Self-harm, atau menyakiti diri sendiri, adalah tindakan yang seringkali dianggap tabu dan sulit dipahami. Namun, fenomena ini semakin sering terjadi, terutama di kalangan remaja. Tindakan ini bukan sekadar mencari perhatian, tetapi merupakan cara mereka untuk mengatasi emosi yang sangat kuat dan kompleks. Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang self-harm, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah dan mengatasi masalah ini.
Self-harm adalah tindakan sengaja melukai diri sendiri sebagai respons terhadap emosi yang intens seperti kesedihan, marah, atau frustrasi. Tindakan ini bisa berupa memotong, membakar, menghantam, atau melukai bagian tubuh lainnya. Meskipun tampak ekstrem, self-harm seringkali menjadi cara bagi individu untuk mencari pelepasan atau kontrol atas emosi yang sulit diatur.
Data terkini menyebutkan bahwa ada sebanyak 20,21% remaja yang pernah melakukan perilaku self-harm di Indonesia dan 93% adalah remaja perempuan (Faradiba, Paramita, Dewi, 2022). Perilaku self-harm yang dilakukan secara berulang dengan intensitas yang semakin kuat berhubungan dengan risiko bunuh diri sehingga sangat membahayakan.
Macam-Macam Self Harm
Â
Tindakan self harm dikategorikan menjadi 3 macam berdasarkan tingkat keparahannya. Adapun penjelasan dari macam-macam self harm adalah sebagai berikut:
Â
1. Major self mutilation
Â
Tingkatan self harm paling parah dan dilakukan dengan melukai dirinya yang bahkan bisa mengancam nyawa.
Â
Contoh major self mutilation yaitu memotong jari, mencungkil bola mata, dan lain sebagainya.
Â
Tindakan ini biasanya dilakukan oleh penderita gangguan mental psikosis.
Â
2. Stereotypic self injury
Â
Stereotypic self injury merupakan tindakan self harm yang dilakukan secara berulang-ulang namun tingkat keparahannya tidak seintens major self mutilation.
Â
Umumnya, penderita kelainan mental autisme akan melakukan self harm jenis ini.
Â
Contoh stereotypic self injury adalah memukul anggota tubuh atau membenturkan kepalanya ke tembok berulang kali.
Â
3. Superficial self mutilation
Â
Jenis self harm berikutnya yaitu superficial self mutilation dengan tingkat keparahan cenderung lebih ringan dibandingkan jenis lainnya.
Â
Walau begitu, superficial self mutilation yang cenderung ringan ini tetap jangan diabaikan.
Â
Tindakan superficial self mutilation biasanya berupa menyayat kulit menggunakan benda tajam, menarik rambut sekuat tenaga, dan lain sebagainya.
Penyebab self-harmÂ
Beberapa faktor yang sering dikaitkan dengan self-harm antara lain:
1.Masalah kesehatan mental: Depresi, kecemasan, gangguan bipolar, dan gangguan makan seringkali menjadi pemicu self-harm.
2.Trauma: Pengalaman traumatis seperti kekerasan fisik, seksual, atau emosional dapat memicu perilaku self-harm.
3.Tekanan sosial: Tekanan akademik, masalah keluarga, perundungan, dan masalah dalam hubungan sosial dapat menjadi pemicu.
4.Cara mengatasi emosi: Beberapa individu menggunakan self-harm sebagai mekanisme koping untuk mengatasi emosi yang sulit.
Dampak Self-Harm
Self-harm memiliki dampak yang serius baik secara fisik maupun psikologis, antara lain:
1.Dampak fisik: Luka, infeksi, bekas luka permanen, dan risiko infeksi yang lebih tinggi.
2.Dampak psikologis: Perasaan bersalah, malu, isolasi diri, gangguan tidur, dan peningkatan risiko bunuh diri.
Lantas, bagaimana cara mengatasi self harm? Mari simak mengenai pengertian, macam-macam, penyebab, dan cara mengatasi self harm selengkapnya melalui ulasan di bawah ini.
Â
Cara Mengatasi Self-Harm
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami self-harm, penting untuk mencari bantuan profesional. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi self-harm antara lain:
Bentuk Dukungan
Bentuk dukungan yang bisa membantu remaja untuk mengurangi tindakan self-harm dapat berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi.
Â
a.) Bentuk dukungan teman sebaya :
1. Â Mendengarkan cerita teman kita, kita diharapkan menjadi pendengar yang baik.
2. Â Saling memberi contoh positif dalam beraktivitas di lingkungan tempat.
3. Â Tidak menjadikan masalah yang sudah diceritakannya sebagai bahan bercandaan.
Â
b.) Bentuk dukungan pendidik atau guru :
1. Â Memberikan bimbingan agar siswa bisa memahami dan mengetahui hal-hal apa saja yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hidup. Seperti memberikan motivasi, padangan mengenai dunia dengan keindahannya, memberikan bimbingan untuk rasa syukur.
2. Â Memberikan nilai-nilai moral melalui aksi nyata di sekolah seperti cara membantu, cara menolong dan cara berterima kasih.
3. Â Siap memberikan pertolongan dan membuka diri jika ada siswa yang membuka diri menceritakan permasalahan-permasalahannya dan tidak memberikan penilaian sepihak terhadap masalah yang dihadapi.
4. Â Membekali diri terhadap informasi terbaru mengenai masalah-masalah yang sering muncul bukan hanya terkait masalah akademik saja.
Â
c.) Bentuk dukungan Orang tua :
1. Â Mau mendampingi anak dan mendengarkan cerita bahkan keluh kesah anak. Sesibuk apapun orangtua diharapkan memberikan ruang dan waktu untuk saling berkomunikasi dengan anak.
2. Â Tidak saling menuntut anak harus mengerti keadaan orang tua atau sebaliknya.
3. Â Menjaga komunikasi yang baik dan berempati dengan anak.
4. Â Membekali diri tentang permasalahan-permasalahan yang mungkin di alami oleh anak-anak terutama remaja.
Pencegahan Self-Harm
Pencegahan self-harm dimulai dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dan aman. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah self-harm antara lain:
•Meningkatkan kesadaran: Edukasi tentang self-harm dapat membantu masyarakat memahami masalah ini dan memberikan dukungan yang tepat.
•Membangun hubungan yang positif: Membangun hubungan yang kuat dengan keluarga dan teman dapat memberikan rasa aman dan dukungan.
•Menciptakan lingkungan yang inklusif: Memastikan bahwa setiap individu merasa diterima dan dihargai dapat membantu mencegah perasaan terisolasi dan kesepian.
Kesimpulan
Self-harm adalah masalah yang kompleks dan membutuhkan perhatian serius. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang penyebab dan dampak self-harm, kita dapat memberikan dukungan yang tepat bagi individu yang mengalami masalah ini. Ingatlah, Anda tidak sendirian, dan bantuan tersedia.
Catatan: Artikel ini bersifat informatif dan tidak menggantikan konsultasi dengan profesional kesehatan mental. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami self-harm, segera cari bantuan profesional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H