Mohon tunggu...
Annisa Ayu Shafira
Annisa Ayu Shafira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sastra Indonesia, Universitas Padjadjaran

Mahasiswa sastra yang tertarik dalam bidang research humaniora.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pengubahan Sudut Pandang dan Pencantolan pada Mahabarata Novelisasi "Biola Tak Berdawai": Kajian Sastra Bandingan

29 Juni 2024   11:41 Diperbarui: 29 Juni 2024   11:58 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalihwahanaan suatu karya sastra merupakan bukan suatu hal yang mudah karena memindahkan suatu karya ke wahana yang lain sama saja seperti menerjemahkan suatu karya sastra dalam suatu bahasa ke bahasa lain. Artinya ada banyak hal yang harus disesuaikan dengan budaya pindahan. Selain itu, seorang yang hendak memindahkan suatu karya sastra ke wahana yang lain haruslah seorang sastrawan juga. Karena pada dasarnya pengalihwahanaan suatu karya adalah juga suatu karya sastra yang berbeda dan independen. 

Biola tak berdawai merupakan film yang ditulis dan disutradarai langsung oleh Sekar Ayu Asmara pada tahun 2003. Film ini dianggap sebagai energi kreatif baru yang bermutu tinggi di antara menggeliatnya dunia perfilman pada waktu itu. Film ini menang 5 piala dalam tiga festival film yang berbeda di tiga negara yang berbeda. Lalu kemudian pada 2004 diadakanlah proyek pengalihwahanaan Biola Tak Berdawai dari sebuah film ke sebuah novel yang dibawakan oleh penulis kondang Indonesia Seno Gumira Ajidarma. 

Seno dianggap mampu dan sukses menerjemahkan jiwa Biola Tak Berdawai ke dalam sebuah novel. Dalam penggarapannya,  Seno berhasil mengoptimalkan fungsi tulisan sebagai sarana yang menstimulasi imajinasi pembaca sampai ke titik yang tidak tergambarkan dalam filmnya. Dalam melakukan hal ini, Seno melakukan pengubahan sudut pandang dari sudut pandang Renjani ke sudut pandang Dewa seorang tunadaksa yang tidak bisa bicara, melihat, mendengar dan otaknya tidak berfungsi. Sebagaimana Seno berhasil menjadi dawai dan menyuarakan anak-anak tunadaksa yang sejak lahir sudah dibuang oleh orang tuanya karena dianggap hal yang memalukan dan menyusahkan. 

Di dalam film, Dewa diceritakan sebagai anak tunadaksa yang hanya bisa menunduk saja mendengarkan orang-orang disekitarnya terutama ibunya untuk berbicara. Entah berbicara pada dirinya atau hanya bicara saja. Namun di dalam film, segala hal yang terjadi dalam film diambil dari sudut pandang Dewa dan sekaligus dinaratori olehnya. Perpindahan sudut pandang ini memegang peranan yang krusial karena berhasil mengubah suasana dalam cerita. Misalnya pada scene ketika Renjani dan Bhisma mencoba memancing Dewa dengan tarian dan musik, yang diterima penonton pada scene itu adalah kebahagiaan karena Dewa berhasil mendongakan kepalanya saat ibunya menari. Kebahagiaan tersebut juga ditandai dengan Bhisma dan Renjani yang terlalu senang sehingga mereka berpelukan. Sedangkan pada novel, sudut pandang Dewa memberikan pandangan yang sama sekali berbeda. Menurut Dewa, dengan kesensitifan jiwa seorang tunadaksa merasa bahwa ibunya akan pergi jauh sekali. Yang di akhir cerita memang benar bahwa ibunya sebentar lagi akan meninggal. 

Ibuku menjadi kupu-kupu yang terbang menjauh. Sayap-sayapnya menjadi cahaya yang putih keperakan dan masih menghamburkan noktah-noktah kristal yang menjelma kunang-kunang tetapi yang semakin lama semakin hilang di kejauhan dalam kekelaman meninggalkan aku sendirian.

"Ibu! Jangan tinggalkan aku!"

Mereka berhenti. Mereka melihat aku mendongakan kepala. Aku sebetulnya ingin menangis, tapi kemampuan tubuhku samar-samar memperlihatkan aku seperti menyungging senyum....Itulah masalahnya. Aku merasa ibuku akan pergi jauh sekali, pergi jauh meninggalkan aku. Aku tertunduk kembali, merasa sangat sedih tidak bisa memperlihatkan kesedihanku.

Dikutip dalam Biola Tak Berdawai (Ajidarma, 2004: 117) 

Pengubahan sudut pandang ini merupakan persembahan Seno terhadap anak-anak tunadaksa. Sebagaimana ia berusaha menjadi dawai untuk biola yang tidak memilikinya sehingga semua orang yang tidak merasakan juga dapat merasakan lagu dari jiwa mereka yang tidak bersuara. Bahwa mereka yang tunadaksa juga punya jiwa dan mereka utuh. Mereka sempurna dengan cara bahwa mereka tidak mendengar apa yang tidak perlu di dengar dan mereka tidak melihat apa yang perlu dilihat di dunia yang memandang jiwa hanya dari fisiknya: jiwa bagus dalam fisik yang juga bagus dan sebaliknya. 

Selain itu, untuk menyuarakan perasaan yang memang tidak dirasakan oleh kebanyakan orang karena memang tidak banyak yang mengalaminya--pengalaman seorang ibu asuh yang kehilangan anaknya, perasaan seorang tunadaksa yang buruk rupa, perasaan perempuan yang pernah diperkosa, dan perasaan-perasaan lainnya yang sangat dalam-- dijelaskan Seno dengan mencantolkannya pada wayang Mahabarata. Misalnya bagaimana Seno mencantolkan perasaan kedukaan seorang ibu yang kehilangan anaknya dengan Gandari yang kehilangan 100 anaknya. Lalu kemudian bagaimana Seno menyuarakan perasaan seorang yang buruk rupa dan memiliki keterbatasan fisik Dewa dengan cerita raksasa kerdil Sukasrana. Menyuarakan bahwa kekejaman pelecehan terhadap perempuan merupakan suatu dosa tertinggi dengan kisah Drupadi yang dihilangkan hak atas dirinya dan dilecehkan atas nama perjudian. Menjelaskan hakikat takdir dan usaha melalui kisah Sengkuni, yang mana seberapapun ia berusaha dengan taktiknya pada akhirnya dia tidak akan pernah bisa mengalahkan takdir dewa. Menjelaskan perasaan kalut Bhisma yang disingkirkan Renjani dengan Bhisma putra Gangga dimana ketika seorang laki-laki yang kuat dan perkasa namun harus menahan nafsunya sendiri demi kebajikan dan tetap memilih jalan kebenaran sampai akhir hayatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun