tontonan seperti itu?

Ohiya, Perhatikan bagaimana tayangan-tanyangan sinetron yang kini tersusun rapi untuk ditonton bebas anak-anak remaja diseluruh Indonesia?

Miris? Jelas miris, jangan heran jika anak SD pun ikut memanggil teman sekolahnya dengan panggil "mami, papi" , "abangku sayang", "cintaku sayang", "suamiku sayang".

Apalagi generasi ini sudah mengenal media sosial jangan-jangan nama FB mereka "aku sayang kamu celamanya" .. wkwkkwkwkkwkw

Jangan ketawa, ini beneran serius.

Sinetron percintaan yang diperankan anak-anak muda mulai dari SD, SMP, SMA. Anak-anak ini seharusnya kesekolah untuk belajar ini malah hanya memadu asmara saja. Otak mereka dibilas abis kewarasannya.

Dulu saya masih ingat, kami duduk didepan tv hanya menonton kartun-kartun saja. Tak ada sinetron yang sampai hamil-hamilan diluar nikah, yang membantah orang tua hanya karena cinta, yang kejar-kejaran balapan motor hanya karena ingin keliatan keren lah otaknya isinya cinta mulu.

Dulu tayangan anak-anak bermutu bahkan ada sebuah film yang tak akan pernah saya lupakan kisahnya. Film yang sepatunya hanya ada satu, setiap selese sekolah ia berlari kencang agar si adik memakainya ke sekolah. Begitu juga sebaliknya.

Dari kebiasaannya itu ia mengikuti lomba lari, karena hadiahnya ingin mendapatkan sepatu baru untuk adiknya. Terharu dan juga berenergi memberi motivasi sekaligus mendidik. Tapi sekarang tayangan seperti itu lenyap.

Hmmmm..... Saya bukannya ngak bisa move on dengan tontonan masa lalu yah. Hanya yah ini tayangan percintaan ini sama sekali tidak bisa mendidik, bahkan tidak layak untuk ditonton oleh generasi muda.

Dimana KPI (Komisi Penyiaran Indonesia)?

Dimana tanggungjawab kalian saat tayangan-tayangan percintaan, bucin-bucinan ini bebas ditayangkan?

Tak punya hati ?  buta hati? atau jangan-jangan memang sudah buta sejak awalnya. Terbutakan oleh pundi-pundi lembaran uang hingga tak bisa bergerak menghentikan tayangan-tayangan itu?

Wah, disini saya tak mau saling salah menyalahkan. Apakah hanya tanggungjawab orang tua saja dalam mengawasi dan menjaga anak-anak mereka sebagai generasi muda bangsa menonton tayangan-tayangan bucin-bucinan itu?

Salah satu sinetron yang tak habis pikir masa sih ada  anak SMP yang seharusnya fokus belajar dan bermain dengan teman-teman seusianya. Menjalin kisah asmara layaknya pasangan suami istri diluar pelajaran sekolah .

Hamil diluar nikah ? masih muda? Trus berani katakan, si dede bayinya akan sekuat ayahnya?

Kalian pasti taulah tayangan-tayangan bucin-bucin ini tayangnya di chanel TV mana.

Sungguh tak pantas apalagi pemerannya utama adalah anak-anak yang usianya masih sebiji jagung.

Kasihan generasi muda bangsa ini, dinodai oleh negara sendiri. Diracuni berlahan-lahan. Sudah banyak yang mengkritik tayangan-tayangan seperti ini namun sayang kritikan hanya dianggap "kripik" cemilan lezat dengan berbunyi "kriuk-kriuk" yang tak bisa mengenyangkan isi perut.

Alangkah baiknya memang tayangan TV rumah harus direhat saja sendiri. Di suntik sendiri dan di isi dengan tayangan yang lebih mendidik.

Tak bisa berkata apa-apa lagi. Kenyataannya mereka yang berkuasa lebih leluasa. Suara rakyat yang harusnya didengar dan dipatuhi malah dibungkus dan dibuang begitu saja.

Yuk mulai mendidik anak-anak, adik-adik kita dengan suntikan tayangan TV yang lebih berbobot.

Wallahu a'lam..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun