- Awal Mula Konflik
Pada awalnya, permasalahan ini terjadi pada tahun 2010, dengan fenomena Arab Spring, sebuah gerakan atau aksi protes yang terjadi karena banyaknya rezim otoriter yang berkuasa di kawasan Timur Tengah. Aksi ini mulai menyebar pada tahun 2011 di Suriah, ini juga dapat menjadi bangkitnya gerakan Suriah melawan pemerintahan Bashir Al-Assad, yang dimana kebanyakan rakyat Suriah merasa tidak puas pada pemerintahan Bassar, penerus rezim dan keturunan dari Hafez Al-Assad. Aksi tersebut pada awalnya dilaksanakan pada tahun 2011, terletak di kota Deera, terinspirasi dari aksi Tunisia yang mengakibatkan presiden Zamal Abidin turun. Itu terjadi pada tahun 2010. Ada juga aksi dari mesir yang menyebabkan turunnya presiden Hosni Mubarok di tahun 2011. Kemudian protes semakin memanas karena sekitar 15 pelajar di Suriah ditangkap karena menulis slogan kontra pemerintah di tembok-tembok oleh polisi, dibawah pimpinan Jendral Atef Najib, yang kebetulan merupakan sepupu dari Presiden Bashir Al-Assad. Ini memicu amarah dari rakyat Suriah, yang semakin protes terhadap kejadian tersebut. Tetapi, respons dari pemerintah Assad semakin brutal dan tidak mengenakkan.
- Dimensi Geopolitik
Sepanjang konflik terjadi, yang pada awalnya 15 pelajar ditangkap dan diberi hukuman yang besar, masyarakat melakukan aksi demonstrasi besar-besaran di kota Daara. Mereka disana menyuarakan ketidak-setujuan mereka dalam hukuman yang dilakukan oleh kepolisian. Beberapa pasukan keamanan berupaya untuk membubarkan masyarakat, akan tetapi masyarakat tidak bergeming dan tetap menjalankan aksi protesnya, hingga pasukan keamanan menembaki tembakan ke arah masyarakat. Mereka masih melakukan aksi demonstrasi, pada tanggal 23 Maret 2011 di Daara. Dengan korban yang semakin banyak meregang nyawa berjumlah 20 orang. Pada waktu itu juga, presiden Assad mengumumkan akan mempertimbangkan dalam penerapan reformasi politik, baik dari segi penghapusan pembebasan partai politik dan penghapusan hukum darurat suriah yang sudah diterapkan 48 tahun lamanya. Dari segi internalnya, para tokoh oposisi Suriah mengabaikan pengumuman tersebut. Kemudian mereka melakukan aksi protes Kembali pada tanggal 25 Maret 2011, aksi tersebut bertambah semakin intens, bahkan pada 29 Maret 2011 unjuk rasa ini mendapat perlawanan dari masyarakat pro-pemerintah yang ditunjukkan dengan melakukan demonstrasti juga di kota Damaskus, dari situ pemerintah Suriah mengumumkan untuk mundur dari kabinet. Ini hanya dilakukan agar terpenuhi tuntutan para unjuk rasa kontra pemerintah.
Besok harinya, setelah pengumuman tersebut presiden Assad menyampaikan pidato untuk meredam protes terebut dan mengakui bahwa aksi yang dilakukan terjadi karena ada konspirasi yang dilakukan oleh kaum asing. Assad juga menolak ajakan dari oposisi untuk melakukan percepatan reformasi serta mengatakan rencana reformasi akan dilakukan secara bertahap. Pemerintah Suriah terus menggabungkan aksi demonstrasi itu dengan konspirasi oleh asing. Pemerintah juga berupaya membuat konsesi yang ditujukan oleh kaum muslim yang konservatif, pemerintah menutup satu-satunya casino suriah dan menghapus kebijakan yang melarang guru tidak boleh menggunakan cadar dan niqab. Akan tetapi, protes tersebut masih berlanjut dan menyebar ke kota-kota lainnya, yang menyebabkan meningkatnya korban kekerasan oleh pasukan keamanan suriah.
- Dampak Konflik
1. Krisis KemanusiaanÂ
Dari tanggal 30 Maret tahun 2011, sebanyak 20 korban yang tewas dalam aksi protes hingga sebanyak 35 oramg di tanggal 8 April, menyusul beberapa laporan bahwa korban yang kehilangan nyawa lebih mencapai 200 orang. Pemerintah semakin menggila pada tanggal 22 April ketika para demonstran berkumpul setelah sholat jum'at yang menghilangkan nyawa 75 orang. Pemerintah juga memberlakukan perbatasan akses komunikasi, seperti dimatikannya layanan telepon dan internet, hingga pemotongan pasokan air dan listrik oleh pasukan keamanan suriah (Fahham & Kartaatmaja., 2014).
Dalam penelitian Fahham dan Kartaatmaja (2016), Menurut data yang diperoleh per 1 April 2014, sekitar 6,5 juta warga Suriah sudah meninggalkan kediaman mereka akibat konflik berkepanjangan. Sejak Maret 2011, sebanyak 2,7 juta warga Suriah, atau sekitar 10 persen dari total populasi di negara tersebut sudah mengungsi ke negara-negara tetangganya. Dari United Nations High for Refugees (UNHCR), rata-rata mereka mengungsi di Yordania yang menampung sebanyak 585.000 warga, disusul dengan Libanon, Irak, dan Turki. Menurut United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (UNOCHA), korban diperkirakan akan bertambah sebanyal 4,1 Juta jiwa dan hal ini akan menambah beban bantuan dari organisasi internasional yang harus mengeluarkan bantuan untuk korban-korban yang mengungsi di negara tetangga.
2. Respon Internasional
Suriah mendapat kecaman sebagai respons dari Internasional. Uni Eropa menerbitkan sanksi kepada suriah berupa pembekuan asset dan pelarangan perjalanan kepada pejabat suriah yang bertanggungjawab dalam demonstrasi masyarakat serta embargo senjata pada mereka. Suriah juga semakin terisolasi dari sekutu-sekutunya. Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Edrogan, pada saat itu mengecam Tindakan suriah dan menyatakan dukungan terhadap masyarakat yang termasuk dalam pihak lawan.
 Liga arab menyerukan pemerintah Suriah untuk melakukan penarikan tehadap masyarakat unjuk rasa. Hal ini dituruti oleh pemerintah suriah dengan cara menarik mundur tank dan kendaraan lapis dari baja dari kota-kota dan membebaskan para tahanan. Akan tetapi beberapa pihak berasumsi bahwa hal tersebut hanyalah strategi mereka untuk mengulur waktu. Kunjungan delegasi liga arab ke Suriah pada awalnya menimbulkan reaksi positif sehingga menimbulkan kritik dari kelompok HAM dan pemerintah suriah, kemudian liga arab secara resmi menangguhkan keberlanjutan misi pemantau dengan alasan kekerasan, dan pada waktu itu, delegasi yang telah mengundurkan diri mengklaim bahwa pasukan pemerintah suriah telah memalsukan laporan mereka dan membuat video rekayasa.
Pada bulan Februari 2012, saat tentara Suriah menembaki kawasan oposisi Suriah, Kota Homs selama beberapa minggu, di bulan yang sama Liga Arab Bersama PBB menunjuk sekretaris jendral PBB, Koffi Annan, untuk datang mengunjungi kota tersebut, sebagai utusan perdamaian untuk Suriah.