Percobaannya pun berhasil sehingga hal tersebut membuatnya berani menjual pepes tersebut. Awalnya Ia menjualnya ketetangga terdekat, karena cita rasa pepes buatan Kharisma dan Ibunya lezat, membuat tetangga disekitar rumahnnya merasa ketagihan.Â
Sehingga, dari cita rasa yang lezat tersebut menyebar dari mulut ke mulut, membuat pepesnya dikenal enak di Tambun. Walaupun bisnisnya ini belum ada di aplikasi Gofood, Grabfood dan Shopeefood. Namun, Kharisma bertekad untuk dapat mengupgrade usaha kecilnya untuk dapat dikenal lebih banyak oleh orang lain.
Walaupun pesanan pepes saat ini masih melalui sistem PO Pre-Order Kharisma dan Ibunda pun membatasi pesanan dengan maksimal 30 pesanan per-PO. Keputusan tersebut Ia dan Ibunya putuskan tak lain agar Kharisma dan Ibunda dapat tetap memiliki waktu luang untuk beristirahat.
Di sela-sela waktu luangnya Kharisma selalu mencoba menuangkan ide dan mengembangkan keahliannya dalam membuat karya tulis berupa essay, Ia sangat menyukai hal tersebut sehingga sering mengikuti kompetisi menulis di media sosial.
Di tengah kesibukkannya dalam berniaga Kharisma juga sedang menempuh pendidikan kuliah. Walaupun Ia sibuk berniaga, ternyata Kharisma termasuk mahasiswa yang cerdas. Hal ini ditunjukkan dari prestasi akademiknya di kampus yang memiliki IP di atas 3,5 secara konsisten dari awal semester. Bahkan Ia pun pernah mendapatkan IP 3,94 saat semester 3, yang mana nilai tersebut dapat dikatakan angka yang hampir sempurna.
Memiliki prestasi yang konsisten tersebut sangatlah sulit diraih, terlebih lagi Kharisma harus membagi wakutnya untuk belajar dan berniaga. Namun, Ia dapat membuktikan itu semua kepada kita untuk jadi generasi millenial yang kreatif dalam membangun usaha mandiri, yang dibarengi dengan kesungguhan menempuh pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H