Mohon tunggu...
ANNISA SHABIRAH
ANNISA SHABIRAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI

43223110043 Kampus Universitas Mercu Buana Meruya | Fakultas Ekonomi dan Bisnis | Prodi S1 Akuntansi | Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB | Dosen Pengampu : Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Quiz 5 - Model Etika Komunikasi Habermas

12 Oktober 2024   11:30 Diperbarui: 12 Oktober 2024   11:42 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam soal pengaturan secara normatif dan dalam tindakan dramaturgis kita berharap untuk mampu membentuk undang-undang antar peserta-peserta terutama dalam prinsip dasar linguistik. Meskipun demikian, dalam tiga model tindakan ini bahasa telah dipahami secara satu sisi dalam respek yang berbeda. Kesatu-sisian dalam tiga konsep bahasa ini dapat dilihat dalam kenyataan yang sejalan dengan tipe komunikasi yang telah dipilih:
1) Komunikasi tak langsung itu hanya merupakan realisasi bagian dasar mereka dalam pengamatan
2) Tindakan konsensual darinya yang secara sederhana mengaktualisasikan sebuah persiapan adanya persetujuan normatif
3) Penyajian diri dalam hubungannya dengan audien.

HOW

Habermas melihat metode dialektis dalam teori kritis yang dipadukan dengan komunikasi sebagai sebuah upaya untuk membangun pengertian yang solid antara komunikator dan komunikan menghadirkan rasa saling memahami satu sama lain dan tidak bersifat instrumental atau pemaksaan kehendak untuk menerima sebuah kenyataan dalam fenomena sosial. Sehingga dalam praktiknya komunikasi dipandang sebagai upaya terus menerus untuk membangun pengertian antar manusia. Dalam pengertian yang sederhana Habermas ingin mengatakan bahwa komunikasi adalah upaya untuk menciptakan konsensus. 

Titik fokus dalam membentuk komunikasi yang efektif yaitu dengan mengedepankan rasio (akal pikiran), Habermas menyebutnya sebagai faith in reason (kepercayaan kepada kekuatan rasio). Konsep rasio yang digagas oleh Habermas sangat spesifik yaitu bagaimana rasio harus mampu menangkap realitas manusia dan kemanusiaan. Berlawanan dengan kaum positivis yang menggunakan rasio sebagai alat instrumental atau alat untuk mencapai tujuan-tujuan material namun mengenyampingkan aspek-aspek kemanusiaan, rasio hanya digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu,
obyektifikasi : bagaimana obyek (baca : manusia) dimanipulasi untuk ‘kepentingan’ tertentu dan menghilangkan sifat dasar manusia yang dinamis.

Habermas ada pada dua dimensi praksis dalam memahami manusia dan fenomena nya yakni 1) pekerjaan dan 2) komunikasi, kedua hal tersebut menurutnya merupakan tindakan dasar manusia yang menentukan bagaimana manusia sebagai makhluk bergerak dan hidup di dalam dunianya. Pekerjaan adalah sebuah tindakan instrumental untuk mencapai sesuatu, sedangkan komunikasi adalah tindakan untuk saling berpengertian.

Konsensus dan komunikasi bagi Habermas merupakan jalan keluar dari realita modernitas yang selama ini di anggap bermasalah oleh para teoritikus mazhab Frankfurt. Kesadaran atas hubungan relasional antar manusia pada alam modernitas terpaku kepada rasionalitas instrumental yakni subjek dan objek, bagaimana keberadaan objek dihisap ‘kadar’ manfaat sebanyak-banyaknya untuk kepentingan subjek. Sementara Habermas dalam paradigma komunikasinya menghendaki lahirnya hubungan rasionalitas komunikasi yakni mengharmoniskan subjek dan subjek. Tidak ada satu pihak yang mendominasi namun keduanya saling mengambil peran dan berupaya menghasilkan keputusan yang intersubjektif. Tujuan dari memahami konsep komunikasi Jurgen Habermas yaitu untuk mendeskripsikan bagaimana proses komunikasi yang efektif dan mampu melahirkan relasi sosial budaya dan struktur sosial yang harmonis dalam konteks masyarakat modern dalam iklim demokrasi. Sehingga relasi struktur sosial tidak menghendaki munculnya dominasi perorangan namun menjunjung tinggi hak-hak partisipatif.

Misalnya dalam konteks politik pembangunan sumber daya manusia di Indonesia mengadopsi pemikiran demokrasi deliberatif Jurgen Habermas bisa memberikan pengaruh perspektif yang baik, agar terciptanya budaya demokrasi yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Konsep komunikasi Jurgen Habermas akan diambil dari pokok-pokok pikiran 1) Demokrasi deliberatif dan 2) Tindakan Komunikatif.  

Dalam hal tindakan komunikasi, sebuah penyelesaian interpretasi atas proses kerjasama interpretasi harus berdasarkan pada gambaran mekanisme dalam mengkoordinasikan tindakan; tindakan komunikasi tidak kehabisan tenaga oleh perbuatan mencapai pemahaman dalam sebuah gaya penerjemahan. Jika kita mengambil unit analisis kita sebuah perbuatantutur yang sederhana yang dilaksanakan oleh S, setidak-tidaknya satu peserta dalam interaksi dapat mengambil “Ya” atau “Tidak”, kita dapat menjelaskan kondisi koordinasi tindakan komunikasi dengan memulai apa artinya bagi seorang pendengar untuk mengerti apa yang telah dikatakan. 

Tapi tindakan komunikasi menandakan tipe interaksi yang telah berkoordinasi melalui perbuatan tutur dan tidak serupa dengan mereka. Dan untuk menghindari distorsi-distorsi komunikasi, lanjut Habermas, masyarakat harus sesegera mungkin membangun diskursus etika, yaitu suatu justifikasi normatif untuk mencapai kesesuaian kepentingan antar anggota (generelizable interest). Dengannya tindakan komunikatif dengan argumen-argumen terbaiknya dapat dimengerti dengan “keyakinan-keyakinan rasional”. Demi mencapai “keyakinan-keyakinan rasional” tersebut, Habermas kemudian merumuskan syarat-syarat komunikatif sebagaimana yang terangkum dalam the ideal speech situation (situasi percakapan yang ideal), yaitu:

1. Semua peserta mempunyai peluang yang sama untuk memulai suatu diskusi dan dalam diskusi itu mempunyai peluang yang sama untuk mengemukakan argumen-argumen dan mengkritik argumen-argumen peserta lain.

2. Diantara peserta-peserta tidak ada perbedaan kekuasaan yang dapat menghindari bahwa argumen-argumen yang mungkin relevan sungguh-sungguh diajukan juga. 

3. Semua peserta mengungkapkan pemikirannya dengan ikhlas, sehingga tidak mungkin terjadi yang satu memanipulasi yang lain tanpa disadarinya.  

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun