Kemudahan akses suatu teknologi dan informasi dalam pelaksanaan kehidupan manusia banyak memberikan variasi yang memudahkan pengguna dalam melakukan berbagai pemanfaatan. Beragam produk kemudahan yang lahir dari peradaban memberikan kelapangan instrumen modern yang mampu melangsungkan pembaharuan corak. Adanya perkembangan teknologi tersebut melahirkan beberapa visual baru dalam menikmati sajian teknologi informasi secara sederhana. Keleluasaan dalam kanal sebagai bentuk dari perwujudan transisi zaman dalam menjawab tantangan dunia dapat menjadi alternatif. Lebih terbukanya dunia terhadap fleksibilitas teknologi dan informasi dan tersingkapnya sikap menyambut dengan antusias tinggi bagi konsumen sebagai suatu kebutuhan mitra. Salah satu bentuk dari transisi zaman yang terjadi belakangan ini adalah kemunculan digital virtual yang dikenal dengan sebutan metaverse. Keberadaan metaverse bagi kehidupan manusia alamiah dirasakan oleh berbagai kalangan dalam tatanan kehidupan. Pembahasan hangat mengenai metaverse akhir-akhir ini santer dibincangkan oleh berbagai sisi. Berbagai prediksi yang muncul mengenai keberadaan metaverse yang diyakini bakal menjadi tren yang akan semakin digandrungi oleh semua lapisan.
Popularitas yang semakin melejit mengenai eksistensi dari metaverse setelah Mark Zuckerberg mengganti nama perusahaannya menjadi Meta Platform yang dikenal dengan Meta. Menurut Mark Zuckerberg mengenai definisi metaverse sendiri adalah satu set dunia atau ruang virtual tempat dimana seseorang dapat membuat dan menjelajahi dunia tersebut dengan orang lain yang tidak berada di ruang fisik yang sama. Pada konferensi perusahaan 2021, Mark Zuckerberg memperkenalkan visi perusahaannya mengenai metaverse. Ia mengemukakan bahwa perusahaan yang dinaunginya akan mengkolaborasikan sebuah proyek produk perusahaannya yaitu Facebook dengan kemajuan metaverse dimana teknologi 2D dan 3D akan balut sedemikian rupa menjadi salah satu media yang progresif. CEO Meta tersebut ingin mengintegrasikan dunia fisik dan digital dalam satu komunitas virtual.
Konsep metaverse pertama kali dikenalkan pada novel Snow Crash tahun 1992 yang merupakan karya Neal Stephenson. Secara bahasa, metaverse berasal dari kata “meta” dan “verse”. Meta berarti melampaui dan verse yang bermakna alam semesta. Dapat diartikan sebagai ruang yang berisi materi yang melampaui semua hal yang terlihat pada dunia ini. Pengertian lain menurut Jesse Alton, bos dari Open Metaverse, grub yang membuat standar open source untuk metaverse, menjelaskan bahwa idelanya metaverse tidak tergantung pada satu teknologi milik satu perusahaan, tetapi terdiri dari berbagai teknologi buatan banyak perusahaan yang saling terhubung dengan satu sama lain. Hal ini dipahami bahwa ada kemunginan mengenai adanya kolaborasi dari beberapa perusahaan-perusahaan besar dalam mengembangkan sebuah teknologi metaverse agar menjadi lebih ideal.
Metaverse semakin digandrungi sebagai langkah yang menunjukkan kemampuan terjun dalam alternatif yang mudah mencari cuan dengan cara baru. Banyak selebritas yang menggeluti bisnis digital umumnya dalam bentuk metaverse, seperti Ransverse yang merupakan naungan pasangan suami istri berjuluk Sultan Andara tersebut, Rafi Ahmad dan Nagita Slavina. Tak tertinggal pula pasutri muda fenomenal Indonesia, Lesti Kejora bersama sang suami Rizky Billar yang meluncurkan Leslar Metaverse. Baru-baru ini, Anang Hermansyah beserta Ashanty pula mengikuti jejak dalam menanfaatkan bisnis digital ini dengan nama Nusantaverse yang sebelumnya mereka telah terlebih dahulu mengeluarkan produk digital berbentuk NFT. Selain dari para pablik figur papan atas tersebut, pamor metaverse telah banyak membuat gebrakan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan besar global yang tertarik dengan bisnis metaverse. Perusahaan raksasa tersebut, seperti Samsung, Google, Facebook (Meta), Microsoft, Epic Games, dan lebih luas lagi. Mereka berlomba-lomba memadukan dan siap meluncurkan proyek rilisan sebuah teknologi berbasis metaverse yang optimal sesuai dengan kebutuhan konsumen agar mampu mendapatkan poin positif dan minat yang mendominasi sehingga dapat melahirkan tren yang membekas. Metaverse menarik minat idola, dengan kemunculan arus utama yang mendorong standarisasi dalam menjajaki dunia industri.
Metaverse semakin diminati oleh publik akan membawa dampak yang positif maupun negatif dalam susunan kehidupan nyata. Melalui berbagai produk terusan yang ada pada saat ini mengenai konsep metaverse, ditakuti akan memunculkan prahara yang mengganggu cara hidup manusia. Kemajuan metaverse diyakini dapat menggerus kebiasaan-kebiasaan yang telah mengakar dalam budaya bermasyarakat saat ini. Lambat laun, metaverse akan melengserkan gaya hidup yang dilakukan manusia yang akan tergantikan dnegan digital teknologi. Beralihnya bidang kehidupan seperti dalam dunia kedokteran, pariwisata, pekerjaan, pendidikan maupun profesi lain bisa terlihat sudah dilakukan dan diusahakan dengan dalih pemanfaatan kemajuan teknologi. Padahal minus dari dampak yang ditimbulkan mampu memporandakan tatanan dan ketentuan-ketentuan tertentu.
Beralihnya status menuju dunia metaverse patut dipahami dan dikaji ulang bagaimana peluang dan ancaman yang mungkin akan membinasakan. Perlu adanya pembatasan agar pemanfaatan tidak membeludak apabila telah benar-benar diterapkan secara menyeluruh kedalam semua bidang kehidupan manusia dalam meminimalkan resiko. Membeli teknologi tidak cukup dengan bagaimana penggunaannya dalam kehidupan melainkan harus dibarengi dengan upaya digital mindset yang tepat sebagai bentuk mitigasi. Dunia metaverse harus menggunakan teknologi khusus dalam pelaksanaan skala luas sehingga kadar kejahatan yang tidak diharapkan dapat ditekan keberadaannya secara mandiri. Berbicara mengenai penggunaan teknologi dan informasi, tidak luput dari adanya sibercrime. Oleh karena itu, pentingnya kematangan pikiran sebagai bekal utama dalam kontrol kreatif penuh terhadap penempatan yang selaras. Dunia investasi digital juga dapat dimanfaatkan dengan elok sesuai kebutuhan selagi sesuai dengan regulasi yang berlaku dan menaunginya secara transparan. Perubahan zaman pastilah terjadi, maka sebagai manusia biasa tidaklah bisa menahan adanya peralihan bidang dalam konteks kehidupan yang ada. Oleh karenanya, urgensi dalam mengenal peluang dan resiko yang ditimbulkan oleh produk teknologi tersebut harus bisa dilakukan dengan optimal. Ketika teknologi digital metaverse berdampingan dengan konstruksi kehidupan dalam beragam macam, sebagai manusia yang bijaksana harus mampu menekan euforia atas metaverse agar mampu berimbang dengan nilai-nilai kehidupan alamiah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H