Ketiga masalah gizi diatas merupakan masalah yang cukup banyak terjadi pada anak Indonesia terutama pada balita. Hal ini tentunya menjadi tugas berbagai pihak untuk bersama sama mengatasinya. Perlu kerjasama yang baik antarsektor dan keluarga untuk saling mendukung pemenuhan gizi keluarga terutama kebutuhan gizi anak.
Yuk, Cegah Masalah Gizi Sebelum Terlambat.
Lalu, bagaimana mencegah terjadinya masalah gizi pada anak sebelum terlambat ?
1. Ibu yang sehat merupakan kunci anak yang sehat.
Kesehatan ibu meliputi kesehatan baik fisik maupun psikis. Seorang anak belum dapat menentukan makanan yang akan dikonsumsi atau menetukan jumlah porsi, sehingga dalam hal ini peran ibu sangatlah penting dalam membantu anak menentukan makanan yang akan dikonsumsi. Semangat ya, untuk para ibu dan calon ibu diluar sana.
2. Penuhi kebutuhan gizi anak, lalu bagaimana jika dalam masa pandemi seperti ini ?
Kebutuhan gizi anak tentunya harus selalu terpenuhi. Sesuai pedoman gizi seimbang pada anak, makanan yang dikonsumsi harus meliputi sumber karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur dan buah. Selain itu biasakan membatasi penggunaan gula, garam dan minyak secara berlebihan, alangkah lebih baik jika anak mengenal rasa asli dari bahan pangan yang disajikan.
Menurut AKG tahun 2019, kebutuhan energi untuk bayi usia 0-5 bulan = 550 kkal (ASI Eksklusif), untuk bayi usia 6-11 bulan = 800 kkal, anak usia 1-3 = 1350, anak usia 4-6 tahun = 1400 kkal, dan anak usia 7-9 tahun = 1650 kkal.
Di masa pandemi seperti ini gunakan bahan pangan dengan harga terjangkau, namun berkualitas tinggi. Pilihlah bahan pangan yang juga mudah didapat seperti beras, telur, tempe, tahu dan sebagainya.
3. Rutin melakukan pemberian vitamin dan imunisasi.
Pemberian vitamin dan imunisasi yang dilakukan pemerintah salah satunya juga bertujuan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan pada anak. Kegiatan ini merupakan kegiatan utama yang dilaksanakan di Posyandu.