Sanghyang Taya dalam Aspek Politeisme dan Monoteisme
Sanghyang Taya, melalui Sanghyang Tunggal dan Sanghyang Manikmoyo, mencakup kekuatan dari entitas purba yang memberikan kekuatan hidup di dunia. Hal ini mencerminkan konsep eksistensi baik versus buruk (Tu-ah vs Tu-lah), yang mengajarkan keseimbangan antara kekuatan baik dan buruk di dunia.
Aksara Kawi Aji Saka sebagai Manifestasi Jiwa Manusia
Dalam bentuk lain, konsep ini diekspresikan melalui Aksara Jawa atau Aji Saka yang terdiri dari 20 huruf dengan makna filosofis sebagai "tatanan" dalam jiwa manusia. Contohnya, huruf ha na ca ra ka melambangkan tesis, da ta sa wa la sebagai antitesis, dan seterusnya. Kombinasi dari unsur positif dan negatif ini menghasilkan harmoni dan keselarasan sebagai ajaran dasar yang diinternalisasikan dalam jiwa manusia menurut versi Semar.
Ajaran Semar ini mencerminkan filosofi kepemimpinan yang dalam dan filosofis, yang mengedepankan hubungan antara manusia dan Tuhan, harmoni dalam kehidupan, kesadaran moral, dan penghormatan terhadap alam.
PPT PROF. APOLLO - TM 8
Makna Kepemimpinan Semiotik & Hermeneutis SEMAR
TUTUP
Artinya lengkap paripurna, yang mencerminkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki integritas dan kesempurnaan dalam menjalankan tugasnya. Pemimpin dengan nilai TUTUP diharapkan bisa menjadi sosok yang utuh, tanpa ada kekurangan dalam prinsip-prinsip yang dijunjung.TUHU
Artinya Tulus dan berharap pada kebaikan, mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki ketulusan hati dan selalu berorientasi pada kebaikan. TUHU berarti bahwa pemimpin tidak boleh memiliki niat tersembunyi atau maksud yang negatif, dan harus selalu mengharapkan hal yang baik untuk dirinya dan orang lain.TUNGGA
Artinya Mulya untuk dunia, yang mengindikasikan bahwa seorang pemimpin harus berperan untuk kesejahteraan semua orang. TUNGGA mencerminkan kemuliaan, sehingga pemimpin ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan membawa kemakmuran serta keharmonisan dalam kehidupan.TUGUL
Artinya manusia awam/ikut saja, atau sikap untuk menjadi bawahan yang baik. TUGUL mengandung makna bahwa dalam kepemimpinan, seorang pemimpin pun harus siap mendengarkan dan belajar dari yang lain, serta menghargai peran orang lain. Ini adalah bentuk dari kerendahan hati, di mana pemimpin siap untuk ikut serta dan tidak selalu harus menjadi yang terdepan.
Nilai-nilai ini berasal dari filosofi Jawa, di mana Semar dianggap sebagai sosok yang bijaksana dan penuh dengan kearifan lokal. Keutamaan ini juga relevan dalam konteks modern, sebagai pedoman bagi para pemimpin untuk selalu rendah hati, tulus, bertanggung jawab, dan berkomitmen pada kesejahteraan masyarakat.
Daftar Pustaka