Masih lekat dalam ingatan saya pada belasan tahun yang lalu, saya nyaris berhenti menjadi seorang penulis dan blogger, karena pada saat itu, komputer yang saya miliki sudah 'ngambek', tidak dapat membantu lagi untuk mewujudkan keinginan saya dalam membuat karya berbentuk tulisan-tulisan fiksi.
Komputer rakitan yang saya beli pada tahun 2006 itu pensiun tepat di tahun 2009, dimana saat itu saya juga sudah diterima untuk bekerja sebagai karyawan biasa di salah satu bank swasta, sementara masa memang telah berganti dengan diikuti oleh perkembangan teknologi.
Waktu yang tergerus oleh zaman, membuat komputer pun sudah tidak sejalan lagi dengan gaya hidup manusia yang mulai mobile, sehingga kebutuhan perangkat teknologi yang dapat memenuhi kebutuhan manusia semacam komputer, telah berganti pula menjadi sejenis dengan komputer jinjing atau yang sekarang dikenal secara umum sebagai laptop.
Perangkat canggih tersebut memang lebih ringkas dibandingkan komputer yang membutuhkan 3 komponen besar seperti monitor, keyboard, dan CPU untuk beroperasi, karena laptop hanya seukuran layar 14 sampai 15 inci dengan keyboard yang langsung terhubung dan bisa dilipat, sehingga praktis untuk dibawa berpindah-pindah tempat.
Sayangnya ketika itu laptop masih belum terjangkau oleh gapaian tangan saya, walau "it's my dream". Ya, memiliki sebuah gadget yang mumpuni adalah impian setiap penulis dan blogger.
Sebagai karyawan yang lumayan baru diterima bekerja di sebuah perusahaan, tentu saja saya harus memendam keinginan untuk memiliki laptop selama beberapa bulan ke depan, karena perlu menabung terlebih dahulu.
Sangat tidak mungkin saya menghabiskan langsung uang gaji saya selama dua bulan untuk membeli sebuah laptop, sementara masih ada kebutuhan lain yang harus saya penuhi juga. Setidaknya mungkin butuh sekitar 4 atau 5 bulan berselang dahulu, barulah saya bisa membawa pulang perangkat impian saya itu.
Dengan kata lain, saya harus menunda untuk memulai mimpi dalam beberapa bulan ke depan lagi, sedangkan ada satu kalimat dalam bahasa Jawa yang pernah dibisiki oleh salah seorang kawan dekat saya, "kabeh kudu dilakoni, ora ming diniati", yang artinya semuanya harus dikerjakan (jangan hanya diniatkan).
Niat yang berkepanjangan tanpa aksi, bisa saja cepat pudar, namun aksi yang sudah sempat dilakukan, akan menjadi candu dan cambuk untuk terus dikerjakan hingga berhasil menggapai mimpi. Itu pendapat saya, mengikuti nasehat kawan saya tersebut.
Walau kata kawan saya yang lain lagi, "ojo kesusu" yang artinya jangan terburu-buru, tapi bagi saya pribadi "mimpi iku kesusu".
Akhirnya, hanya berbekal mimpi yang saya pikul di kedua pundak saja, saya coba mencari solusinya langsung dengan aksi mendatangi counter laptop yang saat itu ada di dalam mall Kota Balikpapan.