Alice Eagly juga menemukan bahwa perempuan saat ini dianggap setara atau lebih kompeten dari pria. Para peneliti memperhatikan tiga jenis sifat yang menjadi keunggulan perempuan, yaitu komunikasi (termasuk belas kasih, sensitivitas), agensi (misalnya, transmisi sasaran yang mau dicapai), dan kemampuan (misalnya, kecerdasan dan kreativitas).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa stereotip kemampuan berubah secara dramatis dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, dalam satu jajak pendapat pada tahun 1946, hanya 35% dari responden yang menganggap bahwa pria dan perempuan sama-sama cerdas, dan lebih banyak yang menganggap bahwa pria lebih kompeten. Namun, dalam satu jajak pendapat pada tahun 2018, 86% percaya bahwa pria dan perempuan sama-sama cerdas, 9% percaya bahwa perempuan lebih cerdas, dan 5% percaya bahwa pria lebih cerdas.
Kerjasama tim meningkat dengan kehadiran perempuan dalam kelompok. Proporsi perempuan dalam sebuah kelompok sangat berkaitan dengan kecerdasan kolektif kelompok. Hal ini merepresentatifkan kemampuan mereka untuk bekerja bersama dan menyelesaikan berbagai masalah. Kelompok dengan lebih banyak perempuan menunjukkan kesetaraan yang lebih besar dalam pengambilan giliran berbicara, yang lebih memungkinkan anggota kelompok untuk merespons satu sama lain, dan memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan anggota sebaik mungkin.
Di Amerika Serikat, tepatnya pada survei nasional di tahun 2008 yang dilakukan oleh The Pew Research Center, peringkat yang lebih tinggi pada perempuan juga ada pada sifat lebih welas asih, kreatif dan lebih menyenangkan. Kehadiran seorang pemimpin perempuan mendorong terjadinya perlakuan yang lebih adil di dalam organisasi, termasuk mengupayakan keadilan pada gaji dan status pekerja.
Penetapan perempuan ke tingkat manajemen puncak dapat membantu mengurangi stereotipe yang telah tertanam secara mendalam yang diekspresikan dalam komunikasi/bahasa mereka pada interaksi kerja sehari-hari.
Slow but steady progress
Dengan upaya yang terus-menerus untuk mempromosikan kesetaraan gender di tempat kerja, pemimpin perempuan secara perlahan mulai membuat kemajuan di dunia bisnis. Meskipun ada titik terang ini, proporsi pemimpin pria dan perempuan masih jauh dari setara.
"Mendapatkan tempat 'di meja' belum cukup," ujar Jean Lau Chin, EdD, psikolog Asia Amerika dalam sebuah TEDx Talk pada tahun 2016. "Sudah saatnya bagi perempuan ditempatkan pada peran kepemimpinan jika kita ingin memiliki masa depan maju bersama."
Bagaimana mendukung banyak perempuan untuk menjadi pemimpin?
Terdapat beberapa langkah yang dapat diambil oleh organisasi untuk membantu mengatasi kesenjangan gender dalam peran kepemimpinan (Novotney, 2023) :
1. Mengidentifikasi calon pemimpin secara dini.
Salah satu pendekatan yang efektif adalah mengidentifikasi potensi kepemimpinan perempuan secara lebih awal (Anna Marie Valerio, PhD, seorang Profesor Psikologi di Universitas New York). Pendekatan ini termasuk memungkinkan calon-calon pemimpin potensial untuk mendapatkan berbagai umpan balik pada tahap awal karir mereka, melalui tugas, mentoring, dan pelatihan, yang semuanya dapat memungkinkan mereka untuk mengembangkan jaringan dan menunjukkan kemampuan mereka untuk mengemban tanggung jawab yang lebih besar.
2. Membentuk program mentoring yang juga berfokus pada upaya promosi.
Berbagai studi telah membuktikan adanya manfaat dari program mentoring, termasuk kesuksesan karir yang lebih besar bagi individu dan tingkat keterlibatan, serta upaya berbagi pengetahuan yang lebih tinggi bagi organisasi. Ketika berbicara tentang mentor, penting bagi perempuan untuk mendapatkan mentor yang dapat memberikan panduan karir, dukungan, umpan balik, dan pengetahuan, maupun upaya promosi.
3. Mendukung perempuan dalam bergabung dengan organisasi profesional yang dipimpin oleh perempuan.
Perempuan juga dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan mereka dengan cara bergabung dengan organisasi profesional yang dipimpin oleh perempuan, menurut sebuah studi tahun 2023.